bab 15

373 46 20
                                    

happy reading

"Dua garis lagi." Ucap Naya lirih sambil melihat beberapa testpack yang hasilnya sama. Dua garis.

Naya sudah menghabiskan lima testpack untuk membuktikan jika testpack sebelum-sebelumnya tidak benar. Tapi kenyataannya, sudah lima testpack dan hasilnya tetap sama. Naya benar-benar positif hamil.

Perempuan itu menatap pantulan wajahnya di cermin. Ia memejamkan mata bersamaan dengan tarikan napasnya yang dalam. Kemudian membuka matanya bersamaan dengan hembusan napasnya. Perempuan itu bingung.

Naya menatap ke arah perutnya yang masih rata, tangannya ia ulurkan untuk mengelus perutnya. Ia menyeka Air mata yang tanpa permisi terjun bebas dari matanya.

"Kenapa nangis sih?" Ucap Naya sambil terus menyeka air matanya.

Naya kembali menatap cermin. Ia menghela napas panjang lagi. Memikirkan hal ini terus-menerus akan membuatnya stres, lebih baik ia menjalani aktivitas seperti biasanya tanpa memikirkan hal ini. Untuk urusan ini mungkin akan dirinya pikirkan baik-baik nanti.

Naya juga tidak akan memberitahu perihal ini kepada Langit. Bisa aja pria brengsek itu menyuruhnya menggugurkan kandungannya, ia tidak mau itu terjadi. Biar saja dirinya berjuang sendirian.

Janin itu harus tetap hidup, apapun yang terjadi dia akan terus mempertahankannya.

•••


"Jangan-jangan?" Ucap Bara dan Kaluna bersamaan.

"Mas Langit hamil!" Seru Bara.

Kaluna menoyor kepala Bara. "Yang bener apa, mana ada Mas Langit hamil." Ucap Kaluna kembali mengalihkan pandangannya ke arah televisi. Perempuan itu melihat tayangan sambil berpikir.

Bara memegang kepalanya yang menjadi korban tangan kejam Kaluna. "Bisa aja Mas Langit transgender." Ucapnya ngasal.

Kaluna menatap Bara kesal. "Mending mas Bara diem, ngelantur mulu omongannya."

"Apa jangan-jangan Naya hamil? Terus yang ngidam mas Langit?" Tebak Bara sambil mengambil cemilan yang berada di meja kemudian memasukkannya ke dalam mulut.

"Ngga mungkin, mungkin aja mas Langit cuman lagi pengen makan mie aja." Tapi tidak bisa dipungkiri lagi jika Kaluna sedikit mengkhawatirkan tentang perkataan Bara.

Bara menyetujui ucapan Kaluna. Mana mungkin mereka melakukan hal itu kan, pasalnya mereka tidak terlalu dekat bahkan seperti orang musuhan.

•••

"Mbak Naya? Mbak Naya ngga papa kan?" Ucap Ranti mulai khawatir karena ia sedari tadi mengetuk pintu ruangan Naya namun tidak ada jawaban dari sang empu sama sekali.

Naya yang mendengar itu langsung bergegas membersihkan sisa-sisa air matanya kemudian keluar dari kamar mandi. "Ngga papa, Ran." Jawab Naya sedikit berteriak.

Naya berjalan ke arah pintu keluar dan membuka pintunya, ia melihat Ranti sudah berdiri di depannya. "Aku di kamar mandi tadi."

Ranti mengangguk. "Iya mbak, aku kira terjadi sesuatu."

"Nggak, kamu ada urusan apa keruangan aku?"

"Tadi ada pria yang ingin bertemu dengan mbak Naya, katanya temannya."

"Temen aku?" Naya mencoba mengingat-ingat apakah ia ada janji dengan seorang pria? Tetapi ia tidak merasa itu.

"Tapi ngomong-ngomong nih ya mbak, temen mbak Naya tampan." Ucap Ranti sambil cengengesan.

Changed feelingsWhere stories live. Discover now