11

4.9K 370 13
                                    

Hujan turun sangat lebat sejak sore. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, namun hujan tidak kunjung berhenti.

Syahdu menatap rintik hujan dari balik jendela kamar nya. Ia kembali teringat peristiwa beberapa tahun silam yang sangat menyakitkan.

Setelah pertengkaran mereka malam itu, Syahdu dan Seno menjadi orang asing yang tinggal satu atap.

Syahdu berusaha menjelaskan dan mencari bukti kalau ia tidak bersalah. Selama dua bulan mereka tidak saling bertegur sapa.

Seno akan pergi pagi-pagi sekali dan pulang sampai larut malam untuk menghindar bertemu dengan Syahdu. Bahkan sejak malam itu juga Seno pindah kamar ke lantai bawah. Hati syahdu sangat sakit dan terluka. Ia merasa sendirian.

Pernah satu malam, Syahdu menunggu kepulangan Seno. Syahdu menunggu sampai jam dua malam. Ia menahan kantuk nya demi menunggu Seno pulang ke rumah.

Saat seno sudah masuk ke dalam rumah. Ia tampak sedikit terkejut melihat keberadaan Syahdu duduk di kursi sofa.

"Mas,"

Cahaya ruang tamu tempat Syahdu menunggu berasal dari lampu dapur.

Seno berhenti melangkah tanpa menatap Syahdu.

"Bisa kita bicara?" Syahdu memilin jari jemari nya agak sedikit gugup.

"Sudah malam. Saya lelah." Seno hendak kembali melangkah namun kaki nya terhenti saat mendengar pertanyaan lirih Syahdu yang terdengar menyayat.

"Mau sampai kapan, Mas? Sampai kapan kamu mau menghindari aku?"

Seno diam. Syahdu menatap Seno dengan pandangan berkaca-kaca siap menumpahkan air mata.

"Nggak capek kamu, Mas? Kamu sudah tidak menganggap ku istri kamu lagi? Kenapa tidak sekalian saja kamu menceraikan ku?"

Seno langsung menatap tajam mata Syahdu. Tangan nya mengepal. Ia segera berlalu tanpa mempedulikan Syahdu.

Bunyi bedebam pintu pun menjadi saksi akan kemarahan Seno. Namun Syahdu bisa apa. Syahdu terduduk di sofa dan menangis dalam diam.

Dua minggu kemudian Syahdu melihat Seno dan seorang perempuan sedang berjalan. Si perempuan tampak menggandeng tangan suami nya dengan senyum dan tawa. Syahdu terdiam kaku di tempat nya. Mata nya kembali melebar dan terkejut saat si perempuan tampak memeluk manja tubuh Seno dan mencium pipi suami nya.

Saat Syahdu ingin menghampiri mereka, tiba-tiba tante Wulan dan Nela anak nya datang dan mereka saling tertawa bersama.

Apa-apa an ini. Syahdu sudah tidak bisa berpikir jernih lagi. Saat mereka semua memasuki sebuah restoran, Syahdu segera menyusul. Ia mengambil duduk dua meja di belakang mereka.

Tubuh Syahdu kaku saat mendengar pertanyaan tante wulan.

"Jadi, kapan kalian akan meresmikan hubungan kalian? Kamu jadi menceraikan Syahdu kan Seno?"

Deg

Menceraikan nya? Meresmikan hubungan? Apa maksud nya ini.

"Hm,"

"Jangan Hm hm terus dong Arseno. Kamu harus segera menceraikan Syahdu dan meresmikan hubungan kamu dengan Dinda. Nanti keburu anak yang di kandung Dinda brojol. Nggak malu kalian?"

Sreet

Ada yang patah. Ya, hati nya. Syahdu menutup mulut nya terkejut mendengar ucapan tante wulan.

Ia tidak salah dengar kan barusan. Anak? Anak Seno dan perempuan yang bernama Dinda itu?

Ya Tuhan!

"Benar kata Mama Mas. Mending cepat-cepat ceraikan Syahdu yang udah selingkuhin kamu itu.  Apalagi istri kamu itu mandul. Udah setahun lebih menikah tapi nggak kunjung hamil juga. Sekarang Mas fokus sama anak Mas dan Dinda dan kalian harus menikah secepat nya."

Sudah cukup. Syahdu sudah tidak tahan lagi. Ia tidak mau mendengar percakapan mereka lagi. Hati nya tidak kuat. Dengan tergesa-gesa, Syahdu keluar dari restoran. Ia berlari sepanjang langkah kakinya. Air mata terus merebak keluar tidak berhenti.

