24. Lexana Demones de Lynx

11.8K 1.7K 125
                                    

Familyship & brothership

.

Satu bulan setelah sadarnya Alynx, semua berjalan seperti biasanya. Anak-anaknya juga sudah berkativitas seperti biasa, beda lagi dengan Acrux. Anak itu tak pernah terlihat sejak kejadian waktu itu.

Sebenarnya Alynx yang asli tahu kalau ia tangah menjadi target anaknya sendiri. Tapi jauh dilubuk hatinya, ia percaya kalau Acrux tak akan berani membunuhnya. Entahlah, itu insting seorang ayah.

Lagi pula Acrux juga disibukkan dengan urusan kantor dan bolak-balik ke luar kota atau negeri, sedangkan di lantai dua sendiri banyak terdapat alat-alat canggih yang sama sekali tak terlihat dimana letaknya. Alat itu akan mendeteksi jika ada orang yang membawa senjata tajam atau senjata api mendekat ke kamar Alynx. Terlebih lagi Cedric biasanya akan berpatroli ke lantai dua, dua puluh menit sekali saat malam hari.

Saat ini menunujukkan pukul delapan malam, tadi juga Alynx belum masuk ke kantor karena masih dalam pemulihan kata Jex. Padahal Alynx sendiri sudah merasa baik-baik saja walau terkadang sedikit ngilu pada bagian-bagian yang terdapat luka dan bekas jahitan.

Alynx menyesap teh nya di ruang kerja dengan pandangan datar. Ia membuka laci kecil pada meja kerjanya. Tangannya mengambil sebuah batu dengan warna hitam berbentuk runcing, obsidian. Alynx melemparkan batu itu pada papan dart yang tertempel di dinding dekat pintu. Matanya berkilat tajam menatap batu obsidian yang tertancap pada papan dart.

"Cedric segera ke ruanganku," ucap Alynx saat panggilan telponnya sudah tersambung dengan Cedric.

Tok
Tok
Tok

"Siapa?"

"Cedric Tuan,"

"Masuklah," ucap Alynx mempersilahkan Cedric masuk ke ruangannya.

"Tuan memerlukan bantuan?" Tanya Cedric menatap Alynx yang tengah bersandar pada kursi kerjanya sambil memandangi batu obsidian di tangannya. Batu yang digadang-gadang paling tajam di dunia.

Alynx menatap Cedric datar, "Aku kan pergi sebentar ke luar. Jangan ikuti aku."

"Tapi Anda masih belum sembuh total," ucap Cedric dengan raut wajah yang khawatir.

"Turuti," Alynx berbicara dengan nada datar. Cedric sedikit tersentak akan hal itu, sudah lama sekali Alynx tidak pernah seserius seperti ini. Apa yang tengah terjadi.

Cedric meletakkan tangan kanannya pada dada kirinya sambil membungkuk, "Yes, my lord."

"Saatnya menemui pak tua itu," gumam Alynx lalu pergi tanpa mengucapkan apa pun pada Cedric.

.

Alynx mengendarai mobilnya dengan santai menuju mansion utama Lynx. Sesuai informasi yang telah ia dapat, hari ini Lexana tak berada di markas karena ia ingin bersantai di rumah. Pak tua memang.

Ponselnya bergetar menandakan ada pesan masuk dari seseorang. Alynx mengambil ponselnya lalu membaca pesan itu. Alynx menyunggingkan seringainya dan segera melajukan mobilnya lebih cepat.

Mobil Alynx masuk ke kawasan mansion utama Lynx dengan aman. Gerbang terbuka otomatis saat selesai menscan plat nomor dan wajah Alynx.

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang