bab 14

378 46 21
                                    

happy reading

"

Turunkan aku!"

"Mau kamu apa sih!"

"Kita udah pisah, jadi jangan ikut campur urusanku."

Cittt

Langit menepikan mobilnya di pinggir jalan, untung jalanan ini tidak ramai pengendara jadi ia leluasa jika ingin memberhentikan mobilnya tanpa khawatir ada yang terganggu.

Pria itu menoleh kan kepalanya ke samping, menatap Naya. "Udah?"

"Nay, saya tidak bodoh untuk mengerti aturan perceraian. Saya tahu kalau kita belum sepenuhnya pisah karena saya tidak menghadiri sidang itu, hakim juga belum memutuskan kan? Lagi pula, alasan hakim belum memutuskan karena saya tidak pernah menyetujui perceraian ini."

Naya terdiam, semua perkataan Langit benar adanya. Ia hanya membuat skenario palsu jika dirinya sudah pisah, padahal masih berproses. Tetapi kemungkinan besar ajuan perceraiannya tidak bisa diterima karena pria itu tidak pernah mengatakan setuju.

Walaupun ada beberapa alasan yang dapat menguatkan ajuannya seperti Langit yang mengkasarinya dan berselingkuh. Tetapi sialnya ia tidak memiliki bukti sama sekali.

"Yaudah kalau gitu ayo kita ke persidangan sekarang."

Langit menghela napas kasar, sebegitu ingin berpisahnya kah perempuan itu? "Saya mempertahankan pernikahan ini karena anak yang kamu kandung, malam itu saya tidak memakai pengaman, dan itu tidak menutup kemungkinan kalau kamu hamil anak saya. Saya yakin anak saya karena saya yang pertama buat kamu kan." Ucap Langit bangga saat mengucapkan kalimat terakhirnya.

Seakan bumi berhenti berputar, jantung Naya berdetak melebihi batas normal. Tidak memakai pengaman? Apa pria itu gila! Ia benar-benar tidak mengingat semua itu. Kejadiannya seakan cepat sampai membuatnya lupa.

"Ngga! Aku ngga hamil!" Kekeuh Naya.

"Apa kamu yakin? Atau kamu sudah memeriksa nya? Saya hanya tidak rela jika hasil bibit saya tidak merasakan kasih sayang sesosok ayah."

Naya benar-benar frustasi jika terus mendengarkan perkataan Langit, jelas-jelas dirinya tidak hamil kenapa pria itu sangat berlebihan. "Udahlah, aku juga ngga hamil anak kamu. Jadi kamu jangan ganggu hidup aku lagi."

"Bagus lah kalau begitu."

"Tapi kalau sampai kamu berbohong jangan harap kamu bisa lepas dari saya." Lanjutannya mengancam.

Kenapa Naya menjadi takut sekarang? Jelas-jelas ia tidak hamil jadi kenapa harus diambil pusing.

Naya menghendikkan bahunya. "Oke."

"Sekarang anterin aku ke supermarket karena kamu udah mengusir taksi aku."

"Hm."

Langit menyalakan mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan sedang. Pria itu seperti merasakan sesuatu yang mengganjal, entah mengapa jawaban Naya tidak membuatnya puas.

Mereka berdua diselimuti keterdiaman. Mereka berdua sedang berkecamuk dengan pikirannya masing-masing. Naya, perempuan itu memikirkan perkataan Langit, benar perkataan pria itu jika dirinya harus memeriksa apakah positif atau negatif. Tapi ia takut, takut jika perut ratanya mengandung benih keturunan Sanjaya.

Tiba-tiba tangan Naya bergerak mengelus perut ratanya, ia bahkan tidak sadar dengan apa yang dilakukannya.

Langit yang melihat itu kontan menautkan alisnya bingung. "Kamu sedang apa?"

Naya tersadar. "Hm? Aku ngga ngapa-ngapain."

Naya menatap arah pandang Langit, pandangan Langit mengarah ke perutnya. Dengan gerakan cepat, Naya langsung melepaskan tangannya yang mengelus perutnya. "Oh ini. Aku lapar, iya aku lapar."

Changed feelingsWhere stories live. Discover now