Tiga Puluh Dua: Kiss Again?

120 13 5
                                    

Pertemuan dengan Sena memberikan angin segar buat Radika. Meski di pipinya memar akibat pukulan Radika anggap itu sepadan karena apa? Ya, karena sekarang Magenta sedang mengobati memar pada pipinya dengan salep. Tak lupa Magenta mengomel bertingkah seperti pacar yang baik meski mereka belum pacaran.

Tak segan, Magenta menghubungi adiknya dan tentu saja marah-marah karena membuat Radika terluka.

"Udah Ge, gue gak apa-apa."

"Jangan terluka, trauma aku liat kamu babak belur," ucap Magenta.

"Iya. Lagian ini, kan cuma luka kecil aja."

"Jangan iya, iya aja. Aku gak bisa jagain kamu kaya dulu lagi, Ka. Mulai sekarang kamu harus bisa jaga diri dengan baik. Kalau perlu belajar bela diri biar bisa lawan orang yang berniat jahat sama kamu."

Magenta keluar ruangannya sejenak, lalu minta salah satu karyawannya buat bikinin sesuatu untuk Radika. Benar, mereka sekarang ada di tempat Magenta. Radika dengan percaya diri datang berkunjung padahal kedai lagi sibuk-sibuknya dan dia tak peduli.

Sayangnya, semangatnya luntur seperti kotoran kena air detergent saat Magenta bilang gak bisa jagain dia lagi. Radika diam dan termenung meratapi nasibnya sendiri, apa benar Gege udah gak mau lagi sama Radika? Apa benar perempuan cantik waktu itu ceweknya Gege? Sekelumit pertanyaan terus berputar di kepalanya.

"Ini habiskan dulu, abis itu pulang. Aku sibuk sekalian mau packing buat persiapan pindahan besok."

Mangkuk berisi buah-buahan, Ogura serta eskrim Matcha itu tidak terlihat menggugah lagi saat dengar Magenta mau pindahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mangkuk berisi buah-buahan, Ogura serta eskrim Matcha itu tidak terlihat menggugah lagi saat dengar Magenta mau pindahan. Dia sudah terlalu percaya diri bahwa dirinya spesial. Nyatanya Magenta bersikap seolah dirinya tak lagi spesial.

"Kenapa diam, hmm? Ayo makan, habiskan dulu," ucap Magenta, dia juga menyodorkan sekotak tisu dan air putih.

"Ge," rengek Radika.

"Hmm."

"Jangan marah terus." Bibirnya mengerucut, matanya berkedip menggemaskan. Magenta menatapnya terlihat gemas, tetapi dia mampu menguasai diri dengan baik.

"Aku harus kerja, Ka. Tempat ini bukan milikku, aku bukan bosnya, jadi ya harus punya tanggung jawab buat bekerja sesuai kesepakatan yang tertulis di kontrak. Sebenarnya buat nerima tamu pun gak boleh pada jam kerja. Tapi karena kamu gak tau jadi gak apa-apa, tapi abis ini pulang, ya. Trus besok kalau mau datang hubungi dulu."

Asing, ya? Radika membeku, dia tak suka saat Magenta mendorongnya untuk menjauh.

"Trus Lo bilang mau pindah, pindah ke mana?"

"Yuki udah beli rumah buat aku tempati, katanya tempat ini gak layak dan gak sehat buat aku tinggali dalam jangka panjang. Nanti aku share lokasi rumahnya ya, Ka. Dekat, kok, dekat kampusnya Kas."

"Yuki?" Dia lagi, ada rasa cemburu yang lebih besar dibandingkan saat melihat Gege dan Sherina. Bagi Radika ancaman terbesarnya adalah Yuki.

"Iya Yuki."

Uncrush [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang