3. Kostum Naga

1.2K 112 1
                                    

Bram mengelap mulut Farka yang belepotan dengan selai coklat menggunakan tisu. Entah bagaimana cara anak itu makan sampai dia harus mengelap mulut kecil itu berulang kali. Ya, anak kecil tetap lah anak kecil.

"Hey nak. Kenapa tadi kau tiba-tiba mau menjadi anak ku?" Tanya Bram sambil menompang dagunya menggukan tangan.

Farka berhenti menggigit rotinya dan perpaling menatap ke arah Bram, "karena om mau bantu Aka jadi pilot kan?"

"Hanya itu?" Tanya Bram lagi untuk memastikan.

Farka mengangguk, "iya, cuma itu."

Sepertinya Bram melewatkan sesuatu, "lalu bagaiamana dengan yang aku katakan sebelum membantu mu jadi pilot?"

"Hm?" Farka memiringkan sedikit kepalanya ke samping, "nggak tau, Aka nggak ngerti. Om ngomongnya aneh tadi."

Bram menegakkan kembali tubuhnya, "cara ku berbicara aneh katamu? Hey, aku selalu berbicara seperti ini setiap hari dan tidak ada yang pernah mengatakan kalau itu aneh." Ucap Bram sedikit tidak terima.

Yang Bram katakan itu benar, dia selalu berbicara seperti itu. Memang apanya yang salah? Dia rasa itu cara orang normal pada umumnya berbicara.

"Aneh tau.... kadang-kadang om ngomongnya pelan, trus tiba-tiba jadi cepet. Naik turun, aneh." Jelas Farka.

"Ck, lalu aku harus berbicara seperti apa pada mu?"

Farka menunjukkan ekspresi seperti orang yang sedang berpikir sangat keras. Jari telunjukanya juga dia letakkan di dagunya, "hm.... gimana ya?"

Bram mendengus, "malah nanya balik, jadi gimana?" Desak Bram.

"Ih nggak tau, Aka juga bingung."

"Dasar bocah. Lanjutkan saja makan mu, aku akan mencari taunya sendiri." Ucap Bram menyerah.

Sekarang bagaimana dia harus mengubah cara bicaranya? Tapi ngomong-ngomong, kenapa dua anak buah bodohnya itu belum sampai-sampai?

Dia menyuruh mereka untuk membeli pakaian dan perlengkapan lain untuk Farka. Ini sudah sangat lama, kemana mereka pergi? Apa mereka membeli pakaian ke Eropa makanya belum sampai?

Ck, menyebalkan. Farka bahkan hanya mengenakan handuk sejak tadi. Bisa-bisa anak itu akan masuk angin nanti.

Tak berselang lama, Bram dan Farka mendengar suara bising di ruang tamu. Bram bisa menebak, itu pasti anak buahnya.

"Selesaikan makan mu, aku akan melihat siapa yang datang."

Bram pun melangkahkan kakinya munuju ruang tamu setelah mendapat anggukan dari Farka.

"Apa kalian membeli pakaian di luar negri? Kenapa sangat lama?" Tanya Bram dengan kesal ke arah dua pria serangkai itu.

Yang di tanya malah cengengesan tidak tidak jelas. Surya membungkukkan badannya sekali sebelum menjawab, "maaf bos, kami tadi binggung milih barang-baranganya. Semuanya tampak lucu."

Bram memutar bola matanya jengah dengan sikap bawahannya itu. Tidak bisakah dia memiliki bawahan yang lebih baik dari ini?

"Terserah, yang mana paper bag pakaian bocah itu?" Tanya Bram sambil melirik barang-barang yang di tenteng Surya dan Aditya di tangannya.

"Yang ini bos." Ucap Aditya sambil memberikan salah satu paper bag di tangannya pada Bram.

Bram membuka paper bag itu sambil mengerutkan alisnya. Apa yang mereka beli?

_________________________________
________________________

"Hey kalian yakin ini di sebut pakaian?" Tanya Bram dengan ekspresi datar.

Papa & FarkaWhere stories live. Discover now