Cappter 6

575 80 2
                                    


  Ruangan khusus untuk meating itu diisi oleh beberapa kepala divisi disana, termasuk Queen duduk memimpin jalannya rapat itu. Tidak terkecuali untuk si sekertaris, dia duduk disamping queen hanya berjarak beberapa centi saja.

Di sisi kiri meja agak jauh, terdapat saint yang sedang serius mengamati pembahasan rekan-rekan yang lain.
Freen sedari tadi diam tapi matanya tak pernah lepas dari laki-laki itu. Melihatnya tersenyum membuatnya juga ingin terus tersenyum kagum pada laki-laki itu.

Rebecca diam-diam mengamati pandangan freen dan melihat apa yang di pandang oleh wanita bermata indah itu.
Saint. Apa yang di lakukan?
Entah, bagaimana perasaannya saat ini. Moodnya tiba-tiba berubah. Raut wajah tak suka seketika tertunjuk disana.
Dia menekan ujung lidahnya kesisi gigi menahan rasa yang timbul dalam dirinya, giginya merapat.

Tiba- tiba dia mengangkat satu tangannya untuk
Memberi jeda pada salah satu pegawainya yang menjelaskan.
"Rapat kita tunda sampi disini." Dia berdiri dari kursinya lalu beranjak keluar, diikuti oleh freen di belakang.
Semuanya terkejut dengan tindakann tiba-tiba dari CEO mereka, tapi siapa yang bisa membantah?.

Mereka berdua berada di dalam ruangan rebecca. Freen masih terdiam dan heran dengan apa yang dilakukan queen.
Rebecca berjalan menuju mejanya, mengambil tas kecil. Dia menelepon supirnya.
"Ganti mobil itu dengan porsche, bawa kesini karena aku ingin berkendara" ucapanya lalu mematikan panggilannya.

"Queen.. masih tiga jadwal lagi yng harus di isi." Ucap freen sambil melihat tab di tangannya.
Tab itu tiba-tiba dirampas rebecca, lalu meletakkannya dengan kasar di atas sofa. Dia diam sambil menatap sekertarisnya yang terkejut.
"Aku tidak suka ketika dalam jam kerja kau melihat dan terfokus pada yang lain!" Ucapnya tiba-tiba, lalu menjauh dari freen.
Jelas saja freen bingunh dengan apa yang dikatakan rebecca.
...



REBECCA,

Aku tidak tau kenapa, melihat freen menatap kagum pada saint membuatku tak suka.
Moodku berubah drastis dan langsung menunda rapat.
Rasanya seperti ada yang menngerogoti dalam diriku. Hidupku tak tenang hari ini. Rasanya aku ingin melampiaskan emosi tapi aku bingung dengan ini semua.
Beberapa kali aku menghela nafas menetralkan semuanya tapi tidak bisa.

Aku menariknya keluar dari gedung dan masuk kedalam mobilku.
Moodku benar-benar hancur, aku ingin menjauhkan dia dari siapapun termasuk saint.
Tunggu-tunggu, ada apa denganku? Ada apa dengan keinginanku ini? Hanya karena perempuan ini? Aggh aku sudah gila. Sejak kapan aku seperti ini?.

Dua puluh menit berlalu, kami berhenti di salah satu tempat olahraga gym.
"Ayo keluar" ajakku.
Dia diam saja tapi masih menurut apa yang kuperintahkan.
Kami masuk kedalam dan menuju salah satu ruang boxing.
Ada paman jid disana, pelatihku. Dia sedang melatih salah satu kerabatnya.

"Nona rebecca?" Panggil paman jid sambil mendekat kearah kami.
"Nona ingin belolahraga?, tunggu sebentar akan aku siapkan sarung tangan anda" ucapnya lagi lalu pergi mengambil sarung tangan khusus untukku.
Sejenak aku berbalik mengamati freen dibelakangku yang sedang melongo melihat tempat itu.
"Hey.. hentikan tatapan itu, duduk disana dan tunggu aku" ucapku sambil menyuruhnya untuk duduk. Lalu aku meninggalkannya untuk mengganti pakaianku.

Palssshh... plashhhh
Suara hantaman tinjuku mendarat di bantalan yang di pegang paman jid, bersama kakiku yang menendang bantalan yang ada di kakinya.
Aku menyalurkan semua emosiku disana. Semuanya sambil membayangkan apa yang aku rasakan saat di tuang meating tadi. Aagghhh..
Paman jid mengontrolku, "nona rebecca, pukulanmu hari ini sangat kuat. Apa kau sedang emosi?" Tanya paman jid.
Aku tidak menjawabnya, malah melanjutkan pukulanku.
"Santai saja nona rebecca," paman jid memperingatiku, namun aku tak mengindahkannya. Dan terus memukul dan menendang sampai aku puas.

