Cappter 3

706 87 3
                                    


REBECCA,

Hmm, aku duduk dan memutar di kursiku dari meja kerjaku saat wanita itu datang bersama heng.
Saat aku memutar, yang pertama kulihat bukanlah sekertarisku melainkan mata wanita itu.

Entah, aku tidak tau dengan diriku sepersekian detik itu. Mata kami bertemu, saling mengunci.
Ada yang aneh padaku, perasaanku tiba-tiba gugup.
Padahal setelah sekian lama aku bekerja, bertemu dengan para pegawaiku dan beberapa rekan bisnisku aku tidak merasakan kegugupan ini.
Tapi yasudahlah, mungkin ini hanya sementara untukku.

Setelah dia meyakinkan dirinya untuk menjadi sekertatisku, aku menyuruh heng untuk mengajarinya beberapa hal yang harus dia pahami.
Sedangkan aku? Aku masih diruanganku. Merasa bingung dengan diriku sendiri. Sekilas aku memikirkan wanita itu, matanya sangat indah dan lentik bulu matanya itu...mengundang orang-orang untuk terus menatapnya.

Apa yang aku pikirkan? Gilaa..
Tapi aku penasaran dengannya. Dan aku mencoba menghubungi calon sekertarisku dan menyuruhnya masuk keruanganku.
Oh tuhan, aku gugup lagi...
Sambil menunggunya, aku mencoba menetralkan perasaanku dengan membaca profilnya yang di tinggalakan heng dimejaku.
Dia mantan sekertaris juga ternyata, tapi.. hanya enam bulan? Apa-apaan ini??

Dia datang, mengetuk pintu ruanganku. Dan aku mengizinkannya untuk masuk.
Aku bersumpah, aku gugup saat itu aku tidak tau kenapa. Aku tak berani menatap mata wanita itu.
Yap, namanya freen sarocha. Hmm nama yang cantik.
Aku memberanikan diri mentapnya dan menanyakan perihal masa kerjanya dulu.
Tak bisa dipungkiri, dia mencoba meyakinkanku untuk menggantikan posisi heng. Hmm.. sepertinya dia sangat membutuhkan pekerjaan ini.

Entah bagaimana pikiranku saat itu, aku mencoba untuk mengetes kemampuannya. Dengan mengerjakan semua yang kuperintahkan, padahal heng tak pernah kuperintahakan seperti itu sebelumnya.

Ada kesenangan tersendiri saat mengerjai wanita itu.
Aku menyuruhnya untuk membersihkan berbagai alat-alat yang ada di ruanganku sampai bersih, garis bawahi kata bersih.
Hingga sampai pada jam makan siang. Aku dengan santainya memakan makananku sambil mengerjakan beberapa tugas yang harus kuselesaikan hari ini.
Sambil mataku tetap curi-curi pandang melihat dia membersihkan.

Dia seperti orang gila, berbicara sendiri. Kadang dia mengambil salah satu furniture yang dia lap dan berbicara pada benda itu. Yah tuhan, dia cantik tapi agak gila.

Aku mencoba menanyakan keadaanya, dia berbailk padaku dengan senyum yang manis dan mengatakan bahwa dia tidak apa-apa.
Waw.. senyumnya sangat manis, entahlah aku seperti meleleh.
...


Sore itu, aku memyuruhnya untuk mengikutiku pergi. Aku tau dia belum makan sejak siang tadi.
"Nona sarocha, ikut aku sekarang juga" perintahku padanya.
"Baik queen.."
Aku berdiri dari dudukku, mengambil blazer yang tergantung di tempat gantungan di samping kursi, lalu memakainya dengan asal tanpa memasukkan tanganku di lengan blazer. Aku meraih tas yang berisikan alat-alat kerjaku dan menyodorkan padanya.
"Bawa ini"
Dia menerimanya, lalu mengikuti langkahku untuk keluar dari ruangan.

Langkahku terhenti sejenak dan berbalik padanya.
"Silahakan ambil tas dan ponselmu, jangan sampai tertinggal. Kita akan pergi dan tak akan kembali ke kantor lagi karna jam kerja sudah hampir selsai" kataku padanya.
Dia segera mundur dan pergi keruangannya untuk mengambil barang-barangnya.
Sejenak aku marasa kasihan padanya, karena aku tau dia samgat kelaparan itu terlihat dari raut wajah lesuhnya.
Astaga.. betapa teganya aku, jika saja daddy tau aku memperlakukan karyawanku seperti ini, sudah pasti aku terkena sengatan mulutnya, merinding.

