Mereka sampai di sebuah warteg tidak lama kemudian. Ace sudah mematikan mesin, sedangkan Ivory masih mematung, memandangi tempat yang mereka kunjungi kali ini.

Ace memegang pipi Ivory. "Hei, kenapa melamun? Kamu nggak suka?"

"Kak, Kakak serius?" tanya Ivory.

Ace mengangguk. "Kalo kamu nggak suka, kita pindah aja. Aku ada te—"

"Bukan! Bukan aku nggak suka. Justru aku tanya, Kakak serius mau makan di sini? Kakak kan nggak biasa makan di tempat kayak gini. Nanti Kakak diare," jelas Ivory.

Ace mengangguk lagi. "Aku mau coba, kemarin lihat di Instagram kayaknya enak. Semoga nggak sakit perut."

Senyum Ivory langsung mengembang. Ace lucu sekali, sempat-sempatnya tergoda melihat posting-an warteg di Instagram.

"Ya udah, ayo turunnnnn!" seru Ivory bersemangat.

Ace menghela napas lega. Ia sudah mencari warteg paling bersih di Instagram semalam penuh, memastikan kalau mereka berdua tidak akan sakit perut.

Begitu sampai di dalam, Ace langsung duduk di kursi kosong, sedangkan Ivory berdiri di depan etalase. Kening Ace berkerut. "Eve, ngapain di situ?"

"Lah, pesen dulu! Siniiii!" Ivory melambaikan tangannya, memanggil Ace.

Ace kebingungan. Ia pikir, mereka akan disodori menu setelah ini.

"Pesennya di sini? Bukan dikasih menu?" tanya Ace.

"Ih, nggak! Pesennya langsung di sini, kita bisa pilih langsung menu yang kita mau. Bisa mix and match sendiri."

Ah, Ace baru paham. Ia menggaruk tengkuknya, agak malu.

Sambil mengamati Ivory memesan, Ace berdiri di belakang Ivory dan meletakkan kepalanya di atas kepala pacar mungilnya itu. Ace juga melingkarkan kedua tangannya di sekitar pundak Ivory, memeluk si cewek.

"Udah, sekarang giliran Kakak," ucap Ivory sambil melepaskan diri. Jujur saja, agak panas dipeluk Ace yang super-raksasa itu.

Sehsaj memesan, Ace membawa piring mereka berdua ke meja. Makanan di hadapannya memang kurang menarik, tetapi melihat Ivory yang berbinar sekali, Ace mencoba suapan pertamanya.

"Wah, enak!"

Bukan, bukan Ace yang berteriak. Justru Ivory yang kegirangan.

"Kak, ini warteg paling enak yang pernah aku makan!" akunya senang.

Ace ikut tersenyum melihat Ivory. "Oh ya?"

"Iyaaaa!!" Ivory menyodorkan sendok penuh nasi dan lauk pada Ace. "Nih, Kakak coba."

Ace pun tidak ragu mencoba. Ia mengangguk, pilihan Ivory semuanya memang enak. Lebih enak dari yang ia pilih.

Ace akui, warteg yang mereka kunjungi ini enak sekali. Harganya juga tergolong murah— setidaknya bagi Ace. Tempatnya bersih dan varian lauknya banyak sekali.

Sekarang giliran Ace, ia juga ikut menyodorkan sendok penuh nasi dan lauknya pada Ivory.

"Kamu coba," ujarnya.

Ivory langsung melotot. "Kak, ayamnya enak banget!"

Mereka makan sambil suap-suapan. Setelah makan, Ace membayar dan mereka kembali ke mobil.

"Happy?" tanya Ace.

"Happy! Makasih, Kak." Ivory tersenyum lebar sekali sampai bibirnya seperti mau robek.

Seumur hidupnya, Ace tidak pernah melihat cewek sesenang ini diajak makan warteg. Hanya butuh kurang dari seratus ribu saja sudah bisa menyenangkan Ivory sampai seperti ini.

ALESSANDRO [NEW VERSION]Where stories live. Discover now