La Perla

43 2 1
                                    

"I need you, the reader, to imagine us, for we don't really exist if you don't."

― Vladimir Nabokov


"Can you give me other than roses?"

Lelaki itu terperangah.

"Kamu nggak suka bunganya?"

Mata gadis di depannya mulai berkaca-kaca. "I had always loved roses. My favorite."

"Hey, hey, don't cry."

Adam mengambil tisu dan menyerahkannya pada gadisnya. 

"It's just, those dreams, Adam. And I'm scared of roses now."

"Ya Tuhan. Kamu masih mimpi hal yang sama? God, Baby, I'm so sorry. I thought the dreams had stopped. C'mon, give the flowers back to me."

Adam menghela napas dan meletakkan buket campuran mawar dan lili merah jambu itu di kursi sebelahnya.

"It's fine, Baby. Makasih ya udah ngertiin." hidung Fiona tampak merah, dan Adam menemukan rasa terima kasih pada kedua bola matanya. Adam meraih jemari Fiona. 

"I'm so sorry gak nanyain kelanjutan mimpi kamu. Lain kali cerita aja ya?"

Gadis itu mengangguk.

"You are safe. Apa pun yang terjadi, kapan pun kamu pengen aku dateng, just call me. Aku janji, aku bakal ngebut, langsung ke tempat kamu."

But if you call for me you know, I'll come

But if you come for me you know, I'll run

I'll run to you, I'll run to you, I'll run, run, run...

I'll come to you, I'll come to you, I'll come, come, come...

"Adam, kok mirip sama lagunya Lana Del Rey,"

"Really? Yang mana?Sing for me."

"Not here," Fiona tertawa, dan Adam tersenyum melihat gadisnya terhibur. "Look at the people! Eh, promise me, gak boleh ngebut lho."

Giliran lelaki berkacamata itu yang tertawa lepas. "Anything for my rose. Eh, kebiasaan kan, ah. Baby, kalau kamu mau, aku bisa nginap di hotel dekat rumahmu."

"Aww, that's sweet of you. Thank you but no, nggak usah, aku tidur sama Kak Tata aja."

"Baby, gimana kalau kita cari dream interpreter online?"

"That's a good idea, aku otw nanya ke followers aku."

Adam merajuk. "Followers melulu. Trus apa gunanya aku?"

"Lho, kamu kan harus suapin aku makan. Hehe," 

* * *


"Guys, apa kalian ada yang tahu interpreter mimpi yg bisa dipercaya? Help a girl in need" 

Hanya butuh satu jam dan question box gadis berambut sedada itu dipenuhi dua ratus jawaban. Ada yang menjawab bahwa mereka tidak tahu, bertanya alasan Fiona mencari interpreter mimpi, dan ada pula yang sungguh memberikan rekomendasi.

Sejauh ini, ada beberapa nama yang terus muncul. Namun ada satu yang profil instagramnya paling sreg dengan Fiona.

"Aku udah chat dream interpreter-nya." Fiona menunjukkan sebuah profil akun Instagram pada Adam sebelum kekasihnya itu membukakan pintu mobil.

"That's nice. Kalau kamu mau, kita juga bisa cari yang internasional."

"It's fine, thank you baby. Oh my  God, she's replying my message!"

"Really? God, that's fast!"

Fiona melirik Adam. Tiba-tiba Fiona membayangkan jika ia masih berpacaran dengan Lukas. Fiona tahu dengan pasti, Lukas pasti akan mengatakan bahwa itu semua karena Fiona merupakan influencer terkenal. 

Tapi Adam tidak berpikiran seperti itu. 

Mungkin Lukas memacarinya dulu juga karena Fiona merupakan tropi kebanggan yang bisa dipamerkannya ke mana-mana. Ah, lupakan Lukas.

"Adam, dia bilang kalau dia gak pernah nemu kasus kayak aku. Dan dia butuh nanya sama... gurunya?"

"Apa kita cari yang lain aja?"

Fiona menghela napas. "Nggak usahlah, aku tunggu aja. Oh, dia juga mau tanya ke grup yang isinya kumpulan interpreter mimpi lainnya katanya."

"Ada grupnya? Wow, gila."

* * *

Di malam harinya, Fiona menerima telepon dari Saras. Suaranya ramah, dengan logat khas suku Jawa, dan setelah meminta maaf karena menelepon Fiona selarut itu, Saras menyampaikan berita yang membuat hati Fiona berdesir.

"Kak,  ini ada satu interpreter mimpi lain yang punya klien yang kasusnya itu sama kayak Kakak. Apa Kakak mau dihubungkan dengan beliau?"

"Beneran, ini Kak?"

"Bener, Kak."

"Mau Kak, aku mau kontakan sama dia, kalau boleh. Uhm, dia cewek atau cowok, ya?" 

"Cewek, kok, aku rasa umurnya di bawah aku. Nanti aku bikinin grup WA ya, isinya aku, temen aku, kliennya, sama Kak Fiona."

Fiona mengucapkan terima kasih pada sang interpreter mimpi dan menutup teleponnya. Tak lama, muncul notifikasi baru di gawainya. Ada grup yang baru muncul, dengan dua nomor asing.

Fiona berusaha menggunakan logikanya. Apakah mereka tengah menipunya?


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 16 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Season of the WitchWhere stories live. Discover now