06 : Class 10-3

116 5 0
                                    

Matahari mulai terbit. Para pekerja bahkan mulai memenuhi trotoar dan lalu lintas yang mulai padat.

Para siswa pun mulai berangkat menuju KHS. Mereka yang telah sampai segera melewati gerbang sekolah yang secaraw otomatis melakukan scan pengecekan keamanan pada mereka. Setelah melewati gerbang utama, CCTV mulai mengawasi setiap pergerakan mereka dengan teknologi super canggih.

"Kok bisa ya, orang kalau ke sekolah tu tasnya gepeng gitu, kek gak bawa buku. Lah gue bawa tas kek orang kabur dari rumah," ujar Zennaya, overthinking.

"Mau gue bantuin bawa?"

"Zenna, lo di godain Daren tuh. Mumpung Daren lagi jomblo, lo gak ada niatan bungkus bawa pulang biar bisa lo jadiin gebetan," timpal Declan.

"Maaf, tipe cowok idaman gue tu Jungwon Enhypen," jawab Zennaya.

"Lo jangan salah, Zenna. Walaupun Daren bukan spek Jungwon Enhypen, tapi Daren ini anak konglomerat. Bahkan kalo Daren tidur di depan kamarnya di jagain bodyguard," timpal Bagas.

"Jangan percaya, Zenna. Gue ini cuma anak tukang angkut batu," elak Daren merendah.

"Sok lo. Jelas-jelas kalo lo anak Om
Darmawan Dalson yang sekarang ini kekayaannya gak bakal habis sampai tujuh turunan, tiga belokan, lima tanjakan," timpal Rei, sudah mulai banyak bicara.

"Sadar, bangsat. Bokap lo lebih kaya dari bokap gue," ujar Daren ngegas.

"Gue yatim piatu," tegas Rei datar.

"Eh?" Ziandra, Declan, Bagas, Zennaya dan Raline saling melempar pandang. Baru tahu jika Rei yatim piatu.

"Agak gelap ya!" gumam Ziandra.

"Tapi, tapi... Rei, benar Daren itu chebol?" tanya Zennaya antusias, memastikan.

Rei menganggukkan kepalanya. "Iya."

Zennaya menyeringai menatap Daren, lalu tiba-tiba ia mendekat dan menggandeng tangan kiri Daren. "Walaupun lo bukan Jungwon Enhypen, tapi bisa dibicarakan," ucapnya.

Daren melepas tangan Zennaya dari tangannya. Daren tersenyum. "Lo bukan tipe gue," ucapnya, lalu berjalan melewati Zennaya.

"Nah, lo, langsung di ulti kan," ucap Declan, kemudian ia dan Bagas tertawa.

"DAREN ANJING!" upat Zennaya keras.

• • • • •

Marigold Room.

Gadis itu baru saja keluar dari sebuah tabung. Mata cukup jeli menatap ke sekitar, seolah waspada akan sesuatu. Ruangan itu tampak seperti ruang siswa atau ruang penelitian daripada UKS.

"Saya tau kamu tidak bisa merasakannya, tapi kamu harus waspada. Terus membiarkan dirimu terluka, itu sama saja kamu membuat dirimu sendiri celaka," ucap wanita almamater putih khas dokter tersebut.

"Hm. Sudah selesai?" tanya gadis itu singkat.

"Ya."

Gadis itu langsung turun dari atas brankar, dan segera berlalu keluar.

Sesaat setelah gadis itu keluar dari ruang itu, wanita tadi bersama rekannya langsung membicarakannya.

Krisan High SchoolΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα