" How... " Lorenzo geleng kepalanya sekali. Bagaimana gadis itu tahu?

Seluruh wajah Helena ditilik. Memang mata itu sama dengan ibunya, namun perasaan cintanya tiada langsung kaitan dengan perkara itu.

" It's not. Yes you have the same eyes, but I really love you, Helena! All I want is you, because I love you. I love everything about you-" Lorenzo cuba memberi penjelasan sebelum kata-katanya dicantas Helena.

" You're lying! " Bentak Helena. Tak ingin dia berada dalam hubungan yang tidak jelas. Pecah tangisannya. Berjurai air matanya, berharap perbalahan ini terhenti.

" She's dead, Helena! My feelings toward you has nothing to be done with my mother. " Makin lirih suara Lorenzo. Cukup jelaskah apa yang ingin dia bicarakan? Dapatkah Helena faham perasaannya? Dia yakin Helena juga cintakan dia. Dia mesti cuba mengejar lagi.

Tiada respon dari si gadis. Hanya esakan menjadi latar suara. Terduduk gadis itu ke tanah. Tangannya mengusap bunga-bunga tulip, lembut. Biarlah dia tenang dahulu. Fikirannya bercelaru.

" It's from 11 years ago. Aldo Barone. "

Pegun. Helena kaku ditempat dia berdiri. Pisau ditangannya terjatuh ke lantai, selamat tidak mengena kakinya.

" Al... Aldo? "

Biasa saja raut wajah lelaki itu.

" If you're here, then- "

" No. Lorenzo is not here. " Cantas Aldo. Dia ke sini seorang diri, mengharungi segala perlindungan yang ada di rumah agam itu. Hanya untuk bertemu seorang gadis." It's just me. "

Helena meneutralkan emosinya. Tak mahu ketara sangat riak terkejutnya itu.

" What do you want? "

" Giving a warn. " Tutur Aldo serius. Dia mendekati Helena. Tiada langsung niat ingin mencedera atau membahayakan gadis itu selain melindungi.

" This night. Lorenzo will come here. "

" The hell? " Bertaut kening Helena. Difikirkan mereka sudah tiada apa-apa hubungan setelah sebelas tahun lalu. Bukannya marah mahupun takut, cuma terkejut yang amat.

Aldo mengeluh berat. Dia sendiri tak tahu adakah benar tindakannya ketika ini.

" He will propose you. " Aldo berkata dengan nada serius.

Meluas mata Helena. Jantungnya berdegup kencang. Tak diduga kenyataan itu yang akan keluar dari ulas bibir jejaka tersebut.

Seketika Helena merenung jauh sambil melabuhkan duduk di atas katil. Memikirkan takat perasaannya pada Lorenzo. Cintakah dia pada lelaki itu? Entah, dia pun tak tahu. Sudah 11 tahun mereka tidak berjumpa, tidak tahu perasaan sepatutnya yang ada dalam jiwa.

" That's sounds like a good news for me. Where's the warn? " Helena panggung kepala. Wajah Aldo dipandang jelas.

Aldo pandang iris mata gadis itu. Bercahaya. Nampaknya memang ada sinar kasih daripada Helena terhadap Lorenzo. Aldo kalih pandangannya ke luar tingkap.

" He loves you. "

" Then? " Sedikit-sebanyak jantung Helena makin laju mengepam darah. Meruap sedikit wajahnya.

" But he's not "

" Straight to the point, Aldo. " Jujur Helena. Penatlah nak berkias macam ni, tak perlu bertapis, cakap aje boleh tak?

Aldo menghembus nafas berat. Patutkah dia masuk campur dalam hubungan ini?

" I know you love him too, Helena. But you don't know if he really really loves you or it's just his feelings... "

Helena menyengetkan kepalanya ke kanan. Tak faham.

" You have the same eyes with his mother. Do you know what was his true intention when he kidnapped you 11 years ago? He wanted to kill you out of revenge. Rancangan dia serta-merta dibatalkan hanya kerana mata kau, Helena. How'd he kill you? Whenever he looks at you he will remember his mother. Kalau perasaan dendam itu pergi hanya kerana kesamaan rupa fizikal kau dengan mak dia, what about his feelings? His love? Is it all because his mother? "

Hilang keterujaan Helena mendengar penjelasan Aldo.

" Macam mana awak tahu? Dia pernah cakap ke? " Soal Helena, dengan perasaan ragu. Tak akanlah Aldo ingin menuduh begitu saja.

" He used to. Aku tak tuduh dia seratus peratus sayangkan kau hanya kerana 'mata'. I'm just giving a warn, the decision is on you. " Tiada gurauan dalam katanya. Aldo merenung wajah Helena. Melihat raut kecewa gadis itu, dia hembus nafasnya perlahan.

Bukan niatnya untuk merosakkan hubungan orang lain, apatah lagi menganiaya sahabat baiknya sendiri. Dia cuma takut. Dia tak mahu kedua-duanya terluka dengan dengan tindakan yang mementingkan diri.

Dia pernah lihat Lorenzo lemah, tak mahu dia nampak lagi sosok itu.

Helena memeluk lututnya di atas katil. Wajah disorokkan di antara lutut. Diam tidak berkutik. Tiada suara mahupun respon dari gadis itu.

Aldo raup wajahnya.

" I don't want to see both of you hurts each other. I don't mean to backstab my own friend... You know, I love seeing the two of you together. But with the pure love, not hypocrisy. It's hurt if one side is giving a hope when the other is just want what they want from you, not fully loves you. " Sambung Aldo panjang lebar.

" I'm sorry. " Ucapan terakhir dari Aldo sebelum dia berlalu pergi.

" Aldo. He's the one who tell you this, right? " Lorenzo senyum hambar. Tubuh Helena yang membelakanginya didekati perlahan-lahan.

" Patut ke saya percayakan awak? " Helena menyoal dengan mata berkaca. Merah tubir mata itu.

Lorenzo diam.

Tak berapa lama kemudian, tubuh Helena sudah terbaring di tanah. Pengsan.

___

[ harap tidak diamalkan perkara negatif di dalam kisah ini ]

- banyak sangat b.inggeris eh :v dok reti la kamek ngan b.i ni kalau salah tolonglah betulkan

7 DEMONS 1 ANGEL [ HIATUS ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora