bab 7

431 45 3
                                    

happy reading

Langit berjalan mendekat ke arah Naya yang terus menatapnya tajam. Ia tidak mau Naya semakin berani dengannya.

Tubuh Naya melayang saat Langit tiba-tiba menggendongnya dan di bawa ke dalam kamar mandi. Langit meletakkan Naya di bawah shower, kemudian ia menghidupkan shower. Air mengalir dari atas mengenai tubuh Naya.

Naya menggigil saat tubuhnya terkena air dingin. Ya, Langit menghidupkan air dingin untuk Naya. Saat Naya hendak keluar dari guyuran air shower, Langit malah mencegahnya dan ia membawa Naya kembali ke guyuran air shower

Dinginnya air shower membuat Naya menggigil, ia menatap Langit yang tersenyum miring. "Bagaimana Naya? Apa kamu mau yang lebih dingin lagi?"

Naya menggelengkan kepalanya kuat. Air mata yang mengalir tidak begitu terlihat karena air yang terus membanjiri tubuhnya. Ia sangat kedinginan. Tubuh Naya di apit oleh kedua tangan Langit. Itu sebabnya ia tidak bisa melangkah keluar. Memberontak pun sia-sia.

Langit mematikan airnya. Ia menatap Naya yang memejamkan matanya. Naya yang merasa tidak ada air yang mengenai tubuhnya pun mulai membuka mata dan mendapati Langit menatapnya dengan tatapan datar.

Hati Naya serasa di remuk, ia tidak menginginkan pernikahan seperti ini. "K-kenapa kamu melakukan ini!" Naya berucap dengan suara bergetar menahan dingin.

"Ini hukuman karena kamu sudah berani dengan saya."

Naya mengulum bibirnya ke dalam menahan air mata yang akan jatuh. Ia kenapa menjadi lemah saat berhadapan dengan Langit, sungguh ini bukan dirinya. Ia memberanikan diri menatap manik mata Langit yang menatapnya dingin. "Kamu mau pisah kan? Lebih baik kita pisah!"

"Teruslah berangan, saya tidak akan menuruti perkataan mu."

"Terus kamu mau apa!!!" Bentak Naya.

Langit terkejut mendengar bentakan Naya, baru kali ini ada seorang perempuan yang berani melawan perkataannya. Kecuali Bunda Sonya. Terkadang malah Langit yang menuruti ucapan bundanya.

Naya terkejut saat tubuhnya tiba-tiba melayang kembali. Dan itu ulah Langit. Langit berjalan ke arah bathtub dan meletakkan Naya ke dalamnya. Air dingin kembali di rasakan oleh Naya. Dan sejak kapan bathtub nya sudah terisi penuh oleh air dingin?

Naya berusaha untuk keluar dari dalam bathtub tetapi usahanya sia-sia. Langit kembali mencegahnya. Langit sedikit membungkukkan tubuhnya, ia mengarahkan tangannya ke dagu Naya dan mendorongnya ke atas agar bisa bersitatap dengannya. "Saya tidak suka di lawan. Jadi, turuti semua perkataan saya kalau kamu mau hidup tenang."

Kemudian Langit kembali berdiri. Naya memejamkan matanya menahan dingin, ia merasa sebentar lagi tubuhnya akan membeku. Perkataan Langit tidak jauh menyakitkan dari kedinginan yang ia rasakan.

Langit berjalan keluar dan mengunci pintu kamar mandi. Suara pintu terkunci membuat Naya panik, ia langsung berlari ke arah pintu dan berusaha membuka pintu namun hasilnya nihil. Pintu benar-benar di kunci oleh Langit. Sesaat kemudian, lampu kamar mandi mati membuat Naya semakin ketakutan. "Langit, tolong bukain pintunya. Aku janji akan menuruti perkataan mu! Tolong Langit!" Teriak Naya dari dalam. Sebenarnya Naya tidak terlalu takut dengan kegelapan, tetapi jika kegelapannya di tempat kecil tetapi kamar mandi kamar Langit tidak terlalu kecil, tetapi tetap saja itu hanya satu ruang dan membuat Naya ketakutan.

"Langit, please! Aku takut di sini!" Naya terus berusaha berteriak dengan menggedor-gedor pintu dari dalam.

Namun Langit tidak menghiraukan teriakan Naya. Ia memang sengaja melakukan itu semua agar Naya sadar, berhadapan dengan siapa sekarang dia. Lagipula itu tidak seberapa bagi Langit.

Changed feelingsWhere stories live. Discover now