13

608 44 0
                                    

North menjulurkan tangannya, menyangga kepala Belvina yang sudah setengah tak sadarkan diri. Bahkan untuk sekedar menegakkan badannya pun gadis itu sudah tak berdaya.

"Look! I become a butterfly ... gue terbang...," racaunya, menggerakan kedua tangan. Mengepak bak sayap kupu-kupu dengan senyuman lebar juga mata yang terlihat sayu. Namun tak lama, senyuman itu pudar berganti lengkungan sedih. Kepakan tangannya melemah, Belvina kemudian menelungkupkan kepalanya ke atas meja. Matanya terpejam, sedang kedua tangannya ia jadikan sebagai bantalan kepala.
"But I hate butterfly! Bikin gatel! Gue mau jadi batu aja."

North mengubah posisi tangannya, ia menjatuhkan tangannya pada pinggang gadis itu. Tak begitu erat, namun cukup aman jika gadis itu berulah. Apalagi gadis itu tengah duduk di atas kursi.
"Mau gue gendong ke kamar sekarang?"

Belvina menggeleng cepat.
"No! Gue mau di sini," serunya lemah sembari membuka mata sayunya. Menatap North, lalu tersenyum lebar walau dengan susah payah. Tangannya terjulur, menyentuh wajah North.

Jemari Belvina bergerak halus menyusuri wajahnya. Lalu berhenti pada bibir North yang tertutup rapat.

"Why'd you always kiss me?" tanyanya dengan suara lirih. Namun jelas terdengar di telinga North.
"And why I like it?"

North menangkap jemari Belvina. Membawanya untuk ia genggam erat. Senyumnya tersungging, menatapi wajah memerah Belvina yang juga memandangnya.
"Because you're so cute."

"Oh ya? I'm a cute girl?" Gadis itu mengangkat kepalanya, membuat North seketika menggunakan dua tangannya untuk menyangga tubuh Belvina yang sudah sempoyongan. Pria itu kemudian mengangkat Belvina dalam gendongannya, seperti koala. Membuat tangan Belvina otomatis mengalung pada leher North, meskipun tak begitu erat.

"You're drunk, Belvi. Kita ke kamar sekarang." North melangkah pelan. Membiarkan Belvina yang berada dalam gendongan-nya mengendus lehernya dengan sering. Gadis itu bahkan sesekali terkekeh riang.

"Gue suka wangi lo," ungkapnya seraya menempatkan wajah di depan North yang kini harus menghentikan langkahnya sebelum menyentuh tingkat tangga terbawah.

"Kenapa lagi?" tanya North saat Belvina tak kunjung menyingkirkan wajahnya dan malah tersenyum manis, memandangnya lekat.

Belvina menangkup wajah North, mengecup ringan bibirnya sembari berkata riang.
"I like your lips."

"I like your sexy abs, I like your eyes, your hands, all of you." Setelah mengatakan itu, Belvina menjatuhkan wajahnya pada ceruk leher North sembari mengeratkan lingkaran tangannya.
"Hangat. Gue suka."

North sedikit menunduk, ia berhembus lega kala Belvina sudah terpejam. Ia membenarkan posisi gadis itu dalam gendongannya sebelum menaiki tangga secara perlahan.

"I tried to be a hot girl, North. Bukan cute girl. Gue gak suka jadi cewek imut, lemah, menye-menye. Gue mau jadi Mami. Hot woman, independent, pretty as well. I like how I look stunning in sexy dress, not cutie dress. Jadi mulai sekarang dan nanti, gue bakal pake baju yang sexy. Biar gak dianggap lucu sama lo."

North merekam jelas segala keluhan yang Belvina ungkapkan meski tak memberi balasan sedikitpun. Ia meletakan gadis itu dengan segera di atas ranjang sesampainya mereka ke dalan ruangan Belvina. Melepaskan sandal rumah yang terpasang pada kedua kakinya.

"North..." Belvina masih bergumam.
"Pusing."

"Sebentar." North melepaskan cardigan dengan kantong berisikan lipstick yang tak jadi Belvina gunakan untuk mengerjai Tomas, lantas menyeka anak rambut yang hinggap di wajah gadis itu.
"Masih pusing?"

Damn, He's Hot!Where stories live. Discover now