Delin

21 0 0
                                    

"Ma, kita pulang yuk, kakak ngantuk"

"Iya, sebentar, mama beresin dapur. Kalau kakak ngantuk tidur dulu di kamar nanti mama bangunin"

Seorang pemuda berhenti tepat didepan kantin bu Wati dan mulai melangkahkan kaki masuk untuk memesan minuman.

"Buk, kopi satu ya buk" ucap pemuda itu kepada bu Wati

"Oh, iya tunggu sebentar ya" pungkas bu Wati dengan wajah ramah dan diiringi senyum

Melihat masih ada pelanggan yang datang, anak kecil yang merengek ingin pulang menampakkan wajahnya yang cemberut dan menggerutu kecil di dalam hati

"Ah siapa lagi sih ini, pasti minumnya lama, pasti duduknya lama, kan aku mau pulang"

Anak kecil itu duduk diam sambil melintir sedotan plastik yang ada ditangannya dengan wajah kesal dan semakin mengerut. Keinginannya untuk tidur di kasur empuk rumahnya semakin terulur waktu karena masih ada pelanggan yang duduk sambil minum kopi buatan bu Wati. Matanya semakin sayu, bibirnya semakin manyun namun pandangannya tak lepas dari pemuda yang tengah menyantap kopi hitam yang ada dihadapannya.

"Darimana malam-malam begini nak?" tanya bu Wati kepada pemuda berperawakan tinggi itu

"Dari rumah sakit bu" ucap pemuda itu, ramah

"Oh, siapa yang sakit" tanya bu Wati lagi

"Tidak ada bu, saya akan melaksanakan praktek lapangan di rumah sakit ini, jadi mau survey lokasi dulu bu" jelas pemuda itu kepada bu Wati sambil tersenyum

"Jadi mau praktek ya. Rumahnya dimana?" sepertinya bu Wati masih ingin tau tentang pemuda ini

"Di daerah Seberang Hilir bu"

"Oh, lumayan jauh ya" pungkas bu Wati

Jam menunjukkan pukul 10.00 WIB, menandakan bahwa malam sudah mulai larut bagi masyarakat yang hidup di perkampungan. Suara gemericik air sungai semakin deras mendayu ditelinga, kendaraan di jalan rayapun sudah tidak ramai lagi, barangkali mereka sudah tertidur di rumah masing-masing, ataupun sedang menikmati malam bersama keluarganya. Namun laki-laki itu masih saja santai menyantap kopi hitam panas yang dibuatkan bu Wati sambil memainkan handphone yang berada di tangannya. Sudut mata perempuan kecil itu masih saja menunjukkan ekspresi kesal kepada laki-laki itu karena masih belum terlihat tanda-tanda ia akan pergi dari warung milik ibunya. Mata yang sudah mengantuk, dan mood yang sudah tidak karuan membuat hati perempuan kecil itu semakin meronta-ronta ingin pulang, namun ia tidak berkata apa-apa, hanya diam dan mengharap laki-laki itu cepat pergi dan ia bisa pulang untuk tidur.

***

Namaku Delin, Delina Zahra Nisa'. Seorang gadis kecil yang masih berumur 11 tahun, sedang duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Aku memiliki 2 orang adik (Kevin dan Rahma) dan 1 sepupu perempuan (Putri). Keseharianku selalu diwarnai oleh ketiga adikku yang lucu dan menggemaskan itu. Mereka memiliki sifat dan watak yang berbeda-beda. Namun suasana dan masa indah di waktu kecil, tidur diatap yang sama, bercanda, tertawa, menangis, sedih bahkan saling marah, adalah hal yang akan dirindukan suatu saat nanti. Ibu Wati, adalah sebutan bagi sebagian orang untuk memanggil mamaku. Mama selalu mencurahkan kasih sayang yang tak terbatas kepada tiga anaknya, begitupun kepada Putri. Keempat manusia-manusia kecil ini tidak pernah kekurangan kasih sayang dari orang tua kami.

"Kak, ke rumah nenek yukk" Rahma merengek kepadaku sambil menarik-narik bajuku. Wajah Rahma yang sangat polos terlihat ingin sekali main ke rumah nenek yang tak jauh dari rumah kami. Rumah nenek dan rumah kami sangat dekat, hanya dipisahkan oleh 3 rumah saja.

Secangkir Kopi dan Kala ItuWhere stories live. Discover now