VILWY - Part 03

8 2 1
                                    

Kita pertemukan kedua tokoh utama kita di sini yaa. Ini alurnya agak lambat btw hehe.

Happy reading~

-

-

Meski hari ini akan menjadi makan malam terakhir sebelum duo brothers terbang ke Jakarta untuk pelatnas, suasana ruang makan keluarga Bayanaka tetap hangat seperti biasa saat anggotanya lengkap.

Ruangan itu diisi jeritan Aruna yang kerap dijahili oleh si bungsu—Isha. Seperti yang satu ini contohnya.

"Isha, tolong ambilin melonnya, dong! Satu aja."

Isha mengambil satu tusuk buah melon tanpa bicara. Aruna yang sumringah hendak menerima melonnya mendadak menjerit saat Isha menjilat seluruh permukaan melon itu tanpa perasaan, kemudian menyodorkannya kepada Aruna.

"Ishaaaaa! Jorok banget, sih?!" tanya Aruna heboh.

Isha hanya menatap polos pada Aruna. "Kan, lo bilangnya 'tolong ambilin satu melon', gak ada tambahan, 'jangan diapa-apain'. Bukan salah gue, dong, kalo melonnya gue jilat dulu sebelum gue kasih ke elo?"

Hidung Aruna kembang kempis. Napasnya agak memburu—menahan emosi—saat mendengar penuturan sang adik yang sangat menjengkelkan.

"Ya masa yang kayak gitu harus segala gue bilang, sih, Sha?!" Aruna bersungut-sungut dongkol.

"Dikira yang butuh kejelasan cuma cewek doang? Cowok juga butuh kali, Run," cibir Isha yang kemudian memasukan potongan melon ke dalam mulutnya.

Aruna kontan melotot. "Itu, kan, melon gue!"

Isha mengeluarkan kembali melon itu dari dalam mulutnya. Dengan tatapan paling murni—polos, tanpa rasa bersalah, Isha bertanya, "Oh, lo masih mau? Nih!" Isha menyodorkan potongan melon itu kepada Aruna.

Mata Aruna sudah berkaca-kaca. Bukan karena sedih, melainkan cewek itu jengkel setengah mati.

"Sha, udah." Rava yang sempat melihat netra adik perempuannya berembun menghentikan sementara kejahilan Isha.

Sementara Isha, bocil 19 tahun itu hanya melirik Aruna sedetik diakhiri tawa mengejek sebelum melahap kembali potongan melon itu.

Rava menggeser mangkok berisi potongan buah berwarna hijau muda tersebut agar lebih dekat untuk dijangkau Aruna.

Ranu hanya mampu menggelengkan kepalanya. Sebagai ibunya saja, dirinya tidak habis pikir kalau kejahilan Isha bisa sampai begitunya.

"Kurang-kurangin jahil ke kakakmu, Dek. Kualat baru tau rasa, kamu," ujar Ranu tersenyum geli melihat ekspresi Aruna yang nelangsa.

Isha berdecih. Remaja itu melirik Aruna yang sedang mengunyah melon dengan menatap dirinya tajam, seolah melon yang dikunyah itu adalah kepala Isha. Isha semakin semangat menggoda Aruna!

"Mbak Aruna banyak dosanya, Ma. Karma gak berlaku kalo dia yang dijahilin."

Aruna sudah bersiap melempar satu tusuk melon kepada adiknya yang langsung dicegah oleh Rava. Si Sulung menangkap pergelangan Aruna tepat waktu.

"Isha, stop!" tegur Andra—papa ketiga bersaudara itu.

Bukannya berhenti, Isha justru semakin menjadi.

"Utututuu ... princess kita banyak yang ngebelain," ejek Isha.

"Papaaaaaa," rengek Aruna.

"Isha!" tegur Andra sekali lagi, tapi kali ini lebih menekan nama Isha.

Sebetulnya Andra tidak masalah dengan kejahilan Isha. Hanya saja, dirinya sedang tidak ingin anak perempuan satu-satunya itu mendrama di meja makan.

"Loh, Bang, katanya temen kamu mau mampir? Mau barengan flight besok juga, kan? Gak jadi nginep sini?" Ranu mengalihkan topik. Read; biar Isha berhenti jahilin Aruna.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 05 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Volley-ing in Love with YouWhere stories live. Discover now