14. Pantai

13.7K 1.9K 94
                                    

Familyship & brothership

.

Jari telunjuk Alynx mengetuk-ngetuk meja di ruangan kerjanya. Saat ini ia berada di ruang kerja rumahnya, ia tak tahu lagi harus kemana untuk mencari suatu hal agar tidak mati kebosanan. Terlebih otaknya sedang ribut memandangi sebuah berkas yang ia minta dari informan kepercayaannya.

SMA Andromaeda

Susunan inti OSIS

Ketua : William James
Wakil ketua : Felicia Venelope
Sekretaris 1 : Arganta Pramudya
Sekretaris 2 : Serlina Andyan
Bendahara 1 :  Melisa Anggraini
Bendahara 2 : Meida Anjani

Pembina : Saka Daneswara

'Kok bisa?!'

Ya, susunan dan pembina OSIS SMA nya sangat berbeda. Dia tak tahu nama-nama itu, kenapa bisa?!

Saat Altair memasuki raga Alynx itu adalah tanggal 10 tahun 20xx tepat dihari ia berada di ruang OSIS mengerjakan tugas untuk mengecek persiapan P5 yang akan diselenggarakan tanggal 19 nanti. Berarti waktu yang berjalan masih sama dengan di sini. Tapi kenapa tidak ada nama dirinya? Meski pun jika dirinya sudah mati di sana wakilnya akan menggantikan posisinya, terlebih juga untuk posisi lain, harusnya nama teman-temannya akan terpampang jelas di informasi itu tapi ini beda lagi, sebenarnya ada apa?!

Alynx memandangi kertas itu dengan lekat, ia tak habis pikir dengan semua ini, "Gak mungkin mereka merombak habis-habisan bukan? Tapi anak OSIS gak ada yang namanya William dan kawan-kawannya ini perasaan. Orang gue hapal semua anggota OSIS, bahkan PMR pun gue hapal," ucapnya penuh dengan kebingungan.

Alynx menghela napas, ia lelah, sungguh lelah. Kepalanya ia telungkupkan di atas meja, "Ayolah otak berpikirlah, gue udah ganti informan sebanyak tiga tapi jawabannya tetap sama."

Alynx mengubah posisi kepalanya menatap gelas yang berisi air putih, "Wahai gelas minum, beri aku petunjuk," ucapnya dengan jari telunjuknya yang membuat pola abstrak pada gelas itu.

"Lo percaya dunia paralel gak?"

Sontak suara Alkana seolah terlintas di pikirannya. Alynx langsung melototkan matanya.

"Jangan bilang ini dunia paralel?!" Teriaknya. Untung ruangan ini kedap suara, kalau tidak sudah dipastikan Cedric akan datang dengan tergopoh-gopoh.

Alynx masih mencerna semua ini, "The hell! Bertransmigrasi ke tubuh om-om duda di dunia paralel lagi. Tuhan, salah Altair apa coba?" Tanyanya dengan nada putus asa di akhir. Hey, siapa yang tak terlihat putus asa jika kemungkinan besar tak bisa kembali menatap sang ibu. Bagi Altair, ibunya adalah segalanya.

"Otak gue panas, gue butuh sesuatu," gumamnya lirih lalu pergi dari ruangan kerjanya itu.

.

Alynx naik ke lantai tiga, mengendap-ngendap bak maling yang ingin mencuri sesuatu, ayolah ini rumahnya sendiri bukan? Kenapa harus begitu coba.

"Pst, Auriga," ucap Alynx ketika berada di depan kamar Auriga yang tak sepenuhnya tertutup.

Auriga yang merasa dipanggil langsung menoleh ke arah pintu, "Ayah?" Tanya Auriga ragu.

Alynx menegakkan tubuhnya lalu masuk ke kamar anak bungsunya itu, "Kau tak suntuk belajar terus? Besokkan masih hari minggu."

Auriga tersenyum tipis lalu menggelengkan kepalanya, "Tidak, memang ada apa ayah?"

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang