"Iya, Bunda, maafin Raza ya," ucap pemuda satunya lagi sambil mencium tangan ibunda sang sahabat.

"Iya, Athala, Raza, selama kali pulang terlambat karna alasan yang benar, Bunda tidak masalah."

Kedua pemuda itu tersenyum, pemuda yang sering sekali main ke rumah sahabatnya itu pun sudah hapal dengan perilaku ibunda dari sahabatnya yang sangat baik. Tak heran jika dia juga ikut memanggil ibunda sahabatnya itu dengan sebutan Bunda.

Sedangkan gadis dengan gamis biru laut itu tetap diam tak berani menatap kedua pemuda itu yang sibuk berbicara dengan sang Bibi.

"Oh, iya, Raza, kenalin ini ponakan, Bunda, namanya Nashwa," ucap sang bibi mengenalkan keponakannya.

Sekilas pemuda yang disebut Raza itu menatap gadis yang senantiasa menunduk itu, sangat manis di mata Raza sebelum pemuda itu menggelengkan kepalanya menepis pemikirannya sendiri.

"Ayo, Na, kenalan dulu sama, Nak Raza," titah sang Bibi.

Gadis itu mengangguk, diangkatnya kedua tangannya sebatas dada, "Nashwa Haura Nazhifa."

"Raza Sadhana Ghazwan," jawab pemuda itu melakukan hal sama seperti yang gadis itu lakukan.

"Astagfirullah, mata mu, Raza," tegur Athala Yudhistira, selaku anak dari Bibi Mashita dan sepupu dari gadis bergamis biru laut itu, Nashwa.

Pemuda yang ditegur itu pun menatap ke seberangan arah, guna menutupi kekhilafannya barusan, entah kenapa, gadis bernama Nashwa Haura Nazhifa itu mampu membuatnya keimanannya melemah, Astagfirullah.

Nashwa yang mendengar sang sepupu menegur pemuda yang sejak tadi disebut Raza itu pun seketika menatap pemuda di depannya itu yang kini menatap ke sembarangan arah.

Dapat Nashwa lihat kesempurnaan ciptaan-Nya pada wajah pemuda itu, Nashwa dibuat terpesona dengannya. Namun, saat tak sengaja mata mereka bertemu tatap, baik Raza ataupun Nashwa sama mengalihkan pandangan mereka.

Kecanggungan terjadi, Bibi Mashita yang merasakannya pun berusaha mencairkannya, "Ayo, masuk. Sudah mau magrib."

Ketiga muda mudi itu mengangguk, Bibi Mashita berjalan beriringan bersama Nashwa, sedangkan Athala bersama dengan Raza yang kini berjalan berdampingan dengannya.

"Kamu suka sama, Nashwa?"

Raza yang mendengar lontaran pertanyaan sang sahabat pun hanya menggeleng, "Aku gatau, Tha. Biar waktu yang menjawabnya."

Baik Athala ataupun Raza memilih diam dan melanjutkan langkah mereka memasuki rumah Athala yang berinterior sederhana, tetapi memiliki harga yang fantastis.

Athala bukan berasal dari keluarga sederhana, bisa dibilang sang ayah adalah pengusaha yang sukses, begitu pula dengan Raza yang keluarganya memiliki perusahaan dan beberapa cabang di Indonesia, walaupun sang Abi memiliki pondok pesantren, tetapi di bidang bisnis pun keluarganya berjaya.

🍁🍁

"Ayo, kamu saja yang kumandangkan adzan," titah Athala, saat kini mereka berada di mushola rumah Athala untuk melaksanakan sholat magrib berjamaah.

Bibi Mashita dan Nashwa berada di shaf belakang, sedangkan Gulzar Praditya selaku suami dari Bibi Mashita masih belum pulang bekerja.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 16 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Diantara 2 Bidadari SurgaWhere stories live. Discover now