Tiba-tiba..krakkk..
Pergelangan tangan kananku berbunyi, sepertinya patah. Mataku melotot sempurna, terkejut dengan bunyi itu.
Paman jid dengan cepat melepaskan bantalan yang ada pada tubuhnya, lalu membantuku membuka sarung tinju.
"Queen.. kau tidak apa-apa?" Freen mendekati kami.
Aku tak menjawab pertenyaannya, aku fokus pada tanganku yang kesakitan.

Setelah sarung tinju itu lepas, dengan perlahan-lahan paman jid menyentuh pergelagan tamganku.
Oh tuhann.. rasanya sakit sekali. Aku berteriak kesakitan.
"Sshh aaagghhh...!!!" Sepertinya benar dugaanku ini patah. Di tambah lagi paman jid seperti ketakutan saat merabanya.
"Nona, maafkan saya, sepertinya anda harus memeriksanya kedokter." Ucap paman jid.
"Ap..."
"Apa..??!!" Freen terkejut saat mendengar ucapan pelatihku.

Dia menghela nafas sedikit, lalu memengang dan menuntunku ketempat duduk.
Paman jid segera pergi memgambil air hangat untuk memgompres tanganku.
"Hati-hati.. aku sudah menduganya dari tadi saat aku mengamatimu. Kau tampak seperti orang yang penuh dengan emosi saat menghantamkan tanganmu disana. Aku melihatnya, pelatihmu sudah memperingatkan tapi kau tidak mendengarkan. Dan ini jadinya.." die mengoceh sambil memegang dan mengamati tanganku.

Aku diam, sambil memdengarnya mengoceh seperti memberikan peringatan pada anak remaja. What?? Dia lupa atau bagaimana? Dia sedang bersama queen, dan melupakan tatakrama berbicara dengan atasannya?
Tapi.. di satu sisi aku suka perilaku tiba-tibanya.
Aahh aku gilaa.
Paman jid datang memberikan semangkuk besar air hangat dan handuk kecil. Dia meraihnya dari paman jid lalu mengobatiku.
"Biarakan saya yang mengobati queen" ucapnya lalu mengambil mangkok dari tangan pelatihku.
Tanpa menolak, paman jid memberikannya lalu meminta diri untuk pergi memperbaiki peralatanku.

Aku diam sambil mengamati tanganku yang dikompres olehnya.
"Setelah ini, kita ke dokter untuk memeriksa tangamu" ucapnya.
"Hey apa maksudmu dengan kata-kata itu padaku? Kau pikir aku temanmu? Aku bossmu, aku yang memerintahmu bukan kau yang memerintahku" ucapku dingin.
"Maaf queen, aku lupa" ucapnya sambil tertunduk. Aww wajah malunya terlihat lucu.
......
*********************




FREEN,
Lembaran rontgen itu di tempelkan pada sekotak sinar cahaya di ruang dokter. Memperlihatkan susunan tulang pada tangan kanan queen. Terlihat sendi pergelangan tangan queen tidak pada posisi seharusnya.

" tangan anda mengalami keselo, atau dalam kasus besarnya sendi di pergelangan tangan anda tidak pada posisi seharusnya atau bergeser. Jadi itu mengakibatkan daging di area ini mengalami pembengkakan." Ucap diokter.
"Lalu bagaimna penyembuhannya?" Tanyaku.
"Kita harus menyatukan kembali tulang itu dengan cara menggesernya secara alami, dan memasang pengaman pada tangannya"
"Apa?? Tidak tidak tidakk.. itu menyakitkan aku tidak mau" dia menolak.
"Jika tidak mau, lalu bagaimana tangan queen akan sembuh!??" Aku memprotesnya.
"Tidak ada jalan lain?" Dia bertanya pada dokter.
"Tidak ada nona"
"Ayolah lakukan saja, ini demi kebaikkanmu!" Aku dengan agak emosi memaksanya. Aku tidak peduli jika dirinya seorang queen saat ini.

Aku muak. Aku seperti seorang ibu yang menemani anaknya masuk rumah sakit. Apapun aku yang mengurusnya, dan menerima saran dari dokter tersebut. Sedangakan dia, hanya mengeluarkan uang dan duduk diam.




###################

.....vr.....

QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang