bab 16

314 43 21
                                    

happy reading

"Naya? Ngapain kamu." Entah mengapa Langit sedikit tidak suka jika Naya keluar malam, apalagi sendirian.

Naya memutarkan kedua bola matanya malas "Menurut kamu?"

Langit menatap mangga muda kemudian beralih menatap Naya. "Buat apa malam-malam mencari buah?"

Perempuan itu mengulumkan bibirnya ke dalam, mencoba mencari alasan untuk menjawab ucapan Langit. Ia tidak mau jika Langit mengetahui keadaan dirinya.

"A-aku di suruh mama."

Langit menatap keanehan Naya, perempuan itu benar-benar sedikit mencurigakan.

"Ikut saya." Langit membawa Naya secara paksa untuk memasuki mobilnya.

Pria itu membawa tubuh Naya masuk ke dalam mobilnya diikuti oleh nya kemudian menutup pintu mobil itu. Langit menatap Naya dalam, Naya yang di tatap merasa gugup. Ia khawatir jika Langit mengetahui jika dirinya sedang mengandung anaknya.

"Kamu benar-benar ingin bercerai?"

Naya menghela napas lega, syukurlah jika Langit tidak tahu.

Naya mengangguk mantap. "Iya."

"Kalau saya tidak mau?" Ucap Langit sambil terus menatap manik indah milik Naya.

"K-kamu harus mau." Naya tidak tau kenapa tiba-tiba dirinya gugup. Mungkin hanya karena berbicara se intens ini, mana mungkin dirinya mempunyai perasaan terhadap Langit. Ia tidak bisa membayangkan jika itu benar terjadi.

Langit menyeringai, candu tetaplah candu. Membuat Naya gugup masih menjadi candu baginya. Langit merasa senang sekarang, ia tidak tahu penyebabnya apa atau lebih tepatnya tidak mau menyadari jika keberadaan Naya disisinya membuatnya senang.

"Langit." Tiba-tiba pintu mobil itu terbuka, dan pelakunya adalah Gelita. Sebenarnya Gelita ingin memberikan kejutan kepada Langit karena melihat mobil pria itu. Tetapi ia terkejut saat di perlihatkan Langit dengan Naya yang berada di dalamnya.

Langit dan Naya melihat ke sumber suara. Itu membuat Naya sedikit mendorong tubuh Langit agar sedikit menjauh darinya.

"Kalian ngapain?" Ucap Gelita kesal melihat kedekatan mereka berdua. Pasalnya saat menjadi kekasih nya Langit, dirinya tidak pernah diperlakukan se romantis itu, tapi untungnya kartu-kartu debit milik Langit yang menjadikan salah satu alasan untuk bertahan dengan pria itu.

Dan sekarang, Gelita tidak pernah merasakan kartu-kartu itu lagi. Perempuan itu merindukannya.

"Pergi dari mobil saya." Ucap Langit datar ke arah Gelita.

"Nggak! Yang harus pergi itu dia." Sambil menunjuk Naya.

"Pergi sendiri atau--

"Nggak akan!" Gelita geram, perempuan itu mencekal tangan Naya dan manarik tangan Naya secara paksa agar Naya bisa keluar dari mobil milik Langit.

"Apaan kamu!" Naya pun menarik tangannya dan melepaskan cekalan tangan Gelita di tangannya.

Langit tidak tahan melihat Gelita, pria itu menatap ke depan. "Reno."

Reno yang paham akan maksud ucapan dan tatapan Langit pun bergegas keluar dan menarik paksa Gelita agar menjauh dari penglihatan Langit dan Naya.

"Apaan sih! Lepasin aku!" Berontak Gelita saat Reno terus memaksanya menjauh.

Reno tidak merespon tindakan maupun ucapan Gelita, ia terus menjalankan tugasnya untuk membuat Gelita menjauh.

"Lepasin aku! Kamu bisa aku pecat kalau berani begini!"

Changed feelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang