NSW: Jangan Hina, Camila

Mulai dari awal
                                    

Navya pun menghampiri Sean dan duduk di hadapan pria itu. Navya heran, ada apa dengan Sean? Dia berpikir bahwa pria itu sama seperti yang lain membenci dirinya.

Sean menatap Navya. Tatapan itu tak dapat Navya tebak, karena ekspresi Sean sangat sulit untuk dia tebak.

"Apa kabar?" Dua kata keluar dari mulut Sean yang membuat Navya terkejut.

Navya menunjukkan senyumannya. Dia berusaha tenang, walaupun sedikit canggung. "Baik. Lo gimana?"

"Baik juga," jawab Sean cepat.

Navya menganggukkan kepalanya pelan. Sean kembali berucap, dan kali ini berhasil membuat Navya terdiam.

"Maafin gue." Navya menatap heran Sean, "Maaf karena gue sudah jauhin lo. Gue cuman kaget aja atas fakta yang gue dengar waktu itu. Gue nggak marah atau benci sama lo, Nay. Gue tahu, apa yang lo lakukan itu untuk Camila. Lo lakukan itu semua agar sahabat lo mendapatkan keadilan atas perbuatan keji yang dilakukan Freddy."

Sean tak bohong, dia berkata jujur. Dia hanya kaget, dia tak membenci atau marah kepada Navya. 

Sean menunjukkan senyuman tulusnya. Senyuman yang hanya dia tunjukkan sebelumnya kepada keluarga Samuel dan Camila, kini dia tunjukkan juga kepada Navya.

"Makasih, Nay. Lo adalah sahabat yang baik. Lo rela dibenci banyak orang hanya untuk sahabat lo. Kematian Abel bukan karena lo. Abel pasti sengaja menggantikan kakaknya karena dia tahu bejatnya Freddy gimana, dan karena itu dia memilih mengakhiri hidupnya," jelas Sean.

Navya membisu. Dia menatap Sean dengan tatapan dalam. Ini kali kedua dia mendengar Sean berbicara panjang lebar kepadanya, sebelumnya saat Sean meminta bantuan kepadanya untuk menjadikan Camila sebagai kekasihnya.

"Samuel beruntung mempunyai pasangan seperti lo. Bahkan menurut gue, lo terlalu baik untuk Samuel yang brengsek." Sean tertawa kecil diakhir ucapannya.

Kenapa Sean mengatakan ini? Dia memperhatikan sikap Samuel belakangan ini. Samuel mendiamkan Navya, hal itu juga membuatnya kesal ketika tahu ternyata Samuel bersikap tidak baik kepada istrinya sendiri.

Dimata Sean, teman-temannya dan dirinya adalah orang brengsek. 

Navya tersenyum tipis. "Gue juga beruntung punya Samuel."

Mendengar jawaban Navya membuat Sean tersenyum. Dia jarang tersenyum, tetapi kalau dia tersenyum itu artinya orang yang berada didekatnya sudah dia anggap lebih dari seorang teman.

"Ya, kalian berdua sama-sama beruntung karena saling memiliki," gumam Sean.

Navya mendengar jelas gumaman Sean barusan, namun dia menyahuti lagi.

Sean menghela napas kasar. "Mila menjauh dari gue. Gue tahu alasannya, dia berpikir bahwa gue akan meninggalkan dia setelah tahu masa lalunya. Nay, gue bersumpah dihadapan lo, bahwa gue benar-benar tulus sama Mila. Gue nggak peduli gimana masa lalu dia, gue terima semuanya," jelas Sean dengan raut wajah yang serius.

Navya menatap manik mata Sean. Dia tak menemukan satu kebohongan dimata pria itu. "Sekalipun dia sudah nggak suci lagi?"

"Gue nggak peduli, Nay. Dimata gue dia masih suci. Mila nggak pernah kotor, dia adalah malaikat dalam hidup gue. Gue bisa gila karena dia terus menghindar dari gue, karena itu gue mau lo bantu gue sekali lagi untuk yakinin Mila," kata Sean tegas, namun tutur katanya sangat lembut.

"Gimana caranya?" bingung Navya.

"Gue bakal nikahin dia," ungkap Sean.

Flashback off...

Samuel mendengar seksama cerita istrinya. Navya menatap suaminya. "Menurut kamu gimana?"

"Kalau memang itu keputusan dia, kita bantu. Sean itu beneran tulus sama Mila. Kamu tahu? Sean sampe kehilangan kendali karena dicuekin Mila beberapa minggu ini. Bahkan dia sampe minum alkohol setelah sekian lama nggak pernah menyentuh minuman itu, Nay," kata Samuel yang teringat kejadian beberapa minggu lalu.

NAVYA: Secreet WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang