bab 17

319 38 13
                                    

happy reading

Gafril yang mendapat pukulan dari Langit tersungkur di atas lantai rumah sakit. Sejujurnya ia tidak menyadari keberadaan Langit di ruangan ini. Dirinya memeluk Naya hanya sebagai ungkapan terima kasih.

Selalu seperti ini, Naya muak melihat Langit yang selalu dikontrol emosinya sendiri. Perempuan itu berlutut di depan Gafril.

"Ayo berdiri, biar aku bantu obati luka kamu."

Langit menatap mereka berdua tajam. Luapan api kembali menyerangnya, sebisa mungkin ia mengendalikan amarah itu walaupun sangat sulit.

"Naya!" Sentak Langit.

Naya menatap Langit tajam sedangkan Gafril, pria itu memegang tulang pipinya yang terkena pukulan dari Langit dengan senyum meremehkan ke arah Langit.

"Aku nggak suka lihat kamu kasar, lebih baik kamu pergi dari sini."

Langit merasakan sesuatu mencubit hatinya, rasanya sedikit sakit. Pria itu menatap Naya, menatap dalam manik mata teduh milik perempuan itu. Ia ingin memastikan perasaan yang dirinya rasa, mengapa saat melihat Naya membela Gafril membuatnya tidak senang, apa ia cemburu.

Cemburu?

Langit menepis jauh-jauh pemikiran itu. Cukup dulu saja ia buta akan cinta, sekarang ia tidak mau mengulanginya lagi.

Cinta memang suatu rasa yang menyenangkan. Tapi jangan salah, cinta juga bisa menjadi penghancur dirimu sendiri.

Pria itu berjalan keluar. Niat awal ingin membawa Naya ke rumah ia buang sia-sia, padahal ia hanya ingin memperbaiki hubungannya dengan perempuan itu tapi saat melihat kejadian tadi, ia bimbang untuk melakukan hal itu.

•••

"Kamu beneran mau pulang sendiri?" Tanya Gafril berulang kali.

"Iya, kamu harus jagain mama kamu. Ngga mungkin kalau kamu ninggalin mama kamu sendirian, kan." Jelas Naya.

Sudah satu jam lebih Naya di rumah sakit menemani Gafril, Dena juga sudah siuman sejak kepergian Langit tadi. Dan sekarang, Dena sudah tertidur akibat meminum obat yang diberikan sang dokter tadi. Sebenarnya keadaan Dena sudah memungkinkan untuk dibawa pulang sekarang, namun Gafril memilih menunggu hari esok karena hari sudah sangat larut.

Gafril melirik ke arah mamanya sekilas. "Ada suster Naya. Aku bisa panggil suster sekarang juga biar bisa jagain mama."

"Udah ngga papa, kamu di sini aja. Aku bisa pesen Grab. Kalau kamu masih maksa, aku ngga akan mau ketemu kamu lagi." Ancam Naya, pasalnya Gafril sedari tadi tidak henti-hentinya menawarkan untuk mengantarnya pulang.

Gafril menyerah.

"Yaudah kamu hati-hati, kalau ada apa-apa hubungi aku."

"Oke!"

Naya melangkahkan kaki keluar, ia berjalan ke arah jalanan luar rumah sakit agar memudahkan Grab yang sudah ia pesan tadi melihatnya.

Suasana sekitar cukup sunyi karena jam hampir menunjukkan pukul sebelas malam. Dinginnya malam juga menemani perempuan itu di setiap detik ini.

SREK.

emmmh!

Beberapa orang tiba-tiba menyeret dan membekap mulut Naya, perempuan itu meronta-ronta namun sialnya tidak ada orang yang melihatnya.

Cekalan beberapa orang tadi terlepas sampai membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh di tempat sepi, bahkan tidak ada orang lain selain perempuan itu dan beberapa orang yang membawanya.

Tiga pria berbadan besar melingkari Naya. Satu persatu pria itu mendekat dan menendang-nendang tubuh Naya. Naya mencoba berdiri namun terus digagalkan karena ulah kaki sialan pria-pria itu.

"Berhenti! Sakit!" Teriak Naya.

Satu pria itu mendekat dan mencengkram rahang Naya kuat sampai membuat sang empu meringis kesakitan. "Diam!"

Tendangan-tendangan kembali ia rasakan, tubuhnya semakin nyeri karena ulah pria-pria itu.

Naya terus meringis dan meminta di lepaskan namun seakan tuli, pria-pria itu seperti menganggap angin lalu semua ringisan dan permohonan Naya.

Perempuan itu memegang perutnya saat nyeri semakin dirasakan di area perutnya. Bukan hanya kaki, lengan tetapi perut juga menjadi sasaran tendangan kaki setan milik pria-pria itu.

Darah tiba-tiba mengalir menyusuri kaki mulusnya. Pelaku yang melihat itu kontan menatap sekitar jika tidak ada orang lain yang melihat kejadian.

"Pergi sekarang!" Instruksi salah satu pelaku dan dipatuhi yang lain.

Sekarang Naya sendirian, merasakan perih yang menjalar dari perutnya. Perlahan-lahan penglihatannya memburam kemudian menggelap. Perempuan itu terkapar dengan keadaan yang memprihatinkan.

•••

Langit memasuki rumahnya dengan perasaan kesal. Bisa-bisanya seorang perempuan seperti Naya mempermainkan emosinya.

Sedangkan Reno, pria itu hanya pasrah menjadi sasaran kekesalan bosnya. Ia sebenarnya tahu perihal permasalahan rumah tangga bosnya dengan istrinya, ia mengetahui hal itu karena mulut ember milik Kaluna. Gadis cantik itu selalu menceritakan hal yang menurutnya sangat lancang untuk ia ketahui. Ia jadi menyimpulkan, jika perasaan suka sudah muncul di hati Langit namun pria itu tidak mau mengakuinya.

"Reno!"

Lamunan Reno buyar seketika saat mendengar panggilan dari bos nya.

"Ada apa tuan?"

"Tolong belikan saya mangga muda."

Reno mengerutkan alisnya, yang ia ingat setelah pulang dari kantor ia mampir dengan bosnya di toko buah. Dan sekarang kenapa bosnya menyuruhnya untuk membelikan buah itu. "Bukannya tadi?"

"Saya tidak jadi membeli karena perempuan sialan itu!"

Bentar, mangga muda? Beberapa hari lalu menyuruhnya untuk membelikan mie instan yang jelas-jelas seorang Langit anti dengan makanan instan. Dan sekarang ia diperintah untuk membelikan mangga muda sedangkan bos nya tidak pernah sama sekali memakan buah itu.

"Maaf tuan kalau saya lancang, kalau boleh tahu apakah nyonya Naya sedang mengandung anak tuan? Akhir-akhir ini permintaan tuan sangat menyimpang dengan kebiasaan tuan." Ucap Reno.

"Yang saya tahu juga, kalau perempuan hamil biasanya kalau tidak istrinya pasti suaminya bisa mengalami ngidam. Hal itu lazim terjadi." Lanjutannya.

"Jadi kamu kira saya ngidam? Tapi perempuan itu mengatakan kalau dia tidak sedang mengandung." Jawab Langit.

Sebenarnya Langit merasa aneh dengan dirinya, ia bahkan tidak mengenal tentang dirinya akhir-akhir ini. Contohnya menginginkan makanan yang sangat ia hindari. Biasanya Ia juga merasakan mual saat di pagi hari selama Minggu terakhir ini. Sungguh tingkah lakunya seperti orang hamil.

"Kalau berbohong?"

"Saran saya tuan harus memastikannya secara langsung, kalau nyonya benar-benar mengandung anak tuan atau tidak. Apa tuan tega membiarkan nyonya berjuang sendirian untuk bisa melahirkan anak itu jika nyonya benar-benar hamil? Padahal tuan juga berkontribusi dalam membuatnya."

Langit sangat menyimak ucapan-ucapan Reno, namun saat mendengarkan kalimat terakhirnya ia malah kesal. Ayolah, saat itu dirinya mabuk. Ia juga tidak bisa menebak jika semua ini akan terjadi.

to be continued

Jangan lupa follow akun Instagram terbaru ya lurrr👉🏻 @tulisansastraa6

Rabu, 1 Mei 2024
00.07

Changed feelingsWhere stories live. Discover now