Bab 31

1.7K 96 20
                                    

Happy Reading Guys
.
.
.
.
.

"Kenapa kalian bisa jatuh?" tanya Kakek Suryono sambil menyajikan dua gelas air putih.

"Boleh kami minum dulu, kek?" ucap Asten.

"Silakan,"

Asten menaruh kembali secangkir gelas itu, "ada sekelompok orang jahat yang mengejar kami, kek."

"Kami masuk ke hutan dan tersesat, setelah itu kami jatuh ke jurang," lanjut Kaycia menimpali Asten.

Kakek Suryono mengangguk mengerti, lalu berucap, "kalian pasti orang kota 'kan?" tanyanya, Kaycia dan Asten mengiyakan.

"Menuju kota lumayan jauh dari sini. Kalian menginap dulu di sini, nanti besok saya coba minta saudara saya ambil mobil buat antar kalian."

"Kalian lapar 'kan?" tanya Kakek Suryono, lagi, Kaycia dan Asten mengiyakan.

"Tunggu di sini, saya ambilkan makanan. Kebetulan tadi sebelum ke kebun saya masak."

"Itu, kotak obat di situ. Gak baik luka-luka suami kamu dibiarkan begitu," ucap kakek Suryono sebelum dirinya beranjak.

Kaycia dan Asten mengedipkan matanya beberapa kali. Mereka saling menoleh satu sama lain. Ah, Kaycia lupa kalau dia telah mengatakan jika mereka adalah suami-istri.

Kaycia menggigit bibirnya menahan malu, 'kenapa harus ngaku jadi suami-istri, 'sih!' batin Kaycia merasa menyesal.

Sedangkan Asten diam-diam tersenyum senang. "sayang, obati aku." godanya dengan lirikan mata tertuju pada kotak obat.

Sebentar, Kaycia melirik ke dalam, "kita cuma sandiwara, kak! Kalau berdua gini, bersikap biasanya aja!" bisiknya, takut Asten menganggapnya serius.

Padahal serius juga gak apa-apa:)

"Cepet sayang ... Kalau luka aku infeksi, gimana?" Asten terus menggodanya seakan tidak memedulikan pernyataan Kaycia.

Kaycia berdesis kesal, walau begitu dia tetap mengambil kotak obat tersebut dan mengobati luka-luka Asten. Kekesalannya meredam kala melihat luka-luka Asten yang menurutnya sudah parah.

Dia sempat berpikir, apa Asten tidak merasa sangat kesakitan dengan luka yang begitu parahnya ini. Kaycia heran.

Saat ingin menutup luka Asten bagian punggung, Kaycia terdiam. Dia ragu, jika membalutnya, otomatis tubuhnya akan memeluk Asten.

"Ada apa?" tanya Asten.

Kaycia menggeleng, dia tidak semestinya berpikiran ambigu. Luka Asten yang terpenting untuk dibalut.

Asten tersentak, tubuhnya membeku. Pantas saja Kaycia tampak ragu membalut, ternyata ini alasannya. Dia tersenyum tipis, merasakan tubuh Kaycia yang seiring membelit kain kasa ke tubuhnya.

Diakhir balutannya, Kaycia menyimpulkan kain kasa tersebut dengan berbentuk pita. Dia tertawa kecil, merasa lucu simpulan pita tersebut ada di tubuh cowok setan di depannya.

Saat tangannya ingin melepas dari simpulan pita tersebut, tiba-tiba saja Asten menarik tangannya. Pandangan mereka bertemu. Satu tatapan memancarkan penuh pertanyaan, satu tatapan lagi mencoba menyelam ke dalam retinanya.

"Aduh, maaf kakek jadi ganggu,"

Kaycia menarik cepat tangannya ketika kakek Suryono datang dengan nampan ditangannya. Mereka berdehem, meredakan rasa canggung.

"Ng-nggak apa-apa, Kek," ucap tak enak Kaycia, walaupun dalam hati terus merutuki Asten yang membuatnya malu.

"Kakek gak punya apa-apa, selain orek mie ini."

My Nerd Is Perfect Where stories live. Discover now