That's why i save you

1 1 0
                                    

Kalung pemberian ibu tidak ada!

"kita cari bersama, sebagai sesama keturunan Immortal" kata pria itu.
"hah? Apa maksudmu-"
Pria itu menaruh jari telunjuknya di bibirku.
"yeah. Kamu, aku, kita adalah sesama keturunan Immortal, apa ibumu tidak memberitahumu soal itu?" tanya pria berjubah itu baik².
Aku menggeleng. "tidak".

Pria itu mengaduh pelan. "mengapa ia bisa tidak memberitahumu soal ini..."
Ia menoleh kearahku.
"soal kalung itu... Itu adalah warisan immortalis. Tidak boleh hilang" katanya tegas.
Aku menunduk, merenungi kata² si pria berjubah.
"jika kalung itu berasal dari seorang immortal, maka aku adalah keturunan immortal, bukan? Atau lebih tepatnya ibuku juga-"

Pria iu mengendikkan bahu, menggeleng.
"tidak hanya itu..." pria itu menuntunku ke lorong lainnya, menunjukkan satu² mozaik kaca. Ada yang hancur lebur, ditumbuhi tanaman rambat, ada yang tidak bersinar, malahan mengeluarkan kabut hitam pekat, ada juga yang retak sedikit... Totalnya ada 8 lorong, dengan 2 lorong yang masih utuh. Lorong tempat mozaik kaca ibu juga agak berantakan. Di bagian juga ada mozaik, terletak di tiap sisi bagian atas stalagmit kristal besar. Itu terlihat seperti ratu dari mereka semua.

"yang itu adalah ratunya" kata pria itu.
Aku mengangguk mengiyakan, yang ditengah memang memiliki aura seorang ratu.

Pria itu berjalan kembali ke lorong tadi, kembali berdiri menghadap mozaik kaca bergambar ibu.
"coba kamu terus berjalan hingga ke ujung lorong ini" perintah pria itu.
Aku mengiyakan, meskipun kita tidak saling kenal, namun menuruti apa kata pria itu mungkin adalah cara terbaik untuk bertahan di tempat asing ini.

Lorong satu ini tidak panjang, namun bukan itu yang menarik perhatianku.
Ada satu mozaik kaca lagi. Di lorong ini hanya terdapat 2 mozaik kaca, satu berpola ibu dan satu berpola diriku sendiri.

"itu berarti kamu adalah keturunan valid dari seorang immortal." kata pria iu sedikit menjelaskan.
Mataku rasanya berbinar.
"lalu siapa immortalnya?"
Pria itu terkekeh.
"selama ini kamu tidak mengerti apa yang dari tadi aku tunjukkan".
"ibumu lah sang immortal, maka otomatis kamu adalah seorang keturunan murni" kata pria itu dengan wajah datar.
"mozaik kaca milikmu retak karena benda warisan immortalis itu hilang saat berada di masa mu." jelasnya.
Aku menggaruk kepalaku.

"apa ada cara untuk memperbaiki itu? Juga yang lainnya?" tanyaku.
"mudah saja. Cukup dapatkan masing² benda warisan" kata pria itu seolah berpikir hal itu sangat ringan.

"dan... Bagaimana cara aku mendapatkan kembali kalung milik ibu? Aku punya firasat bahwa kalung itu dicuri..." kataku menyelidiki.
"satu, kalung itu sudah menjadi milikmu. Dua, benda itu memang dicuri. Tiga, itulah tujuanku menyelamatkanmu, Anne."
Pria itu menghela nafas sebentar.

Nafasku terhenti. Pria ini mengetahui namaku.

"panggil aku Lee. Ayo kita selamatkan Ansyllians".
"Selamatkan apa??" heranku.

The Truth of AnsylliansWhere stories live. Discover now