Aku membawanya ke salah satu restoran langgananku. Menyuruhnya duduk bersamaku tapi dia menolak tapi aku tetap memaksanya.
"Jika kau tidak duduk denganku, aku akan memecatmu sekarang juga", upss aku mengancamnya dan itu membuahkan hasil.
Di takut padaku.

Setalah hampir dua puluh menit, menu yang kupesan akhirnya keluar.
"Aku tau kau sangat lapar, makanlah" ucapku sambil
Menarik ssebelah senyumku.
"Hari ini masih pekerjaan ringan untukmu, besok adalah yang benar-benar pekerjaan untukmu. Persiapakan tenagamu, kau akan bekerja denganku satu kali dua puluh empat jam" ucapku, entah ide darimana aku menyuruhnya bekerja siang dan malam bersamaku.

Dia tersedak saat makan ketika mendengar ucapanku.
"Queen, lalu aku tidak ada waktu untuk beristirahat?" Di bertanya.
"Tidak" jawabku singkat.
"Lalu? Aku tidur, berganti baju, dan semuanya?" Dia bertanya dengan panik.
"Besok pagi persiapakan semua barangmu dan kau akan tinggal bersamaku" kataku enteng.
"Apaa??? Yang benar saja queen? Aku.. lalu apartemenku kosong begitu saja tanpa aku huni?"
"Kau bisa pulang pulang jika pekerjaanmu kosong, itu adil"
"Itu tidak adil queen.."
"Kalau begitu silahkan mengundurkan diri"
Dia terdiam sejenak mencerna ucapanku.
"Eeh... ba baiklah.. akan kupersiapkan semuanya"

*******

Dan disinilah aku, duduk di kursi gantung tepat di balkon apartemenku. Menikmati hembusan angin malam yang menenangkan.
Sebotol wine yang sudah terbuka dan gelas kaca yang berisikan seperempat wine dan satu es batu berbentuk bola didalamnya.

Beruntungnya malam ini aku tidak sibuk dengan pekerjaanku, jadi aku bisa menikmati keindahan malam.

Ponselku berdering, RICHARD saudara laki-lakiku menelepon.
"Hey.. whatsupp!!" Serunya di seberang telepon.
"Hmm.. im fine," balasku dengan nada datar.
"Kau tidak merindukanku?" Dia bertanya.
"Hmm no, but I miss daddy. Dimana orang tua itu?" Tanyaku.
Panggilan suara itu, dialihkan richard menyadi mode panggilan camera.
Dengan cepat dia berlari menuju ruangan daddy.

"Dad.. anak perempuanmu sedang merindukanmu" ucap richard diseberang.
Terlihat orang tua itu sedang asik dengan bukunya di meja kerja.
"Heyy.. my girl, how are you?" Daddy menyapaku.
"Im fine dad, bagaimana kabarmu disana? Apa makanmu teratur?" Tanyaku.
"Hmm yeah.. seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja, dan ada richard bersamaku. Lalu bagaimna pekerjaanmu?"
"Seperti biasanya.. selalu baik walau ada sedikit masalah tapi bisa ku atasi" jawabku.
"Lalu? Apa benar heng berhenti?"
"Hmm yap.. tapi tenang saja dad.. ada yang menggantinya"
"Yah aku harap kau tidak membuat karyawan barumu tidak nyaman saat bersamamu" ucap daddy.
Upss... seketika aku memikirkan perlakuanku satu hari ini pada wanita itu.
"Aku tau dad, baiklah aku tutup dulu. Jaga dirimu disana" ucapku.
"Hey.. kau tidak mengucapkan selamat tinggal untukku?" Richard menyela
Aku memutar bola mataku dengan tingkahnya, "yah.. dan kau juga.. jaga dirimu dan daddy, bye aku mencintai kalian"
Kututup telepon itu lalu meletakkannya lagi di atas meja.

Selang beberapa menit, ponselku kembali berdering.
Kali ini bukan richard yang menelepon, melainkan ken rekan bisnisku, dan teman dekat richard. Ayahnya berteman baik dengan daddy.
Huuft.. aku muak dengan lelaki ini.

"Hello my princess," sapanya.
"Hmm.."
"Kau dimana? Dan sedang apa?" Di bertanya
"Aku diluar dan sedang sibuk" ucapku malas.
"Owh sayang.. apa tidak ada waktu mengobrol denganmu?"
"Bukan hari ini ken.. aku sibuk sekarang"
"Hmm.. baiklah, sampai jumpa dan jaga dirimu disana, aku mencintaimu"
Dengan cepat aku memutuskan panggilan itu.

*********








######################

...Vr....

Queenजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें