Chapter Twenty One

247 37 14
                                    

Bukan perkara sulit untuk berpamitan pada kedua orang tuanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bukan perkara sulit untuk berpamitan pada kedua orang tuanya. Ibu Jisung jadi terpaksa menyiapkan bekal untuk anaknya karena Jisung akan segera pergi bersama Felix. Tapi kedua orang tuanya pun tidak melarang, karena hal itu yang di inginkan oleh Jisung saat kembali ke Korea.

Jisung hanya diam ketika Felix menyetir mobilnya. Apalagi perjalanan mereka cukup memakan waktu. Sesekali Jisung melirik kearah Felix, dia ingin sekali mengajak laki-laki itu berbicara, tapi rasanya janggal jika dia yang memulai.

Ketika sedang berkecamuk dengan pikirannya sendiri, Jisung melihat tangan Felix yang terulur padanya. Sejenak Jisung diam memperhatikan tangan itu, tapi akhirnya dia meletakkan tangannya di atas tangan Felix. Tangannya pun di genggam Felix erat dan di angkat ke arah bibir laki-laki itu.

"Syukurlah, ini bukan mimpiku," ucap Felix yang membuat Jisung menundukkan kepalanya.

"Felix, aku minta ma..."

"Jangan katakan. Jika itu berat bagiku, itu pasti yang dirasakan juga olehmu. Aku hanya ingin bersamamu, bukan ingin mendengar penyesalan atas apa yang kau lakukan," ujar Felix lalu menoleh pada Jisung dan tersenyum sekilas sebelum kembali melihat jalanan.

Jisung menundukkan kepalanya lalu terisak pelan, ucapan Felix sungguh menyentuhnya. Sekarang dia tidak ragu lagi untuk melihat kearah laki-laki itu. Jika sebelumnya dia ragu karena sempat sangat menyukai Hyunjin, tapi kali ini dia yakin dengan siapa yang pantas dia cintai.

Tidak tahan mendengar tangisan Jisung, Felix akhirnya menepikan mobilnya. Dia melepas seatbelt nya lalu memeluk Jisung. Mencoba menenangkan dengan mengusap punggung laki-laki yang telah dia nanti kepulangannya. Jisung meremas kuat baju Felix, tidak ingin laki-laki itu menjauh darinya untuk saat ini.

"Aku terlalu munafik, mengabaikan perasaanmu, Lix. Padahal aku juga  merasakan hal yang sama. Rasanya sakit sekali karena mencoba baik-baik saja padahal aku ingin berlari sekencangnya kearahmu dan mengabaikan apa yang aku lindungi selama ini," ucap Jisung saat tangisnya mulai mereda dan diiringi isakan pelannya.

Felix melonggarkan pelukannya lalu menangkup kedua pipi Jisung. Mengecup lembut dahi laki-laki yang selama ini dia rindukan.

"Aku juga merasakan sakit. Dan aku sangat ingin melindungi dirimu. Tapi aku tau keputusanmu itu juga begitu berat, jadi aku tidak akan marah apalagi kecewa padamu. Dan sekarang, kita sudah bersama walau mungkin sementara. Itu sangat berarti untukku," ucap Felix sembari tersenyum lembut pada Jisung.

"Felix.."

"Heum?" Tanya Felix sembari membelai lembut rambut Jisung.

"Bisakah kau menyetir lebih cepat untuk sampai di apartemenmu?"

Felix tersenyum lalu menganggukkan kepalanya, "tentu, apapun untukmu, Ji," jawab Felix lalu memulai lagi perjalanan mereka.

Saat tiba di dalam apartemen Felix, Jisung menarik tangan Felix dan membenturkan tubuh laki-laki itu ke dinding yang ada didekat mereka. Menyampaikan rindunya lewat aduan bibir yang saling mendamba. Jisung cukup agresif kali ini, hingga membuat Felix tersenyum.

Beautiful Liar [FelSung]Where stories live. Discover now