Kata Mama

16 2 0
                                    

Happy Reading

.

.

.

‧₊˚ ☁️⋅♡🪐༘⋆

Kata mama, "Jangan bales orang yang ganggu kamu. Diemin aja nanti dia akan capek sendiri."

Aku yakin kalian familiar dengan kata-kata ini sejak kecil. Tetapi apa benar? Mereka yang capek mengganggu kita karena kita mendiamkan mereka atau kita yang capek karena terlalu sering diam saat merasa terganggu? Kenapa aku baru terpikirkan sekarang?

Semua berawal saat aku kelas 1 SMP. Entah kenapa aku ini menjadi sasaran empuk untuk dibully. Penampilanku kusut, berambut pendek dan aku tidak cantik seperti teman-temanku yang lain. Ada circle laki-laki yang kerap menggangguku. Ada saja yang mereka lakukan sehingga membuatku tidak nyaman. Contohnya, saat SMP pasti kalian familiar dengan menyebut nama orangtua teman. Aku tidak tahu dimana menyenangkannya seperti itu. Kalau aku perhatikan, itu akan terasa menyenangkan saat bersama teman-teman terdekatnya. Sayangnya aku tidak merasakan seperti itu. Aku tidak dekat dengan teman-teman sekelasku tetapi ada teman sekelasku yang kerap memanggil nama ayahku. Nama teman ini Jojo. Jojo ini setia sekali dalam membully ku dan dia melakukan ini bersama teman-temannya yang lain.

Entah bagaimana nama ayahku ini bocor dan sampai ke mereka. Saat itu pelajaran IPA mendapatkan jam kosong aku sibuk mengerjakan tugas jam kosong. Awalnya hening. Tak sampai lima menit, kelas mejadi ribut. Ada yang mengobrol bermain, sibuk mengerjakan tugas yang diberikan. Jojo dan teman-temannya sibuk sendiri sampai...

"Sana pacaran sama anaknya Ilham," kata Jojo

Aku berhenti menulis. Itukan nama ayahku. Aku menoleh kearah mereka malahan reaksi mereka tertawa terbahak-bahak. Awalnya tidak aku gubris tetapi nama ayahku terus disebut. Ini membuatku tidak nyaman. Aku tetap menahan diri sampai bel jam pelajaran ini selesai. Aku lewati cukup baik. Saatnya moving class.

Aku pikir sudah selesai diganggu sampai... Jojo dan kedua temannya berjalan dibelakangku. Jojo dengan santainya memukulku menggunakan jaket. Pukulannya tidak keras namun yang membuat sakit itu kaitan resleting yang membentur bahuku, kepalaku. Disini aku masih sabar. Sesampainya di kelas Bahasa Jawa, pintu kelasnya masih tertutup. Tidak ada yang berani mengintip kalau saja masih ada pelajaran di ruang kelas itu. Aku mengajukan diri untuk mengintip sedikit dari pintu. Namun Jojo tak berhenti memukulku menggunakan jaket saat aku berusaha mengintip kelas. Aku sudah tidak tahan lagi.

BRAKK!

Aku membanting pintu ruang kelas itu dan menatap kearah Jojo dan kedua temannya dengan tatapan penuh amarah. Aku marah sampai aku menangis. Jeritan amarahku menarik perhatian beberapa kelas salah satunya kakak kelas yang sedang belajar di kelas Bahasa Jawa. Guru Bahasa Jawaku menyuruhku dan Jojo ke ruang BK. Disana aku masih menangis dan menceritakan semuanya ke guru BK. 

Coba tebak, respon apa yang aku dapatkan dari guru BK?

"Kamu seharusnya diam saja saat diganggu. Biar dia capek sendiri,"
"Kamu jangan gampang baperan juga. Lagipula itu hanya gurauan antar teman,"
- Guru BK

Aku terdiam. Yang benar saja? Kenapa jadi aku yang salah hanya karena aku mengutarakan kekesalan di hatiku. Kata beliau itu hanya gurauan antar teman tetapi kenapa aku saja yang tidak ikut tertawa, terhibur dengan gurauan itu? Apa karena aku memiliki selera humor yang tinggi makanya aku tidak tertawa? 

Setelah itu guru BK ku menyuruh kami berdua bersalaman dan Jojo disuruh meminta maaf. Jadi ini saja keadilan yang aku dapatkan? Hanya dapat salaman maaf yang belum tentu ikhlas dari hati. Setelah bersalaman aku disuruh meninggalkan ruangan dan melanjutkan pelajaran.

Tidak heran sampai sekarang aku masih mengingatnnya. Aku tidak mendapatkan keadilanku. Masih banyak bully-an yang dilakukan Jojo kepadaku tetapi aku hanya memberitahu ke kalian salah satu yang paling parah. Sejak kejadian itu aku memutuskan memendam segala emosi, perasaanku. Aku diam. Benar-benar diam. Bahkan aku tidak menceritakan ini kepada kedua orangtuaku. Aku takut aku akan mendapatkan reaksi yang sama. 

Aku tidak yakin apakah Jojo mendapatkan karma yang pantas. Saat itu, kabarnya dia tidak naik kelas. Tetapi saat aku menginjak kelas 3 SMP, aku sudah tidak pernah melihatnya lagi. Kalau kata orang-orang, dia di Drop Out. Entah bagaimana nasibnya sekarang.

Kenapa banyak sekali yang suka melakukan bullying? Apa keuntungan dari membully orang lain? Kalau dilihat dari kisahku ini tidak separah yang terjadi di jaman sekarang. Aku sering menjumpai berita bullying dari X atau TikTok dan yang membuat aku merinding, mereka melakukan bullying sampai mengancam nyawa korban. Mereka yang tidak melakukan kesalahan harus mati oleh tangan orang brengsek yang sok jagoan. Hukum penjara tidak berlaku bagi anak dibawah umur. Masih banyak yang menutup mata soal bullying ini. 

Stop Bullying!
Tidak apa-apa untuk tidak menyukai seseorang, atau bahkan tidak menyukai seseorang tanpa alasan. Namun, tidak baik untuk tidak menghormati, merendahkan, dan mempermalukan orang itu. Karena tidak ada yang menyembuhkan dirinya sendiri dengan melukai orang lain!

Cerita Silent dimulai dari sini



SilentDonde viven las historias. Descúbrelo ahora