Cappter 9

642 92 10
                                    



Dia hanya pulang sendiri malam ini. Tidak ada wujud freen didapatinya di apartemen mewah itu.
Bahkan dia memeriksa kamar yang ditempati sekertarisnya disana juga kosong. Pakaiannya masih ada disana, beberapa pelaratan make upnya juga masih ada.

Dia menutup kembali pintu itu. Dengan beberpaa helaan napas dia berjalan menuju balkon. Berdiri disana sambil memikirkan dimana keberadaan wanita bermata indah itu.
"Lalu?? Siapa yang akan merawatku? Maidku dua hari kedepan baru bisa pulang. Tanganku belum sembuh, aku tidak bisa memakai tangan kiri. Owhh.. kau benar-benar luar biasa rebecca." Gumamnya.

Sejenak dia terdiam lagi, memikirkan semuanya.
Tatapannya menjadi serius kali ini. Beberapa anak rambutnya tertiup angin.
"Haahh.. aku.. entahlah, tapi aku, aku tidak suka melihatmu bersama saint. Maksudku..ada apa dengan perasaanku? Aku tidak bisa membohonginya. Setiap bersamanya aku suka, tapi.. jika dia bersama orang lain membuatku marah.. jujur aku tak berniat menyakitimu dengan perkataanku tapi aku tidak mau kau dengan yang lain. Hahhh..Sepertinya aku menyukaimu. Kau dimana freen.." keluhnya seperti orang gila di balkon.
....


"Apa??... kenapa queen begitu kejam padamu??" Nam istri heng terkejut mendengar cerita freen.
"Aku tidak tau nam.. itu hanya kesalah pahaman, tapi dia tetap menyebutnya bahwa kami melakukan tindakan asusila disana"
"Huhh...dasar tidak punya hati" gerutu nam.
" yang aku tau queen itu sangat baik, tak pernah berkata kasar pada pegawainya" sambung heng di sebelah nam.
"Lalu apa kabar dengan diriku yang selalu dijajahnya  beberapa hari lalu? Dia membuatku seperti pembantu? Dan menyuruhku untuk satu apartemen dengannya?"
"Apa??" Sepasang suami istri itu terkejut.
"Yahh.. dan sebagian barangku masih disana, di aprtemennya"
"Jangan-jangan dia berniat untuk menjadikanmu pembantu freen" ucap nam.
"Jangan gila kau.. aku punya harga diri, aku bukan pembantunya"
"Lalu kau berniat berhenti?" Tanya heng.
"Yah.. lebih baik aku menganggur sepuluh tahun dari pada harus bekerja pada manusia kejam sepertinya. Dia menghancurkan harga diriku heng"
"Kau pikir-pikir lagi freen.. jangan langsung mengambil keputusan. Kan bisa dibicarakan baik-baik" hibur heng.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan baik-baik.. semua sudah jelas. Aku membenci wanita itu. Aku bersumpah tidak akan ada orang yang tahan dengan wanita itu!!"
"Kecuali kamu" sambung heng.
"Maksudmu?" Tanya freen tak terima.
"Tidak, aku hanya menyambung sumpahmu. Yah jika tuhan kabulkan"
"Hiss kupukul kau.." ancam freen.
.........







Pagi itu menjadi pagi yang bebas untuk freen. Bebas untuk tidur sampai sampai kapanpun dan tak ada pekerjaan yang harus dia selesaikan.

Dia membungkus tubuhnya menggunakan sarung tebal miliknya dan membiarkan deringan ponselnya berbunyi terus menerus.
Hingga pukul sembilan pagi, bell pintu apartemennya berbunyi. Beberapa kali berbunyi, namun dia sangat malas untuk bangkit.

Karena merasa terganggu, akhirnya dia dengan segala kedongkolannya bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu.
"Siapa??!" Tanya-nya.
"Aku.. pemilik gedung apartemen" sahut orang diluar.
Matanya terbuka sempurna, terkejut dengan suara itu. Dipikirannya pertama kali adalah ongkos apartemen miliknya yang belum disetor.
Langkahnya menjauh dari pintu tersebut, pikirannya sedang menyusun berbagai alasan untuk di berikan pada wanita gendut diluar sana.

"Buka pintunya.." Teriak orang diluar.
"I-iya.. tunggu sebentar bibi,"sahutnya.
Merasa sudah mantap untuk meneriman semua kalimat-kalimat mutiara wanita gendut itu, akhirnya dia membuka pintu.
"Aku minta maaf bibi.. ak..." kalimatnya terhenti saat melihat pemilik gedung apartemen itu bersama
Seseorang yang dikenalnya.
Raut wajah tidak sukanya seketika menampak.

