04

1K 121 23
                                    

Bar

Tempat yang tidak pernah Kinan datangi selama hidupnya. Namun siapa sangka jika hari ini Kinan malah mendatangi tempat itu.

Ia butuh beberapa teguk alkohol untuk menenangkan otaknya yang kacau. Ia juga butuh sesuatu untuk meredakan emosinya.

Takk

Gelas ke lima sudah Kinan habiskan isinya. Tapi itu semua seakan akan belum cukup untuk meredakan segala gejolak yang ada dalam dirinya.Kinan butuh lebih dari alkohol.

Pukk

Satu buah pisau lipat mendarat di atas meja yang Kinan gunakan. Cukup terkejut, tapi tidak sampai membuat Kinan histeris.

Justru ia mendongak agar bisa melihat siapa orang yang sudah melempar pisau itu ke arahnya.

Dan setelah melihat pelakunya, Kinan hanya bisa mengernyitkan bingung. Kenapa ia selalu ada dalam satu lingkaran yang sama dengan Almira.

Masih ingat dengan Almira bukan, dia gadis menyebalkan yang menjadi teman sebangku Kinan.

"Apa maksud lo ngasih gue pisau?" Tanya Kinan sambil menegak gelas ke enamnya.

Almira hanya menyaksikan aksi gadis itu saja. Sejak awal gadis itu memesan alkohol, Almira hanya memperhatikan saja.

Awalnya ia kira Kinan tidak kuat dengan alkohol. Tapi ia salah. Toleransi gadis itu lumayan juga. Terbukti kini Kinan sudah menegak gelas ke tujuhnya.

"Sakiti dia yang menyakiti. Kalau lo diam kayak gini, mereka bakal mikir kalau lo cuma pecundang yang bisa mereka injak injak." Sarkas Almira.

Ia ikut duduk di sebelah Kinan. Mengambil wiski yang dari tadi di minum oleh Kinan. Tidak perlu repot untuk menuangnya dalam gelas, ia lebih suka langsung meminumnya dari botol.

Alkohol sudah menjadi teman Almira dari dulu. Karena itu ia bisa santai saat minum wiski dari botolnya langsung. Seakan akan wiski itu hanya air putih biasa.

"Jangan ikut campur sama urusan gue. Lo cuma orang asing yang gak tau apa apa." Sarkas Kinan juga. Ia mengembalikan pisau lipat itu pada Almira.

Almira hanya terkekeh. Tapi Kinan tau jika itu sebuah ejekan. "Emang lo yakin kalau orang dalam tau semua hal tentang lo, Kinan?" Ejek Almira.

"Lo-"

"Bunuh mereka yang udah nge bunuh jiwa lo. Balas mereka yang udah nyakitin lo. Ambil apa yang menjadi hak lo. Hutang harus di bayar dengan hal yang serupa dengan hutang itu Kinan. Jangan jadi orang bodoh dan naif. Nyawa bukan sesuatu yang bisa di maafkan begitu saja."

Kinan menoleh dengan cepat ke arah Almira. Apa maksud gadis itu. Kenapa ucapannya seakan akan dia tau semua hal yang sudah terjadi dalam hidupnya.

"Gue gak sengaja dengan obrolan lo sama tante lo di makam." Ucap Almira setelah melihat kebingungan di wajah Kinan.

Tanpa sadar, Kinan menghela nafas berat. Kinan pikir Almira adalah Agatha yang menyamar untuk balas dendam. Karena sungguh, Kinan masih sangat berharap jika Agatha masih hidup.

"Jangan terlalu berharap pada hal yang semu Kinan. Karena pada akhirnya itu akan nyakitin lo sendiri."

Almira meninggalkan Kinan sendiri. Tidak lupa ia juga memberikan pisau lipat miliknya lagi pada Kinan.

Bukan apa apa, ia hanya tidak suka jika gadis segila Kinan terlihat begitu lemah. Iya, bagi Almira Kinan adalah gadis yang gila dan tidak mudah di tindas.

Aura Kinan terasa begitu dominan. Dia bisa merasakan hal itu. Jadi, akan sangat di sayangkan jika karakter sebagus itu malah redup begitu saja.

***

Queen DevilWhere stories live. Discover now