Di sebuah taman yang dikelilingi banyak bunga, Giren berjalan tanpa arah.

"Aku dimana?" Tanyanya entah pada siapa.

Matanya tak sengaja melihat seorang gadis dari kejauhan sedang duduk di kursi kayu. Kakinya kembali melangkah menuju gadis itu.

"Permisi."

Gadis itu berbalik menatap Giren. Giren membeku di tempat, mulutnya terasa di tahan tak bisa bicara.

"Hai," Sapa gadis itu tersenyum manis.

"Ka-kamu," Ucap Giren terbata-bata.

"Duduk," Kata gadis itu.

Giren tidak bergerak sedikitpun. Ia masih syok melihat gadis itu.

"Aku akan jelaskan semuanya, duduk." Setelah mendengar ucapan gadis itu, Giren menurut untuk duduk di samping gadis itu.

Cukup lama terdiam menatap pemandangan di depannya, gadis itu menoleh menatap Giren yang terus menatapnya.

"Kamu pasti jelas udah kenal aku."

"Kenapa kamu disini? Kenapa kamu ninggalin semuanya dan limpahin masalah kamu ke aku GIREN!??"

Gadis itu adalah Giren, Giren yang asli. Setelah sekian lama akhirnya ia menampakkan diri di hadapan Mezya.

"Takdir gak ada yang tau Mezya. Aku gak pernah nyangka kita akan berakhir begini. Jujur penderitaan ini udah cukup menyiksa aku, aku juga gak mau nyiksa orang lain karna takdir aku."

"Dulu aku hidup tanpa kasih sayang, sedangkan kamu hidup di penuhi kasih sayang walau kamu cuman punya ibu. Aku iri Zy, aku iri kamu bisa ngerasain kasih sayang seorang ibu."

"Tapi sekarang mereka udah berubah, setelah kamu hadir mereka jadi lebih peduli sama aku walau sebenarnya di tubuh aku bukan jiwa aku, melainkan jiwa kamu. Tapi aku bersyukur, setidaknya kamu bisa ngerasain punya keluarga lengkap lagi."

"Keluarga lengkap tidak menjamin kebahagiaan Ren. Bagaimana dengan ibu aku, ibu aku sendiri Ren. Dulu dia punya aku, sekarang dia gak punya siapa siapa lagi," ucap Mezya.

"Dunia ini hanya satu Mezya," Ucap Giren.

"Maksud kamu?" Tanya Mezya bingung.

"Kamu bisa ketemu sama ibu kamu."

Seakan sebuah kebahagiaan yang besar hadir di hidupnya kembali. Rasanya ia sulit percaya.

"Ka-kamu serius?" Tanyanya memastikan.

"Kamu tau alamat desa kamu kan?" Mezya sontak mengangguk cepat.

"Pergilah kesana. Lakukan semau mu Mezya aku gak akan ikut campur ataupun keberatan. Sekarang tubuh aku adalah milik kamu. Tapi.." Giren menggantung ucapannya.

"Tapi apa?"

"Tapi tolong buat mereka menyesal Mezya. Setidaknya buat mereka sadar akan kebodohannya. Hidup kamu juga gak akan bisa tenang sebelum gadis sialan itu berhenti melakukan hal gila. Gadis itu akan menghalalkan segala cara untuk celakain kamu."

Mezya mengerti maksud perkataan Giren. "Aku gak bakal biarin dia ngambil semua milik kamu Ren. Aku janji."

"Makasih." Giren memeluk Mezya untuk pertama kalinya.

"Mezya."

"Hm?"

"Ada sebuah rahasia besar yang belum kamu ketahui tentang kalung itu," Ucap Giren serius.

My Twilight Where stories live. Discover now