Part 4

82.1K 3.9K 19
                                    

Happy reading...

***

Tok tok tok

Ketukan terdengar beberapa kali di pintu kamar Giren. "Ren, turun makan malam" Suara berat Devan terus meneriaki Giren dari luar kamar. Namun sang empu tak kunjung menjawab.

"Gue masuk ya" Karna tak kunjung mendapat jawaban, Devan memilih membuka pintu kamar Giren dan ternyata tidak di kunci.

Perlahan tapi pasti, Devan masuk ke dalam kamar Giren. Matanya langsung tertuju pada gadis yang sedang tertidur di atas kasur dengan pulas.

Devan duduk di tepi kasur. Devan mengelus surai rambut Giren dengan lembut. "Bangun"

"Eghh" Racau Giren yang masih setia menutup matanya, malahan ia memperbaiki posisi tidurnya.

"Huh, Giren bangun" Devan mencoba sekali lagi dengan penuh kesabaran.

Karena merasa terusik Giren pun membuka matanya perlahan. Objek pertama yang ia lihat adalah pria tampan yang sedang menatapnya.

"Aaaaaa" Jerit Giren.

Dengan panik Devan menutup mulut Giren dengan tangannya. "Hei ada apa"

Giren masih syok, ia mencoba menetralkan deru nafasnya. Giren sampai lupa sekarang ia ada di kehidupan lain. Mungkin ia tidak terbiasa melihat cogan.

"Ma-maaf bang" Ucapnya gugup.

"Gue tunggu di ruang makan" Ujarnya sebelum pergi.

Tak ingin berlama lama Giren buru buru memasuki kamar mandinya lalu mencuci muka. Setelah selesai Giren segera turun ke bawah.

Langkah kaki Giren menuruni tangga membuat semua orang di meja makan menatapnya. Giren menunduk malu, ia tak biasa di tatap seperti itu.

"Masyaallah cantik banget sih anak bunda" Celetuk Fana.

"Anak ayah juga" Balas Riberto tak mau kalah.

Sedangkan sang empuh hanya tersenyum kikuk menduduki salah satu kursi kosong di samping Riberto.

"Yaudah sekarang kita mulai makan malamnya"

Semuanya menyantap makanan tanpa ada yang mengeluarkan suara. Karna prinsip keluarga mereka adalah tidak memperbolehkan berbicara sambil makan.

Setelah makan malam selesai mereka sedikit berbincang bincang ringan. Sampai akhirnya Giren ikut membuka suara.

"Emm ayah bunda aku mau sekolah besok boleh gak?" Sahut Giren gugup.

"Besok? Kamu kan baru sembuh nak emangnya kamu udah kuat" Tanya Riberto.

"Kuat kok yah, Iren bisa jaga diri kok tenang aja. Boleh kan yah bund?"

"Huh, yaudah tapi besok berangkatnya bareng bang Yezril"

"Loh yah kok aku sih, Yezran aja Yezran" Sahutnya tak terima.

"Enak aja kok jadi gue"

"Ayah gak mau terima penolakan Yezril. Selama besok di sekolah kalian berdua harus terus jagain adik kalian. Ayah gak mau kejadian Iren jatuh dari tangga terulang lagi"

"Benar apa kata ayah kalian, bunda akan sangat kecewa jika hal ini terulang lagi dan kalian berdua lalai menjaga adik kalian untuk kedua kalinya"

Kejadian itu membuat Riberto dan Fana sangat merasa bersalah karna tidak bisa menjaga putri satu satunya dengan baik.

Yezril dan Yezran mengerti ketakutan ayah dan bundanya. Memang salahnya tidak menjaga Giren, tapi menurutnya ini adalah kesalahan Giren sendiri karna sudah membully Miranda.

Karna dibutakan oleh ego Yezril dan Yezran tidak pernah ingin perduli dengan Giren. Menurutnya Giren hanyalah gadis pembawa masalah.

***

Langit yang masih gelap belum ada tanda akan munculnya matahari pagi, seorang gadis cantik tampak sedang mencari bajunya di lemari besarnya.

"Bajunya mana sih" Ucapnya frustasi karna sedari tadi ia sudah mencari namun belum juga ketemu. Bagaimana tidak, lemarinya saja sangat besar dan bajunya tak kalah banyak membuatnya semakin pusing mencarinya.

Sekian mencari akhirnya ia menemukannya, namun tampaknya ia keheranan melihat bajunya.

"Ini baju atau apa sih" Heran Giren karna baju itu sangat ketat dan roknya sangat pendek menurutnya.

"Gimana cara pakenya kalau sependek ini"

Sekarang masih pukul 5.30 berarti ia masih mempunyai banyak waktu untuk bersiap siap

Tok tok tok

Ketokan pintu terdengar membuat Giren menengok kearah sumber suara.

"Giren kamu udah bangun? bunda masuk yah" Sahut Fana dari luar.

"Iya bund masuk aja"

Pintu pun terbuka menampakkan Fana yang sudah rapi. Fana menghampiri Giren yang masih berdiri di depan lemari sambil mengamati bajunya.

"Ada apa sayang kok bajunya diliatin gitu"

"Emm gapapa kok bund cuman bingung aja cara pakenya gimana, ini pendek banget soalnya"

"Loh bukannya kamu emang suka pake baju yang kayak gitu"

"Tapi kayaknya sekarang engga deh bund, Iren boleh minta bajunya di ganti gak bund soalnya takut gak nyaman makenya"

"Yaudah bentar bunda suruh asisten ayah beliin yang baru, 10 menit bajunya sampai" Fana sedikit bersyukur karna perlahan gaya hidup Giren mulai berubah tidak lagi seperti Giren yang dulu suka memakai baju yang ketat.

"Makasih bunda" Ucapannya tersenyum.

"Sama sama sayang, yaudah bunda kebawah dulu ya siapin sarapan" Ucap Fana mengelus puncak kepala Giren. Giren hanya membalas dengan anggukan kepala.

***

"Eril tolong panggilin Iren suruh turun sarapan" Ucap Fana yang masih menata makanan di meja makan bersama bi Ani.

"Kok Eril lagi sih bund noh Eran aja tuh atau engga bang Evan"

Mereka punya nama panggilan keluarga tersendiri seperti Devan yaitu Evan, Yezril yaitu Eril, Yezran yaitu Eran, dan Giren yaitu Iren. Nama itu hanya sering terdengar apabila sedang bersama keluarganya. Nama itu hanya digunakan oleh keluarga mereka saja, orang lain tidak diperbolehkan untuk memanggilnya dengan begitu.

"Bisa gak sekali aja gak usah bantah bunda, apa susahnya sih tinggal di panggil" Ucap Fana dengan suara yang sedikit tinggi dari biasanya dan itu membuat semua orang terkejut. Mau tidak mau Yezril harus pergi memanggil Giren sebelum Riberto tau kalau ia telah membuat Fana marah.

"Ck nyusahin banget sih tuh bocah" Gumamnya saat menaiki tangga.

Bersambung...

My Twilight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang