23. HANYA AIR

6 4 0
                                    

Sekarang, Vincent sedang berdiri di halte bus menunggu Hujan Reda, melihat ke langit Gelap yang masih belum ada tanda untuk menghentikan Air matanya, Sudah berapa lama ia berdiri di sini?. Melirik Arloji di pergelangan tangannya lalu kemudian menghela nafas, cukup lama.

Tingg!

"vin, Lagi dimana?. Hujan nya deres banget. dimanapun kamu berada, hati hati ya ^^.  Kalau bisa tetap di rumah, oke?."

Pesan yang tiba tiba masuk yang pastinya sudah Vincent tahu siapa pengirimnya, Karena dimana situasi dengan Hujan yang turun ataupun langit yang mendung, Agnese tidak akan berhenti untuk tidak mengiriminya pesan semenjak pertama kali Gadis itu mengejarnya.

Apa yang sekarang ada di benak Gadis itu?. Ini tidak seperti gempa Bumi atau Tsunami yang harus membuatnya di perhatikan seperti ini. bahkan memintanya untuk tetap di rumah, Vincent menghela nafas, Padahal Ini Hanya Air yang turun.

Tanpa membalas, Vincent mulai Memasukkan kembali handphone di sakunya, lalu kembali melihat ke jalan. Jika di pikir pikir, kapan di mulainya ia mengetahui tentang Orientasi seksualnya?.  

Di kehidupan dimana kaum LGBT menjadi Orientasi seksual Yang sangat menjijikkan, Vincent tidak bisa membantah tentang itu, Bagaimana dirinya yang termasuk kedalam kaum itu menjadi benci kepada dirinya sendiri.

Kenapa dia tidak bisa menjalani hidup normal seperti orang orang?. Sejak kecil, dirinya yang selalu di tinggalkan, Tidak tahu apa yang berbeda dari Nya sehingga orang orang mengabaikannya, lalu kemudian..

Vincent terdiam, Mungkin dari situlah dia memahami tentang emosi ini. Emosi yang menjerumuskannya sampai berada di titik ini. sejak itu, Dia yang selalu memikirkan tentang pendapat orang lain tentangnya, Selalu takut tentang Orang orang yang akan tersinggung dengan perkataan dan perbuatannya, Mulai Belajar mengabaikan semua itu.

Sehingga akhirnya membentuknya Menjadi Pribadi yang sekarang, Tidak memaksa orang orang untuk berada di dekatnya, Menjadi Pria yang mengabaikan semua omongan orang tentangnya, mengatakan Apa yang seharusnya ia katakan, Diam ketika dia hanya diam.Dia benar benar berhenti memikirkan orang lain selain dirinya.

Bahkan dirinya yang awalnya tidak tahu tentang dirinya yang Gay menjadi tahu Karena sifatnya itu.

Ironis bukan?. Dia ingin menerima dirinya sendiri dengan segala kekurangannya, Tetapi di sisi lain dia juga membenci dirinya.

"Ah.." Vincent tersentak, ketika dia yang tadinya mengulurkan tangannya membiarkan hujan Untuk membasahi telapak tangannya, Seketika terdiam ketika Hujan tidak lagi melakukannya.

Mendongakkan kepalanya, melihat langit malam yang masih gelap. Tidak terpengaruh dengan bagaimanapun Hujan yang Tiba Tiba datang dan Berhenti Mengacaukan Struktur dirinya, Dia masih bertahan dengan dirinya yang segelap itu. 

Apa yang baru saja Dirinya fikirkan?. Menghela nafas. Vincent mulai berjalan Turun dari halte bus, menuju motor modifikasinya.

Mengenakan Helm Hitamnya. Di gelapnya malam dengan Hujan Rintik kecil yang mengganggunya, Vincent tetap menembus jalan gelap Itu dengan suasana hati yang masih kacau Oleh dirinya sendiri. Hingga terpikir bahwa terkadang Dia ingin menjadi Langit malam.

Untuk Beberapa saat kemudian, Rumah yang tampak Sepi dari luar langsung menyambutnya, Membuka Gerbang yang menjulang tinggi, mendorong motornya tanpa menghidupkan mesinnya, Vincent selalu melakukannya ketika ia pulang di jam segini, padahal jam masih menunjukkan pukul 09.30 Malam.

Ketika sampai Di bagasi, Vincent berhenti dan mulai mengunci motornya, Ketika beberapa saat kemudian, Seorang gadis kecil yang datang dengan memeluk Boneka Beruang kecil sembari mengucek ngucek matanya perlahan mendekatinya dari Pintu yang yang bisa tembus ke dalam rumah.

REWRITEWhere stories live. Discover now