VLWY - Part 02

103 10 5
                                    

Happy reading :*

-

-

Matahari yang perlahan mulai naik tidak membuat Kaivan berniat menyudahi joggingnya. Langkah cowok jangkung itu masih stabil meski terhitung sudah hampir tiga jam sejak Ia memulai lari paginya.

Biasanya Kaivan tidak seperti ini.

Akhir-akhir ini kepalanya sangat berisik sehingga dia membutuhkan peralihan sebelum benar-benar berakhir gila.

Cowok itu tengah melarikan diri.

Sebut saja Kaivan pengecut. Tapi yang bisa dilakukannya kali ini hanya menghindar-ralat, yang bisa dilakukannya sejak awal hanyalah menghindar. Ia masih belum sekuat itu untuk memberi perlawanan pada keadaan yang tengah dihadapinya.

Kaivan tahu jika ia tidak bisa terus seperti ini. Lagi pula, ini tidak adil untuk tubuhnya-yang selalu menjadi pelampiasan saat pikirannya penuh tapi tidak tahu harus berbuat bagaimana.

Sebelum menjadi pengecut paling menyedihkan, cowok itu memutuskan untuk menyudahi jogging dan kembali ke apartemennya.

Tidak ada air hangat untuk hari ini. Kaivan membilas tubuhnya dari ujung rambut hingga kaki. Mencoba meresapi dinginnya air yang masuk pori-pori hingga menusuk tepat ke tulang, berharap nyerinya bisa mengalihkan isi kepalanya yang sangat bising.

Kaivan merasa lebih baik setelah ritual bebersihnya. Tubuhnya terasa lebih segar, begitu pula pikiran dan otot-otot di tubuhnya; sedikit lebih rileks.

Cowok atletis itu keluar dari kamar mandi hanya dengan selembar handuk yang membelit pinggangnya. Sengaja tak mengeringkan air yang masih menetes dari tubuhnya. Selama ini, sensasi dinginnya sisa air pada tubuhnya yang dipadu dengan air conditioner berhasil membuat kewarasannya tetap terjaga.

Sambil menggosok rambutnya yang masih setengah kering dengan handuk kecil, Kaivan melangkahkan kakinya yang panjang menuju dapur. Membuka lemari pendingin dan mengambil sebotol air mineral.

Masih sembari menggosok rambutnya, cowok itu meninggalkan area dapur menuju ruang tengah. Ia duduk di sofa, membiarkan handuknya menggantung di leher kemudian membuka tutup botol dan meminum beberapa tegukkan.

Tangan lainnya mengambil handphone. Ada notifikasi email yang diterimanya.

Itu dari PBVSI*.

Kaivan membuka email tanpa membaca isinya, melainkan langsung menggulirkan layar ke bawah untuk membuka lampiran file berformat PDF.

File itu berisi panggilan kepada atlet untuk mengikuti Pelatnas Sea Games tahun ini. Ia melihat namanya dan 17 atlet lain tertulis untuk mengikuti Pelatnas.

Tidak hanya Sea Games. Panggilan tersebut juga ditujukan agar para atlet turut memperkuat Timnas Voli Putra di dua pertandingan voli internasional lainnya, yakni Asian Men's Championship**, dan Asian Games 2023.

Salah satu sudut bibir tipis Kaivan tertarik tipis. Inilah yang ia tunggu-tunggu.

Ada setitik rasa lega yang dirasakannya. Setidaknya Kaivan bisa bernapas lebih lega untuk kurang lebih enam bulan ke depan tanpa gangguan dari siapa pun.

Sayangnya, kelegaan itu seperti tidak ingin bertahan lama melingkupi Kaivan. Bunyi bel apartemennya mengalihkan perhatian Kaivan. Tanpa melihat pun, Kaivan tahu siapa yang datang.

Cowok itu meletakkan handphone kemudian berdiri, melangkah menuju kamarnya untuk berpakaian. Tidak mungkin, kan, cowok itu membuka pintu hanya dengan keadaan selembar handuk sebagai penutup diri?

Tidak sampai dua menit, Kaivan berjalan santai untuk membuka pintu tanpa perlu repot melihat LCD camera intercom.

Begitu membuka pintu, mata tajam Kaivan menangkap sosok tinggi tegap dengan setelan jas formal tengah berdiri. Pria jangkung itu bersedekap menyandarkan tubuhnya pada kusen pintu, menatap tepat mata sosok itu.

Andika namanya. Pria itu merupakan asisten pribadi Hendra-ayah Kaivan. Kaivan tidak repot menanyakan mengapa sang asisten berada di depan apartemennya. Permulaan komunikasi yang sudah berlangsung bertahun-tahun antar keduanya.

Gesture Kaivan sudah menyiratkan pertanyaan, "Apalagi sekarang?"

"Ayah Anda meminta Anda pulang untuk menghadiri pesta malam ini, Tuan."

Kaivan menertawakan dirinya sendiri di dalam hati tepat setelah Hendra menyelesaikan kalimatnya. Tentu saja Tuan Hendra yang terhormat menyuruhnya pulang untuk kepentingan bisnisnya.

Apa yang lo harepin, Van?

"Sampein ke Tuan Terhormat lo itu; gue gak bisa. Gue harus ke Pelatnas buat Sea Games hari ini juga," ucap Kaivan lugas, terdengar tanpa mempertimbangkan sama sekali.

Kaivan menegakkan tubuhnya, meraih gagang pintu untuk menutupnya. Sebelum tertutup sempurna, cowok itu membukanya lagi karena teringat sesuatu.

"Dan Pelatnas gue gak bisa diganggu selama enam bulan. Jadi, silahkan urus semua bisnis kalian tanpa ngerecokin gue," tandas Kaivan sebelum benar-benar merapatkan pintu apartemennya, menyisakan Andika yang masih berdiri tegak di sana.

Kaivan mendengkus. Cowok itu sekali lagi mengejek pikiran yang sempat terlintas di kepala bodohnya.

Sejak kapan pula si tua bangka itu nyuruh gue pulang karena emang 'pengen gue buat pulang'?

Ini adalah hal biasa. Tidak seharusnya dia berharap hal lain saat Ia tahu Andika datang menemuinya.

Satu hal yang pasti. Ayahnya tidak akan membiarkannya hidup dengan tenang. Meski Kaivan telah memblokir nomor kedua orangtuanya, masih ada Andika yang setia menjadi tangan kanan sang Ayah untuk terus mengganggunya.

Kaivan sebenarnya pun muak. Tapi Ia merasa tidak mungkin apabila harus menyingkirkan Andika agar tidak lagi mengganggunya-meski Ia mampu.

Andika tidak bersalah. Pria berusia akhir 30-an itu hanya sedang menjalankan tugasnya. Tugas Ayahnya adalah mengusiknya melalui Andika, dan tugasnya saat ini hanya perlu menghindar.

Meski voli bukan suatu yang menarik lagi baginya, cowok itu merasa bersyukur berkecimpung di dunia profesional cabor voli. Apalagi lolosnya Kaivan ke Pelatnas membuatnya-sekali lagi-bisa menghindar dari keluarganya.

Kaivan segera memasuki kamarnya. Membuka lemari dan menarik asal pada tas di sana. Ia mengambil secara random baju, celana, dan keperluan yang sekiranya ia butuhkan di asrama nanti.

Ia harus pergi sekarang.

Ini masih hari Rabu. PBVSI memberi kesempatan bagi para atlet untuk datang ke asrama paling akhir pada hari Sabtu, di minggu ini. Namun, Kaivan merasa tidak perlu mengulur waktu sehingga Ia akan berangkat sekarang juga.

Untuk apa mengulur waktu kepergian kalau tidak ada yang jadi alasan untuk melakukan itu?

tbc

-

-

Istilah:

*PBVSI; Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia, merupakan federasi resmi bola voli di Indonesia.

**Asian Men's Volleyball Championship; atau biasanya disebut AVC Challenge Cup for Men, adalah kompetisi bola voli internasional di Asia dan Oseania. Pesertanya adalah timnas voli senior dari anggota federasi bola voli di benua tersebut.

-

Yeay! Ini tokoh cowok kita di cerita Volley-ing in Love with You. Setelah kenalan sama tingkahnya Aruna, di part 2 ini kita kenalan sama Kaivan.

Pengennya gue sih di parti ini bisa agak bikin kepo gitu, cuma gue gak tau apakah keinginan gue ini nyampe wkwk

Thanks for wasting your time reading my story wkwk.

Masih banyak kurangnya, jadi monmaap yaak. Pliiss kasih tau aja semisal ada masukan, feel free oghee :*

See you on the next chapter! :*

17 Maret 2024.

- Andrea Zhieva

Volley-ing in Love with YouWo Geschichten leben. Entdecke jetzt