Jadian

156 24 14
                                    

Satu bulan berlalu. Cakra telah memenuhi janjinya untuk mengundurkan diri sebagai wakil ketua OSIS. Dan hal itu membuat anggota keluarganya lega. Berbeda halnya dengan Cakra, cowok itu kini duduk tercenung. Selain cukup kecewa karena keputusannya sendiri, kini rasa sakit yang mengungkung hatinya bertambah perih.

Mata cowok itu berkaca-kaca. Binar itu semakin meredup. Dalam hening kamarnya, relung hatinya meronta. Pandangannya mengarah pada sebuah foto yang memperlihatkan Jasmin dan Osean tengah berpelukan dengan caption yang menegaskan bahwa memang cintanya harus berhenti sampai di sini.

Harsa mungkin akan menertawakannya saat ia berpura-pura ikut bahagia, padahal hatinya hancur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Harsa mungkin akan menertawakannya saat ia berpura-pura ikut bahagia, padahal hatinya hancur. Bukankah seharusnya ia ikut bahagia melihat sahabatnya mendapatkan cintanya?

Tapi kenapa hatinya justru sakit?

"Ya Allah, tolong hilangkan perasaan ini."

Cowok itu menyeka air matanya. Dadanya sesak bukan main saat melihat foto yang diposting sahabatnya. Ia memang sudah kalah telak sejak awal. Cintanya terhalang keyakinan dan terhalang oleh ajaran agamanya.

Anak-anak Mama. Inget, jangan pacaran. Pacaran itu dosa. Allah nggak suka. Suka sama lawan jenis itu hak manusia, tapi jangan ungkapin ya. Simpan dalam hati.

Nasehat sang mama kala itu kembali bergema. Menjadikannya sebagai pedoman hidup untuknya. Biar bagaimana pun, ia tak akan pernah menjalin hubungan dengan siapa pun.

"Lagian, percuma. Gue belum tentu bisa nikah."

Penyakitnya bukan demam yang bisa sembuh keesokan harinya. Bahkan ia harus menanggungnya seumur hidupnya. Kata sembuh seolah mustahil baginya.

Cowok itu merebahkan tubuhnya di ranjang. Berniat terlelap demi menghilangkan lara walau hanya sekejap. Kala matanya ingin terpejam, sebuah dering ponsel mengalihkan atensinya. Nama Harsa muncul di sana.

"Halo, Cak. Lo nggak apa-apa?"

Bibir Cakra mengukir senyum. Sudah ia duga sahabatnya akan menanyakan keadaannya sesaat setelah Osean nendeklarasikan hubungannya dengan Jasmin.

"Nggak apa-apa. Lo nggak perlu khawatir, Sa."

"Gue tahu lo terluka, Cak. Please, berhenti pura-pura baik-baik aja."

Tanpa bisa dikomando, setitik air mata lolos. Beruntung Harsa tak akan mungkin melihatnya yang sedang rapuh seperti ini.

"Gue emang nggak apa-apa. Lagian, gue udah nggak suka Jasmin. Kayaknya gue cuman kagum doang."

Alasan yang masuk akal sebenarnya. Remaja pada umumnya memang masih labil soal cinta. Mereka bisa salah mengartikan sebuah rasa itu cinta atau hanya rasa kagum.

Namun sepintar apa pun Cakra berbohong, sosok sahabat di seberang sana tak akan mudah percaya. Hanya saja ia lebih memilih bungkam, mengikuti alur yang dibuat Cakra.

Bumantara Berkabut NestapaWhere stories live. Discover now