4. wake up, Jisung. isn't time to dreaming again.

47 2 0
                                    


Di pagi hari...

Matahari mulai terbit menyapa bumi yang gelap, cahaya yang mulai bersinar dan menimbulkan bumi yang awalnya gelap menjadi terang kembali.

Kini, anak kecil berusia tujuh tahun ini terbangun akibat sinar matahari yang muncul di sela sela jendela nya.

Lee Jisung, itulah nama nya.

Jisung mencoba untuk mencerna apa yang terjadi, ia mengingat kenangan sang ayah dengan dirinya dan dua kakak laki laki yang ia sayangi.

Namun, kehangatan itu sudah tidak ada karena sang ayah sudah tiada dari satu tahun yang lalu.

Itu semua adalah mimpi Jisung yang terulang kembali, ia sekarang semakin di benci oleh kedua kakak nya.

Jisung di anggap oleh mereka sebagai malapetaka, setelah kelahiran nya membuat sang ibu tiada, kini sang ayah menyusul terbang menuju surga menemui istri nya.

Itu semua karena Jisung, Jisung yang membuat kekacauan pada keluarga nya. Sayang nya, Jisung terlalu muda untuk mendapatkan semua ini.

Jadi, soal ia di sayang oleh kedua kakak nya, merayakan ulang tahun Jaemin, di bacakan buku cerita oleh Jaehyun, itu adalah bunga tidur nya. Ia tidur terlalu pulas hingga waktu menunjukkan pukul 08.30 KST.

Beruntung nya, hari ini adalah hari libur. Jadi, Jisung tidak perlu buru buru berlari kesana kemari menyiapkan semuanya sendirian.

Kakak nya? Ia sudah tidak di terima lagi sebagai adik nya, saat sang ibunda tiada, kedua kakak nya masih saja mau menerima Jisung, tetapi sekarang, kedua orang tua nya sudah terbang ke langit dan hanya bisa menyaksikan perbuatan ketiga putra nya.

Jisung beranjak pergi untuk membersihkan dirinya, rumahnya sepi. Jaemin yang pergi bermain bersama temannya, dan Jaehyun yang pergi bekerja demi menghidupi kedua adik nya.

Sebenarnya, Jaehyun terlalu muda untuk bekerja sebagai kasir cafe karena umurnya baru menginjak 13 tahun.

Seharusnya, ia masuk SMP dan bukan bekerja. Tetapi, mau bagaimana lagi? Demi dia dan adiknya tetap hidup, jadi ia memilih bekerja dan tidak melanjutkan pendidikannya, biarkan kedua adik nya saja yang melanjutkan pendidikannya hingga kuliah.

Sebenarnya, ini biasa saja menurut Jisung, ia bukan anak kecil yang hanya di jahili saja sudah menangis, kini ia akan menjadi seorang pemuda yang kuat dan tangguh dalam hidup nya.

Tetapi, Jisung tetaplah Jisung. Ia masih membutuhkan orang tua. Ia butuh pengawasan orang tua.

Jisung menghela napasnya sembari memakan roti tawar yang sudah di olesi selai kacang itu.

Sampai kapan aku hidup seperti ini?

Pikiran nya mulai berisik, banyak bisikan bisikan dan juga suara sang ayah.

"Akh, diam lah!" Jisung memukul kepalanya agar bisikan itu berhenti.

Akhirnya, semua mereda. Jisung merasa lega dan akhirnya pergi menuju kamar dan belajar.

Sial, otak nya masih ber putar putar mencari sinyal. Ia terlalu awal untuk belajar, Jisung pun memberikan waktu agar otak nya menemukan sinyal dengan berjalan keluar berkeliling komplek rumah nya.

Perumahan Jisung termasuk perumahan elit, jadi banyak sekali tetangga yang enggan untuk keluar dan perumahannya terlihat sepi.

Untung nya, ia melihat dua bersaudara kakak beradik sedang bermain di lapangan, Jisung mengenal kedua anak laki laki itu.

"MARK HYUNG! CHENLE!" teriak Jisung membuat yang memiliki nama itu menoleh.

"Aha! Jisung datang! Ireowa! Palli!" Jisung segera menyusul Chenle dan Mark.

MY YOUTH || PARK JISUNG [ON GOING]Where stories live. Discover now