9/9

178 29 0
                                    


Ceklek...

Jeffrey membuka pintu gudang yang ada di belakang rumah. Gudang yang berisi barang-barang tidak berguna miliknya. Sehingga jarang sekali dibuka. Tidak heran jika dia tidak berniat mencari di sana sebelumnya.

"Kenapa kamu di sini jam segini? Aku sampai panik!"

Jeffrey berkacak pinggang. Dia menatap Joanna yang sedang memakai kacamata dan masker juga. Sebab dia tengah membersihkan gudang.

"Kenapa pulang?"

Tanya Joanna tanpa menatap Jeffrey. Dia masih sibuk mengepel saat ini. Karena dia sudah dua jam berada di sini. Sehingga keadaan di dalam sudah rapi.

"Demam Rion sudah reda. Aku ingin melihat kamu sebentar. Nanti jam sembilan aku ke sana."

Jawab Jeffrey sembari membuka pintu lebar-lebar. Agar Joanna lebih mudah saat mengepel gudang. Karena dia hampir selesai sekarang.

"Kenapa tidak menginap? Atau rujuk saja dengan Rosa. Supaya kamu tidak bolak-balik seperti sekarang."

Joanna keluar gudang. Sembari membawa ember dan tongkat pel juga. Melewati Jeffrey yang kini mulai menurunkan tangan.

"Joanna, jaga ucapanmu! Aku tidak mungkin———"

"Kenapa tidak mungkin? Kamu masih dibutukan mereka. Orang-orang di sana lebih butuh kamu daripada aku sekarang. Jadi, silahkan pergi saja! Kembali pada mereka! Aku tidak akan melarang!"

Joanna berkata seperti itu sembari memasuki kamar mandi. Guna membuang air dan mencuci pel yang dipakai tadi. Sedangkan Jeffrey hanya mengikuti dengan raut pucat pasi.

"Kamu serius dengan apa yang kamu ucapkan?"

Joanna diam saja. Dia sedang menginjak kain pel dengan pelan. Tanpa menatap ke arah Jeffrey yang sedang menatap dirinya di pintu kamar mandi belakang.

"Iya."

Suara Joanna tercekat. Air matanya mengalir perlahan. Namun Jeffrey tidak bisa melihat. Karena wanita itu sedang memakai masker dan kacamata.

"Ah, aku tahu. Kamu pasti sedang lapar dan kelelahan. Aku akan masak dan siapkan air hangat."

Jeffrey pergi dari sana. Lalu memasak nasi sebentar. Kemudian menuju kamar untuk menyiapkan air hangat. Agar Joanna bisa langsung berendam.

Jeffrey berkutat di dapur selama setengah jam. Dia memasak tumis brokoli dan udang. Ditambah telur dadar. Karena dia memang bisa masak yang mudah-mudah.

"Sayang, makanannya sudah matang. Kamu mau makan di bawah atau aku bawa ke atas?"

Tanya Jeffrey saat tiba di kamar. Dia melihat Joanna yang sedang mengemasi beberapa pakaian ke dalam koper hitam. Tidak terlalu besar, namun jelas hal itu membuat Jeffrey panik sekarang.

"Sayang! Sayang! Jangan seperti ini! Aku salah. Aku minta maaf. Aku janji akan lebih sering berada di rumah ini. Aku janji———"

"Aku baru saja dihubungi HR, aku diminta mengurus anak magang di toko cabang yang ada di Bandung."

"Sekarang? Berapa hari?"

"Satu bulan, mungkin. Niana akan tinggal dengan Papanya. Jadi kamu tidak perlu repot mengurusnya."

Jeffrey masih panik. Sebab dia jelas tidak pernah ditinggal Joanna selama ini. Meski Jakarta Bandung dekat sekali menurut dia gang sedang bucin.

"Kenapa lama sekali? Bagaimana kalau PP saja? Kamu bisa naik mobil, aku bisa naik mobil lain yang ada di rumah orang tuaku."

"Aku tidak mau lelah di jalan. Dua sampai tiga jam, bolak-balik empat enam jam. Aku lelah."

"Kalau begitu aku yang akan antar jemput. Atau mau kucarikan supir saja untuk kamu? Supaya kamu bisa tetap———"

"Aku tidak mau. Satu bulan bukan waktu yang singkat. Kamu tidak akan menyiksaku selama enam jam setiap hari kerja jika memang peduli padaku sekarang."

"Lalu bagaimana dengan aku? Kamu tidak peduli padaku? Satu bulan di rumah ini tanpa kamu? Kamu pikir itu tidak menyiksaku?"

Emosi Jeffrey tersulut. Rahangnya mengeras saat itu. Membuat Joanna sedikit tersenyum. Karena pancingannya tepat sasaran saat itu.

"Ini baru satu bulan Jeffrey. Lalu apa kabar aku yang kamu tinggal setiap malam selama lima bulan ini? Aku hampir gila karena selalu overthinking di malam hari! Setiap hari! Kamu benar-benar hanya peduli pada anakmu dan mantan istrimu! Aku lelah jika harus memaklumi itu! Jujur, aku menyesal karena tidak membicarakan masalah ini sejak awal denganmu. Supaya bisa lebih mempertimbangkan untuk menikah denganmu. "

Jeffrey mulai berkaca-kaca. Dia tidak menyangka jika Joanna sampai hati berkata seperti ini padanya. Padahal mereka sudah tujuh tahun lebih bersama.

Tbc...

NEW FAMILY [END]Where stories live. Discover now