Terlihat queen dengan tangan menyilang didada sedang memandanganya.
"Kukira aku sudah mati didalam, beberapa kali
Aku menghubungimu kau tidak menjawab panggilanku. Nona ini juga meneleponmu tapi kau tak mengangkatnya. Hah.." gerutu pemilik gedung tersebut.
"Baiklah.. aku tinggalakan kalian dulu" ucapnya lalu pergi.
Dan menyisakan dua wanita itu disana. Mereka saling diam, bahkan tak ada percakapan atau mempersilahkan masuk tamu dari mulut freen. Raut wajahnya nampak tidak suka akan kehadiran orang didepannya.

"Kau tidak mempersilahkan masuk bossmu?" Tanya queen.
"Tidak" jawab freen singkat.
"Baiklah.. aku akan memanggil bibi itu lagi agar kau menyuruhku masuk" ancamnya.
Merasa takut jika wanita gendut itu muncul lagi dan akan mengungkit tunggakan apartemennya di hadapan orang lain, akhirnya dia mengizikan wanita jahat itu masuk.

"Untuk apa kau kesini?" Tanya freen sambil membelakangi queen.
"Menyuruhmu masuk kerja" jawab queen.
"Maaf.. aku berniat untuk berhenti bekerja"
"Lalu? Kau tidak kasihan padaku, dengan keadaanku seperti ini siapa yang akan membantuku?"
"Kerjakan sendiri dan cari sekertaris baru!" Ucap freen yang menghadap pada queen.
"Astaga.. apa phi freen masih marah padaku?"
"Menurutmu?"
"Menurutku yah.. tidak"
"Maaf.. waktu berkunjungmu sudah habis. Silahkan pulang" usir freen.
"Belum.. aku masih disini dan mungkin akan tinggal bersamamu.. disini.."
"Apa??"
"Hmm..." queen menganggukkan kepalanya sambil mengambil ponsel di tasnya.
"Hallo..aku tidak akan pulang ke apartemen selama beberapa hari kedepan" ucapnya lalu menutup panggilan tersebut.

Mata freen melotot dengan tindakan tiba-tiba dari queen.
Dia tak terima jika wanita itu akan tinggal bersamanya selama beberapa hari.
"Maaf queen.. anda tidak bisa tinggal bersamaku. Dan mungkin dalam beberapa hari kedepan aku akan pindah dari sini, jadi tolong anda silahakn pergi" ucapnya sambil mendorong rebecca keluar.
"Kenapa? Apa karena kau terlambat membayar ongkos apartemenmu?"
Upss... ketahuan.
Langkahnya terhenti, dia mematung sesaat ketika mendengar kalimat rebecca.
"Tenang saja.. kau tidak perlu khawatir, aku sudah membayarnya selama lima bulan kedepan" ucap rebecca santai.
"Jadi.. apa aku bisa tinggal disini? Bersamamu.. humm..??" Tanya rebecca sambil mencolek lengan freen memakai sudut bahunya.
"Tidak"
"Owh ayolah.. maid di apartemenku tidak ada,kau meninggalkanku sendiri disana dengan keadaan satu tanganku bermasalah. Kau mau aku mati?"
"Itu urusanmu"
"Itu juga urusanmu karena kau sekertarisku"
"Sudah bukan lagi"
"Masih.. dan aku yang memegang kendali atasmu nona sarocha"
"Dasar wanita gila.." gerutu freen.
"Aku gila karena dirimu.."
Keduanya terkejut dengan kaliat itu.

"Maksudmu?" Tanya freen bingung.
"Ehmm.. maksudku aku gila karena tidak berbaikkan dengan sekertarisku"
"Hiisshh.."

"Maafkan aku.. aku tau aku yang salah, saint sudah menceritakkan semuanya" ucap rebecca lagi.
"Bagus.. jadi tidak ada lagi kata wanita gatal untukku"
"Yap.. aku tau aku yang salah, aku tidak mengontrol emosiku saat itu, karena aku cem....."
Rebecca memotong kalimatnya lalu mengigit bibirnya untuk menahan.
"Apa??" Tanya freen.
"Aahh tidakkk... jadi bagaimana?"
"Maaf tidak bisa, aku akan mengembalikan uangmu yang sudah kau bayarkan untuk apartemenku, dan kau silahakan pergi"
"Aku tidak mau.. aku akan tetap disini!" Seru rebecca menekan kata tetap pada posisinya.
Mata freen menutup sempurna menekannya sambil menarik nafas furstasi
"BAIKLAHH.. KAU BOLEH TINGGAL TAPI JANGAN MACAM-MACAM DITEMPATKU!" ucap freen lalu bergegas pergi meninggalakan rebecca berdiri di ruang tamu.
.....






#########################

......vr........

QueenWhere stories live. Discover now