“Iya, Bu. Alhamdulillah, aku enggak nikah dengan Lionel. Soalnya, aku enggak mau sama anak Ibu. Terbukti jodohku spek-nya di atas anak Ibu. Oh, iya. Ibu kenal calonku, kok. Beliau konsultan keuangan gedung yang kemarin pernah ninjau sekolah kita. Bapak Radhyan, pewaris perusahaan kelapa sawit, Bu.”

Sebenarnya, La Lula benci pamer-pamer begini. Ia sudah dikenal arogan, namun apa boleh buat. Ia memanfaatkan benefit pernikahan dirinya bersama Radhyan yang bertujuan menguntungkan kedua belah pihak.

Ibu Ismi bungkam. Bungkam seribu bahasa.

Oke, aman. Selesai.

Terkadang, sabar tidak menyelesaikan masalah. Ia perlu membela diri.

“Yaudah, Bu. Aku inspeksi kelas dulu.”

Usai berpamitan, La Lula menaruh tas ke meja. Ia berjalan ke gedung kelas IPS, terutama kelas G.

Lho? Ia pikir kini jam belajar-mengajar. Mengapa kelas G belum melangsungkan pembelajaran? Wah, bahaya—

Seumpama kepala sekolah menerima laporan ada kelas kosong; siap-siap rapat kilat.

Assalamualaikum.”

Gerombolan siswa berhamburan, berlomba-lomba duduk di kursi masing-masing.

Waalaikumsalam, Bu Guru Cantik!”

“Udah, enggak mempan—” ujar La Lula. “Jangan muji Ibu, Ibu bakal tetep ngehukum kalian yang bersalah.”

Yaaaahhh!” seru siswa serempak.

“Sini cepet maju yang make hena.

Empat orang maju ke depan, La Lula mengernyit— masih kurang, ia takkan menerima aduan semisal situasinya normal.

“Satu lagi, cepet maju. Kalau Ibu yang ke tempat kamu, sekelas Ibu hukum, Ibu suruh lap jendela gedung kantor.”

Tidak ada reaksi, seluruh siswa mematung.

“Satu.”

“Dua.”

“Ti—”

“Jennie, Bu! Jennie pake hena, dia enggak mau ngaku,” lapor si ketua kelas.

“Ish!”

Sosok bernama 'Jennie' berdiri. Dengan bibir maju, ia mencebik—menatap sinis sang ketua kelas.

“Awas, ya!”

“Kalian kembali duduk,” titah La Lula pada empat orang yang berdiri. “Kamu, ke sini.”

“Bu, hena katanya enggak apa, bukan kutex atau nail art, kok. Jangan, lah, hukum aku, Bu.”

La Lula menghela. “Iya, hena emang diperbolehin. Khusus kamu—enggak.”

“Lho?! Kenapa? Apa karena aku sering ngelanggar, Bu? Ibu~ huuu~”

“Pokoknya, kamu hapus semua hena di kuku kamu sampai enggak bersisa. Kamu enggak boleh pulang kalau hena-nya enggak ilang.”

Marriage On RulesWhere stories live. Discover now