Isak tangis mulai terdengar. Syahdu menutup mulut agar tangisan nya tidak terdengar. Padahal ia ingin meraung sekarang. Rasanya dunia nya hancur sudah. Rumah tangga nya sudah tidak bisa di selamatkan. Dirinya tidak di perlukan lagi. Seno tidak membutuhkan diri nya lagi. Hubungan mereka kandas begitu saja akibat kesalahpahaman dan kenyataan yang di dengar nya barusan.

Syahdu mengendarai mobil nya dengan kecepatan tinggi. Tidak peduli bunyi klakson dan makian para pengendara lain.
Ia ingin cepat sampai di rumah. Dada nya sungguh terasa sesak sekali.

Begitu sampai di rumah, Syahdu berlari ke kamar nya. Tanpa menunggu lama ia memasukkan semua pakaian ke dalam koper dan membawa barang-barang milik nya sendiri dan meninggalkan semua pemberian Seno. Yang di bawa nya hanya cincin pernikahan mereka selebih nya ia tinggal.

Syahdu kembali menangis. Badan nya luruh ke lantai. Air mata nya menitik deras. Mata Syahdu menjadi bengkak.

"Tega...,tega kamu, Mas." bisik lirih Syahdu terluka. Syahdu mencengkram dada nya dan menepuk-nepuk agar sesak yang di rasa nya hilang. Ia meraung histeris terluka. Kenyataan yang di dengar nya barusan sangat mengguncang hidup nya.

Syahdu meratapi kesedihan nya yang mendalam.

Syahdu menghapus air mata nya dan kembali bersiap meninggalkan rumah yang sudah menampung dirinya selama setahunan ini.

Tidak lupa Syahdu juga meninggalkan sepucuk pesan yang bertuliskan.

Aku pergi!

Kertas yang berisi tulisan tangan itu di letakkan di meja nakas. Syahdu segera keluar dari kamar nya dan meninggalkan rumah dan beserta kenangan yang ada.

Tok tok tok

Syahdu tersentak dari lamunan. Ia menoleh bertepatan dengan muncul nya kepala Rembulan dengan bibir tersungging lebar.

"Mama belum tidur?"

Rembulan masuk ke dalam kamar Syahdu.

"Belum. Kenapa? Kamu kok belum tidur?"

"Aku lagi ngerjain tugas terus paket internet nya habis. Mau minjam handphone mama. Boleh ya?"

"Hm, itu ada di atas kasur. Selesai buat tugas langsung tidur. Jangan begadang!" Syahdu memberi peringatan.

Rembulan menggeleng. "Mana pernah aku begadang,"

"Nggak usah ngebohongin Mama kamu. Kamu pikir mama nggak tahu kalau kerjaan kamu itu suka nontonin drama korea?"

Rembulan terkekeh. "Kok Mama bisa tahu sih?"

Syahdu memutar bola mata nya malas. Lihat lah! Bukan nya merasa takut dan bersalah rahasia nya terbongkar malah cengengesan tak jelas. Suka heran syahdu sama anak satu ini.

"Nggak perlu kamu tahu. Awas aja kalau paket Mama habis ya."

"Pelit nya!" gumam Rembu mencibir.

"Nanti kalau ketemu Papa aku minta isikan paket internet ku full. Nggak perlu minta mama lagi." celetuk Rembulan tanpa sadar.

"Yaudah sana pergi ke Papa kamu sana." Syahdu berkacak pinggang.

Rembulan tersentak. Ia pikir Mama nya nggak terdengar.

"Kasih tahu alamat Papa!"

"Cari sendiri,"

Rembulan menghentakkan kaki nya dan keluar dari kamar Syahdu dengan bibir manyun.

Syahdu menghela nafas pelan. Akhir-akhir Ini Rembulan sering melontarkan kata-kata tentang Papa nya. Syahdu juga mulai bertemu dengan orang-orang di masa lalu nya.

Ia takut kalau sebentar lagi pertemuan dengan Seno juga akan terjadi. Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana jika seandainya mereka bertemu. Namun satu yang pasti. Syahdu tidak akan lari. Akan ia hadapi sekarang  . Sekalipun pertemuan dengan Seno nanti nya.

Tbc!

18/03/24

MAHLIGAI SYAHDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang