"Mama dan kak Karl pasti sekarang lagi liat kita di atas sana. Jangan terus menangis, pasti mereka sedih liat kamu seperti ini." Rasello mengusap sisa air mata Kaycia.

"Papa ..." Kaycia memeluk Rasello, tangisnya terdengar semakin pilu.

"Cia udah berusaha kuat, Cia udah berusaha terima kepergian Mama dan kak Karl, tapi Cia gak bisa tahan rindu sama mereka."

Mendengar pengakuan Kaycia, Rasello tak bisa mengucapkan satu patah kata pun. Nyatanya, ia sama halnya dengan Kaycia.

Ia tak bisa mengelak akan hal itu. Hingga tak terasa rasa kantuk menyerang Kaycia, pada akhirnya tertidur di pelukan sang Papa.

Rasello tak bisa meninggalkan Kaycia, ia menemaninya tidur semalaman dengan memeluk putrinya itu.

.........

Pagi hari menjelang, Kaycia dan Keenan bersiap-siap untuk pergi sekolah. Tidak lupa berpamitan pada Rasello setelah dirasa cukup bersiap.

Sorak sorai penghuni sekolah menyambut kedatangan Kaycia dan Keenan. Parkiran penuh dengan orang-orang, kebanyakan dari mereka penasaran dengan sosok cupu yang berubah menjadi Dewi Fortuna.

Kaycia tidak terbiasa dengan situasi tersebut, segera dia menyembunyikan dirinya di punggung Keenan takut hal buruk terjadi. Maklum saja, Kaycia masih merasa takut dan asing.

Meskipun ia sudah berusaha menenggelamkan memori buruk itu, tetap saja sulit dihilangkan sepenuhnya.

Menjadi cantik salah, menjadi cupu salah. Mungkin kalimat itu adalah kalimat yang paling tepat untuk situasinya sekarang.

Bertemengkan Keenan, akhirnya Kaycia bisa tenang sampai ke dalam kelasnya.

"Kamu masuk dulu, kakak mau kasih tugas yang kemarin ketinggalan." ucap Keenan hanya dibalas anggukan oleh Kaycia.

Namun, belum juga situasi mereda, ia diherankan oleh teman-teman kelasnya yang berkerumun di tempat duduknya.

Saat langkahnya menghampiri kursinya, matanya terkesiap melihat banyaknya surat-surat, cokelat dan beberapa tangkai bunga.

"Cia, itu surat sama bunga gue di baca."

"Di situ ada no WA, hubungi gue ya ..."

"Gue harap lo terima cokelat dari gue."

"Cia ... Walaupun tampang gue pas-pasan, tapi duit gue banyak. Lo bisa pilih apapun yang lo mau. Pokoknya hadiah gue yang paling banyak dan mewah di situ."

"Gue rela beliin lo bunga, cokelat sama buat surat pagi-pagi buta demi lo, babe."

Kaycia memijat pangkal hidungnya, sepertinya hidupnya sekarang lebih berisik dan jauh dari ketenangan.

Kaycia amat bingung ingin merespon seperti apa selain ucapan terima kasih dan senyum canggungnya. Ditambah lagi kehadiran Rere dan Galu tak berada di sana, sepertinya mereka belum tiba.

"APA-APAAN INI?!"

Suara bariton menghentikan kebisingan ruang kelas. Dari mereka meneguk salivanya susah payah melihat siapa sosok yang datang.

Hati Kaycia berangsur tenang melihat kedatangan Asten. Entahlah, sejak kejadian kemarin ia merasa nyaman dan aman ketika bersama Asten. Tidak seperti sebelumnya.

"Siapa yang berani ngotorin meja Cia?!" Asten menatap tajam satu persatu dari mereka.

Hening ....

Tak ada yang berani menjawab. Walaupun penampilan Asten berubah menjadi lebih baik dan disiplin, tapi tetap saja auranya yang dulu masih melekat padanya. Menyeramkan dan sadis.

Tahu jika mereka tidak akan menjawabnya, Asten menarik Kaycia untuk mendekat. Ia manutkan jari jemarinya.

"Peringatan pertama dan terakhir dari gue ... Kalau ada yang berani kayak gini lagi, lo bakal berurusan sama gue!"

"Satu lagi, sekali aja gue liat kalian usik Kaycia ... Mati lo semua!!" tutur Asten dengan penuh penekanan.

Sebelum ia pergi bersama Kaycia, Asten menunjuk satu persatu yang di dalam kelas, "ambil milik kalian semua sampai gak tersisa dari meja Kaycia!" perintahnya.

Asten dan Kaycia beriringan menuju luar kelas, tak menyadari jika sosok yang diliputi oleh amarah menatap mereka penuh dendam.

"Maaf, lo pasti takut liat gue tadi." ucap Asten lembut mendudukkan bokongnya di kursi taman sekolah, di ikuti Kaycia di sampingnya.

Menggeleng Kaycia berujar, "nggak, justru aku mau bilang makasih."

"Makasih?" beo Asten menatap Kaycia.

Kaycia mengangguk, "aku masih merasa takut dan asing sama semua ini." terus terangnya.

Mereka diam sejenak.

"Ada pertanyaan yang terus berputar di kepala gue."

Kaycia menatapnya heran, menunggu jawaban dari Asten.

"Tentang perubahan lo." ungkap Asten.

Kaycia tidak langsung menjawab, ia terlihat menerawang kejadian di masa lalunya yang begitu membekas.

"Kalau terlalu berat buat di ceritain, jangan." Asten mengelus lembut kepala Kaycia.

Kaycia tersenyum menanggapi, ia mulai menyukai sikap Asten sekarang. Tak menjadi seorang pemaksa seperti dulu.

"Suatu saat nanti, aku ceritakan." jawab Kaycia.

Asten mengangguk mengerti.

Tak terasa hari pun cepat berlalu. Hubungan Kaycia dan Asten semakin hari semakin erat. Keenan perlahan menahan kebenciannya pada Asten demi perjanjiannya meskipun terkadang sikapnya pada Asten masih dingin.

Begitupula dengan perkembangan perasaan keduanya, cinta Asten pada Kaycia semakin besar sementara Kaycia, perasaan anehnya kian bergejolak sekarang ia mulai paham mengenai perasaan anehnya itu.

Namun, keduanya tampak belum siap mengungkapkan satu sama lain. Asten takut dengan ia meminta lebih hubungannya menjadi spesial, Kaycia akan menolak dan meninggalkannya. Begitupun dengan Kaycia yang masih canggung untuk mengungkapkan.

Seperti yang disebutkan tadi, hubungan Kaycia dan Asten berkembang pesat. Buktinya sekarang, Kaycia sedang bersiap-siap karena Asten mengajaknya menghabiskan weekend bersama.

Tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, Kaycia dengan senang hati menerima, meskipun harus berbohong pada sang Papa.

Benar, Rasello tidak tahu mengenai kedekatannya dengan Asten yang notabenenya jika sang Papa masih merasa dendam.

Keenan pun bungkam untuk urusan ini, biarlah dia yang mengurus. Toh pada akhirnya Asten dan Kaycia tidak akan pernah bersama dan ia yakini jika Asten akan gagal dengan tantangannya, pikir Keenan.

"Serius, cuma jalan-jalan sebentar?" tanya Keenan diambang pintu, memperhatikan tampilan Kaycia yang begitu cantik seolah ingin pergi berkencan.

Kaycia mengangguk semangat. Sejujurnya, ia sengaja berpenampilan secantik mungkin karena tak mau Asten melihatnya jelek. Pikiran Kaycia mengenai itu timbul begitu saja.

Kaycia berharap, Asten bisa melihatnya selalu manarik dan cantik.
.
.
.
.
.

To be continued

My Nerd Is Perfect Where stories live. Discover now