02. KENALAN

64 4 0
                                    

"Apa yang  barusan Lo lakuin, bodoh!. Jangan malu maluin Gue bisa?. Sejak Kapan Agnese yang gue kenal bisa begini?. Apa lo sedang merasakan Cinta pada pandangan pertama?." Kaira tak habis fikir, Ketika dia pergi ke toilet dengan menarik Agnese Pergi, yng di pikirannya hanya satu, Apa yang terjadi dengan temannya ini?.

Agnese terdiam dengan kepala menunuduk, Sedikit pun dia sama sekali tidak mendengar apa yan di katakan kaira, Di dalam fikirannya di penuhi dengan kebahagiaan yang mendalam dengan pertemuan itu. Aneh, namun dia benar benar bahagia.

Mendongak, menatap Kaira dengan ekspresi yang tak sabar. "Kai, Gue mau Dia." Ujarnya tiba tiba.

Kaira yang masih tak habis fikir dengan apa yang di katakan Agnese, dengan perlahan ia memukul Kepala Gadis itu. "Gila, Lo!. Bangun, Nggak?!."

Dengan menggosok Gosok kepalanya yang di pukul Kaira, Agnese menatap Kaira Jengkel. "Gue udah bangun, tau." ujarnya.

Kaira menghela nafas sembari memijit keningnya pusing. "Mungkin, Di pertemuan pertama ini Gue belum melihat kelebihan Dari Pria itu. Tapi apa bagusnya sih dia?. Sampai Sampai Agnese yang gue kenal Menginginkannya sampai begitunya?. Gue nyuruh lo Cari teman, Bukan Tiba tiba bertindak sembrono seperti tadi.." Ujarnya gemas di akhir kalimatnya.

Agnese terdiam, lalu kemudian Melihat lurus kedepan, menerawang tentang Apa yang terjadi saat itu. "Senyumnya, Senyumnya penuh perhatian dan kepeduliaan."
"Kai?." 

"H-haa?." Kaira Cengo, Apa apaan itu?. 
"Lo. Serius tentang Itu?."

Agnese menatap Kaira penuh binar dan menganggukkan kepalanya yakin. "Um, Aku Mau Dia."

^~^

"Vin, Gue denger denger, Di kelas lo yang baru ada Cewek nembak lo, Ya?."

Vincent yang sedang melangkahkan kakinya pergi menuju kantin yang di ikuti oleh Teman temannya di samping kanan dan kirinya, menganggukkan kepalanya singkat. 

Baju yang di keluarkan, kancing atas yang di buka memperlihatkan dalaman hitam nya, serta dasi longgar menjadi pelengkap. Bisa di bilang kalau Vincent bukanlah Pria patuh yang selalu Taat Aturan, bisa di bilang dia termasuk ke dalam jajaran Siswa yang melakukan apapun yang dia inginkan, Begitu pula teman temannya.

"Wah... Gila!. Lo kenal dia?. kalian deket?. Nggak mungkin kan kalau dia tiba tiba nembak."

"Sayangnya Begitu.. Dia tiba tiba nembak yang Bikin Gue yang lagi menikmati hari santai jadi kaget. Nyalinya gede, tapi sepertinya dia hanya Gadis Bodoh yang selalu mengedepankan perasaan."

Regan Tergelak, Beginilah Vincent Pria yang selalu acuh menyangkut Hal ini. "Vin, lo begini bisa di sangka Gay loh, Lo nggak takut?."

Vincent langsung menoleh,menatap Regan intens,  Apa ia katakan saja yang sebenarnya?. Dia tidak ingin berbohong Tentang apapun dari teman temannya. hal yang sudah lama ia tutupi, Apa lebih baik ia katakan saja?.

Vincent menghirup nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan.. Ketika Mulutnya yang Mulai terbuka untuk memulai perkataannya, tiba tiba di potong Oleh Daren.

"Gay?. Mana Mungkin.. yang benar aja.. Nggak mungkin kan kalau Temen Kita bakal masuk ke kaum itu, Ya kan vin?." ujar nya Yang tiba tiba merangkul lengannya di pundak Vincent.

Vincent terdiam, Dengan senyum canggung ia mengangguk. "Iyalah, mana mungkin.." Ujarnya menatap Daren, Tidak ada yang tahu, Ekspresi yang ia keluarkan itu palsu. Tidak ada kejujuran di sana, Sungguh Di balik Sikapnya itu tersembunyi berbagai macam rahasia.

"Jangan tiba tiba nyerobot begok."

Daren terkekeh dengan menggaruk tengkuknya. "ya gimana,,,"

Vincent mempercepat langkahnya, Berjalan lebih dulu mengabaikan kedua pria itu membuat Regan dan Daren saling pandang, lalu kemudian menyusul Vincent di belakang, tetapi tiba tiba Vincent berbelok. "Vin, kemana?. Nggak jadi kantin?."

Vincent menoleh dengan tangan yang di masukkan ke dalam kantong celananya, Ia menatap Regan dan Daren secara bergantian. "kalian duluan aja, Gue lupa kalau ada yang mau gue lakuin."

Regan mengangguk. "Yaudah, nanti nyusul ya.."

Menganggukkan kepalanya singkat, Vincent mulai melangkahkan kakinya pergi. Emosi dari perasaan Yang tidak kunjung Reda, kegelisahan yang membawa Vincent ke arah jurang dalam yang memaksanya untuk melompat turun, Apa itu baik baik saja di kedalaman yang tidak ia tahu jumlahnya?.

Berjalan dan terus berjalan mengikuti kemana langkah kaki membawanya pergi, untuk beberapa saat ia berhenti, membuka matanya lebar melihat sekeliling, Belakang sekolah dengan rumput hilalang yang tumbuh. Di tempat yang tidak jauh dari tempat Vincent berdiri, Terdapat Pohon beringin besar yang berdiri kokoh.

Dengan perlahan, Vincent berjalan mendekat, suasana sejuk dan menenangkan langsung menyapanya, Tempat yang tidak asing. Tempat yang menjadi rumah untuk dia menenangkan diri.

Menghempaskan tubuhnya kasar, Menjadikan Rumput itu sebagai kasurnya, mengangkat lengannya, lalu kemudian di letakkan di atas keningnya untuk menutupi silau matahari yang sedikit memancarkan cahaya ke arahnya. 

"Hei, Kita belum kenalan."

Sedikit tersentak, Suara yang tiba tiba terdengar membuat Vincent tiba tiba mengangkat tangannya yang menutupi wajahnya, lalu pandangannya di sambut oleh wajah yang sedang membungkuk di hadapannya, Wajah yang beberapa saat lalu mengganggunya kini hadir kembali di depannya. 

Vincent buru buru duduk, Dengan salah satu tangannya menjadi tumpuannya, ia menatap gadis itu dengan menaikkan sebelah alisnya, menatap gadis itu tidak ramah. Kalau boleh jujur kedatangan Gadis ini benar benar mengganggu. "Apa yang lo lakuin di sini?."

Agnese berdiri tegak, Lalu menggeleng. Merapatkan sedikit roknya, Lalu ikut duduk di samping Vincent, "Aku datang tidak untuk mengganggu, Kamu boleh tidur lagi."

Dengan memijit keningnya, Vincent menghela nafas sembari menatap Gadis itu lelah. "Lo di sini mengganggu, Apa lo bisa pergi?. Gue butuh waktu tenang."

"Aku sudah bilang Bukan?. Aku tidak akan menganggu. Kamu bisa lanjut tidur. Aku hanya akan duduk diam, aku berjanji." Ujarnya dengan wajah serius menatap Vincent sembari memperlihatkan jari kelingkingnya ke arah Vincent.

"Gue nggak butuh, Kalau lo nggak mau pergi, Biar Gue yang pergi." Mencoba untuk bangkit pergi, tetapi lengannya di tahan Oleh Agnese.

"Mau kemana?. Kalau kamu nggak mau tidur, Apa sekarang kita bisa berkenalan?."

Vincent menghela nafas, setelah penolakan yang ia berikan tadi, Apa wajar kalau gadis ini masih mendekat ke arahnya?. Apa dia tidak memiliki Harga diri sama sekali?. Lagipula, Kenapa prosesnya bisa tertukar?. Bukankah seharusnya mereka berkenalan dulu?. Tapi kenapa gadis itu langsung menembaknya padahal mereka hanya orang asing. Sungguh, Gadis yang aneh.

"Apa setelah itu lo bisa pergi?."

Gadis itu menggeleng. Yang membuat Vincent menghela nafas. "Kalau gitu lupakan, Biar gue yang pergi." Ujar Vincent lagi Dan mencoba untuk bangkit kembali.

"eh eh, tunggu Tunggu." Lagi lagi pergelangan tangannya di tahan yang membuat Vincent melirik tangan gadis itu tajam. Agnese yang melihat tatapan Vincent dengan perlahan mulai melepaskan pegangan tangannya."Baiklah.."Lanjutnya.

Vincent menghela nafas Menatap Gadis itu tanpa ekspresi, Dia ingin semua ini cepat berakhir. Jadi setelah ini tolonglah cepat pergi. "Skyler Vincent." Singkatnya

Agnese tersenyum manis sampai sampai membentuk bulan sabit pada lengkungan matanya, menatap Vincent lekat dengan merebahkan Kepalanya pada lututnya yang di tekuk. "Azkadina Agnese."



TBC


REWRITEWhere stories live. Discover now