2

1.2K 56 0
                                    

Suara musik yang berdentum keras seketika terdengar oleh North kala dirinya membuka pintu ruangan tempat para anggota ekskul dance berlatih. Terdapat cermin yang memenuhi tembok di sisi kanan. Pandangan North sempat bertemu dengan tatap tajam Belvina, namun hanya sekejap lantaran gadis itu kembali fokus menatap dirinya dan teman-temannya dari pantulan cermin.

North menaikkan sudut bibirnya saat matanya bertemu dengan Juna, teman sekelasnya yang tengah terduduk di sudut ruangan sembari berpangku laptop. Ia menghampiri si budak cinta itu dengan langkah pelan.
"Nungguin Jeni?"

Juna mengangguk, wajahnya sama sekali tak menunjukkan kekesalan.
"Lo? Nunggu Belvina?"

North mengangguk, ia memposisikan diri untuk duduk di sebelah Juna yang tengah sibuk dengan laptopnya.
"Biasanya kelar jam berapa?"

Juna mengedik.
"Gak tentu. Tapi kata Jeni mereka mau pulang cepet hari ini." Juna menutup laptopnya lalu menatap North dengan wajah jail.
"Lo jadian ya sama Belvina?"

"Gak," jawab North, matanya fokus menatap Belvina yang bergerak dengan lincah. Gadis itu memakai celana ketat sebatas paha dan crop top yang menunjukkan pinggang mulusnya. Gadis keras kepala itu memang susah sekali diatur.

"Kedip kali! Gak bakal ilang kok Belvinanya," ledek Juna. Tangannya sibuk merapihkan barangnya, namun wajahnya tengah cengar-cengir, sesekali terkekeh pelan. Berniat membuat si ketos gengsi kesal.
"Kedip dong, Mas!"

North berdecak. Matanya menatap Juna dengan tajam.
"Mulut lo kedip!"

Juna terbahak. Meski suaranya teredam oleh dentuman musik yang memenuhi ruangan.
"Si anying! Kebanyakan gengsi lo!"

North hanya membalasnya dengan dengusan. Malas meladeni Juna yang terkadang memang menyebalkan.

"Gue tebak, Belvina pasti minta lo temenin beli dress buat ke birthday party-nya Roni, kan?" ucap Juna tepat sasaran. North mengangguki dengan malas.
"Sama kalo gitu. Mau belanja bareng aja? Biar sekalian double date, gimana?"

North tak menjawab, otak Juna yang terkadang miring memang lebih baik tidak usah ditanggapi. Juna tanpa laptop, adalah Belvina versi laki-laki. Menyebalkan.

"Hai cintaku! Udah selesai?"

Lihatkan? Juna adalah spesies laki-laki bucin yang bucinnya berada di tingkat teratas. Panggilan yang ia sematkan untuk pacarnya saja membuat North bergidik geli, apalagi tingkahnya.

"Kompas sesat! Ngapain lo liatin orang pacaran? Iri?"

Suara Belvina berhasil membuat North menoleh, ia langsung berdiri dan melangkah mendekati Belvina. Gadis itu tengah selonjoran, memisahkan diri dari gerombolan temannya yang sudah beranjak keluar. Termasuk Jeni dan Juna.

"Gak ganti baju?"

Belvina menggeleng, tangannya meraih botol air mineral dan meminum isinya hingga tandas. Nafasnya masih sedikit terengah.
"Sebentar, gue mau duduk dulu."

"Sampai kapan? Yang lain gak secapek lo?" tanya North yang dibalas dengan geplakan pelan dari Belvina.

"Yaiyalah, orang gue dari tadi bolak-balik ngelatih yang gak bisa. Untung aja gak pada lelet. Kalo lelet bisa pingsan gue." Curhat Belvina.

North yang bosan hanya terduduk diam di sebelah gadis itu mulai mencari pekerjaan. Tangannya meraih beberepa lembar tisu di sebelah Belvina. Lalu mengusapkan benda tipis itu pada leher Belvina yang penuh keringat.
"Beli apa aja?"

Belvina menerima bantuan North dengan senang hati. Ia bersandar pada dinding dengan leher menengadah, memudahkan North untuk mengusap lehernya. Ia bahkan mengangkat kedua tangannya, menunjukkan kedua ketiak yang berkeringat. North mengusapnya meski disertai dengusan tak ikhlas.
"Dress buat gue, jas lo, sama kado. Gara-gara lo gue harus beli dress lagi! Susah tau milihnya!"

Damn, He's Hot!Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα