bab 12

337 39 7
                                    

happy reading

Tiga Minggu kemudian

Seorang pria masih terbujur kaku di atas brankar rumah sakit. Sudah tiga Minggu lamanya tidak ada tanda-tanda jika Langit akan bangun.

Sonya masih terus menangisi anaknya, wanita paruh baya itu menggenggam tangan Langit, ia khawatir melihat keadaan anaknya.

"Bunda yang tenang, Ayah yakin pasti Langit bisa melewati masa kritis ini." Ucap Rommy mencoba menenangkan.

"Sudah tiga Minggu, dan tidak ada tanda-tanda dari Langit sama sekali, Yah."

Tiba-tiba tangan Sonya yang menggenggam tangan Langit merasakan pergerakan dari jari pria itu, Sonya langsung menatap Langit.

"Langit, dia sadar." Ucap Sonya kemudian bergegas ke arah tombol darurat dan memencet tombol itu di kamar rawat inap rumah sakit itu.

Setelah beberapa menit kemudian, dokter pun datang dengan perawat di belakangnya. Sonya menatap anaknya penuh dengan harapan, dirinya sedikit lega walaupun belum sepenuhnya.

Dokter pun mendekat ke arah pria itu dan mulai memeriksanya. Setelah selesai dengan acara memeriksanya, dokter Andriyan pun menatap Sonya sambil tersenyum.

"Anak ibu sudah mulai membaik. Mungkin hanya menunggu beberapa menit tuan Langit akan siuman."

Sonya tersenyum senang. "Benarkah dok? Syukurlah kalau begitu, saya sangat berterima kasih kepada dokter."

"Jangan berterima kasih kepada saya, bu. Ini berkat tuhan, tuhan masih memberikan anak ibu kesempatan untuk menjalani hidup."

Sonya mengangguk. "Dokter benar, ini semua berkat tuhan." Sonya berucap sambil menatap anaknya, mungkin tuhan masih memberikan kesempatan kepada Langit untuk menjadi lebih baik.

"Baik kalau begitu, saya permisi." Kemudian berlalu meninggalkan sepasang suami istri paruh baya itu.

Setelah kepergian dokter Andriyan, Sonya dan Rommy pun mulai mendekat ke arah anaknya. Duduk di sisi kanan dan kiri Langit.

Sonya menatap anaknya sendu, ia kecewa tetapi dirinya juga sangat menyayangi Langit. Perbuatan Langit mungkin tidak mudah untuk di tolerir, perbuatan berselingkuh merupakan perbuatan yang tercela bahkan tidak bisa di anggap sepele.

"N-nay."

Suara pria itu mampu membuat Sonya dan Rommy berdiri. Wanita paruh baya itu mengambil gelas yang berisi air mineral dan membantu Langit untuk meminumnya, setelah itu gelas tersebut di kembalikan ke tempat semula.

Sonya kembali menatap Langit dan menggenggam pergelangan tangan Langit. "Langit? Nak? Bunda benar-benar bersyukur akhirnya kamu siuman." Ucap Sonya sambil memeluk Langit.

Rommy tersenyum menyaksikan anaknya yang sudah sadar, Rommy memang yakin pasti Langit bisa melewati masa kritisnya.

Langit mengerjap-ngerjapkan matanya, ia menatap wanita paruh baya yang memeluknya. Dirinya tahu jika itu bundanya. "Bunda."

Sonya langsung melepaskan pelukannya dan menatap Langit antusias. "Iya sayang?"

"Naya dimana."

Hati Sonya rasanya seperti teriris oleh benda tajam, ia tidak tega mengatakan jika Naya sudah tidak mau berurusan dengan Langit. Sebenarnya, Naya belum mengetahui jika Langit kecelakaan, Sonya sendiri yang merahasiakannya karena ia tidak mau membuat perempuan itu merasa bersalah. Naya pantas menjalani hidup barunya dengan tenang.

"Gimana rasanya tubuh kamu? Apa ada yang sakit? Apa kamu memerlukan se--

"Bun.." Langit tahu betul jika bundanya sedang mengalihkan pembicaraan.

Changed feelingsWhere stories live. Discover now