yeseot🍂

69 32 78
                                    

📌 potret Qentut saat ada yangManggil author

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

📌 potret Qentut saat ada yang
Manggil author

#vote + komen! kalo nggak nanti mimpiin akoh gentayangan.

#ig: Torehanpena_15

#RaQen: Qentut, Qentut kata-katanya dong hari ini!

#Qentut dengan kesadaran penuh: jadi orang harus penyabar, karena orang sabar disayang Qentut, PAHAM!!

🍂🍂🍂

Kanaya terlihat tergesa-gesa berjalan menyusuri lorong untuk sampai di kantor. Dirinya sangat ingin membenarkan nilai ujian matematika yang baru saja kemarin Kanaya kerjakan. Belum sempat ia masuk keruang guru, Kanaya bertabrakan cukup keras dengan seorang gadis berpenampilan rapih dan terlihat sangat sopan.

"Maaf."

Kanaya sama sekali tak menanggapinya lalu pergi begitu saja dengan raut wajah kesal bercampur panik. Aruna hanya tersenyum mengerti melihat Kanaya masuk kedalam.

"Ada apa Nay?" Tanya Lidia—guru matematika yang sedang duduk di kursinya sembari tatapannya masih tertuju pada komputer di hadapannya.

Kanaya menyodorkan sebuah kertas kehadapan Lidia tanpa mengatakan apapun. Merasa bingung Lidia pun mendongak dengan tatapan bertanya sambil membenarkan kacamatanya yang melorot.

"Saya mau pengulangan ujian matematika," pinta Kanaya tanpa basa basi membuat Lidia semakin bingung atas ucapan anak didiknya.

"Tapi nilai kamu udah termasuk bagus loh Nay," tutur Lidia tak paham dengan pola pikir Kanaya.

"Sembilan puluh lima itu buruk menurut saya," tandas Kanaya. Seakan mengerti, Lidia berdiri lalu mengusap pundak Kanaya pelan.

"Nay, ibu gak tahu apa yang terjadi sama kamu, tapi semua nilai ujian kemarin udah ibu rekap dan gak bisa diganggu gugat," jelas Lidia berharap Kanaya paham atas ucapannya.

"Tapi bu-"

"Nay, ibu gak bisa kembali menggelar ujian matematika hanya karena kamu yang tak merasa puas," tegas Lidia sambil menyandarkan kembali tubuhnya kekursi.

"Nay, ini masalah orang tua kamu? Mungkin ibu bisa hubungin orang tua kamu buat bicarain ini baik-baik," tawar Lidia sambil menatap anak didiknya yang masih berdiri.

Kanaya kembali meraih kertas ujian diatas meja dan menatap Lidia dengan mata yang mulai memerah. "Tidak terimakasih, saya permisi," final Kanaya lalu pergi meninggalkan ruangan bernuansa putih itu.

Kali ini Kanaya gagal lagi mendapat nilai sempurna atas kecerobohannya. Ia tak teliti dengan menulis tanda negatif di tempat yang tak seharusnya.

🍂🍂🍂

Setelah pulang sekolah tadi, semua teman Gentala beserta Kanaya sudah berkumpul di rumah Pandu. Katanya mereka sangat merindukan masakan ibu Pandu yang sangat khas dengan cita rasa Sunda.

Labirin LukaWhere stories live. Discover now