6

1K 46 0
                                    

Dalam remang malam, North terduduk tenang pada teras rumahnya. Menyaksikan Belvina yang tengah kerepotan memindahkan beberapa perlengkapan pentas-nya besok ke dalam mobil North. North tak berniat membantu, juga tak diperbolehkan. Alasannya agar Belvina paham sendiri di mana letak barangnya nanti, jadi jika North tengah sibuk mengurus acara, Belvina tak akan kerepotan mencarinya.

"Btw, lo gak nginep North? Heksa aja nginep."

"Lagi gak ada Mami Papi, Mbak Lani juga gak ada. Lo sendirian," jawabnya singkat sembari menatapi layar ponselnya yang menampilkan grup kepanitian acara ultah sekolahnya besok. Harusnya North memang menginap, lembur bersama temannya yang lain. Namun meninggalkan Belvina sendirian, bukan perkara yang mudah.

Belvina menutup bagasi dan jok belakang mobil yang sudah terisi penuh dengan pelan. Kemudian memposisikan dirinya untuk duduk di lantai teras. Bersisian dengan North.
"Gue ikut nginep deh. Kasihan mereka. Pasti butuh lo banget."

North mengerutkan keningnya. Menatap Belvina dengan pandangan ragu.
"Lo bukan kunti kan?"

"Anying!" umpat Belvina, menggeplak lengan North dengan keras.
"Gue udah baik ya, bangsat!"

North tertawa pelan. Ia lantas memperlihatkan layar ponselnya pada Belvina.
"Mereka gak butuh gue. Udah ada Heksa. Tadi gue juga udah coba cek semuanya sebelum pulang. Kalau ada yang gak beres, Heksa pasti hubungin gue."

Belvina mendengus.
"Apaan! Orang dia ngeluh mulu ke gue! Nih!" serunya kemudian memperlihatkan layar percakapanya dengan Heksa pada North.
"Gimana? Kayaknya lo tetep harus ke sana."

"Kenapa flirty gitu isinya?"

"Ya Heksa emang gini, Kompas. Ke semuanya juga gini. Playboy cap kampak dia mah," Belvina mematikan layarnya. Beralih menatap North yang masih menampakkan raut kesal.
"Gak usah mikirin chat-nya si jamet. Gue gak bakal berpaling kok dari lo. Mending sekarang lo pikirin. Lo mau ke sana atau tetep di sini? Mereka pasti butuh lo."

North menghembus pelan.
"Gapapa kan nginep?"

"Gapapa. Gue malah dari tadi udah siapin semua keperluan kita. Dari mulai selimut, bantal, kasur lipat, jaket, sama baju ganti termasuk seragam lo. Gue juga udah pesen nasi padang buat mereka sama kita. So, sekarang, kita tinggal berangkat aja."

"Daleman gue?"

Raut Belvina yang tadi riang, memberenggut seketika.
"Lo lama-lama gue tendang ya, Kompas Sesat!"

"Ya kan gue juga perlu itu kali," ucapnya dengan wajah tanpa dosa.

"Udah! Tadi gue minta tolong Bu Ririn. Udah ayo cepet berangkat!" Belvina bangkit dari duduknya, menarik tangan North yang masih terdiam dengan mata memicing.

"Yakin Bu Ririn yang ngambilin?"

"Anjing, North! Lo ngeselin banget sumpah!"

North tertawa pelan kala pukulan kecil Belvina mengenai lengannya. Ia kemudian merangkul gadis itu membawanya melangkah menuju mobil.
"Lo yakin gak akan sakit kan?"

Belvina berdecak. Melepaskan rangkulan North dengan kasar.
"Gue bukan cewek lemah ya, bangsat!"

Menyusul Belvina, North segera masuk dan duduk di kursi kemudi.

"Omong-omong, lo gak bawa kaca?" tanya North yang baru menyadari bahwa dua hari ini gadis centil itu tak membawa cermin kecilnya kemana-mana.

"Habis, belum beli lagi gue."

"Besok gue beliin. Mau bentuk lain atau yang sama?" North menjalankan mobilnya, mengisi keheningan dengan sedikit obrolan agar Belvina tak mengantuk.

"Yang sama. Kali ini lo harus beliin gue satu pack, kaca gue habis gara-gara lo," ucap Belvina sembari sibuk memainkan ponselnya. Menemukan sesuatu yang menarik, Belvina memperlihatkannya pada North.
"Ini ototnya persis kek lo deh. Liat!"

Damn, He's Hot!Where stories live. Discover now