XI. Titik Terang Di Kabut Gelap [2/2]

Start from the beginning
                                    

Segala anggota gerak yang terbebas lekas Kuang Yue tekuk rapat-rapat. Dia bagai meringkuk di udara, menciptakan tabir pelindung yang melahap pisau udara yang dilemparkan Shiina. Lalu ia gerakkan kedua lengannya, mengembalikan pisau-pisau udara tersebut.

Serangan balik tersebut nyaris saja tepat sasaran jika Harenian itu tidak melakukan tendangan kupu-kupu. Namun, ia tak cukup cepat menghindari Kuang Yue yang mendarat persis di sampingnya.

Selagi membeku di tempat, bau anyir menyeruak ke indra penciuman, pula ia rasakan tetes demi tetes kental mengalir dari pipi Shiina. Empunya mendecih sebelum ia mundur dan melangsungkan pukulan jarak dekat.

Tinju melawan bela diri tradisional kelas angin menciptakan bersit-bersit angin yang saling menyakiti satu sama lain. Lama pertarungan jarak dekat itu berlangsung, hingga berakhir kembali memperluas jarak dan kembali beradu.

Terus seperti ini agaknya cukup menguntungkan. Kuang Yue sekali lagi menggumam dalam hati selagi ia menganalisa serang-menyerang. Dia tampaknya mulai kelelahan.

Sempat matanya yang besar melirik Ravn yang masih tak sadarkan diri, diam-diam berterima kasih kepada si pria muda, sebab berani melawan salah satu Serangkaian Api ini. Dipikir-pikir ia juga harus cepat menuntaskan pertarungan untuk mengobatinya nanti.

Lewat ujung mata, ia mengawasi perlawanan Wei Liwei. Jelas penyelesaian di sana jauh dari kata usai.

Dengan elemen bayangan, Apollya menciptakan pedang. Gesit sekali ia menangkis setiap pukulan dari tongkat Wei Liwei sambil tertawa-tawa bagai orang tak waras.

"Tidak kusangka kau mampu menghiburku, Pak Tua!" katanya. "Padahal umur sudah sedemikian uzur."

Serentak keduanya mengacung masing-masing senjata, tetapi mereka sekaligus menghindar dengan berdiri menyamping dari Aora yang dikeluarkan dari ujung tiap senjata.

"Kemampuan yang mengesankan." Kini Apollya berkomentar pula. "Aku tidak sabar mencicipimu."

Wei Liwei terhibur atas kata-katanya. "Aku tidak yakin kalau sosok yang uzur ini bisa mengenyangkanmu."

Lantas bersamaan dengan balasan itu, elemen angin yang dikendalikannya berbelok hingga membentur pelipis sosok gadis. Peminjamnya bahkan tersentak tak menyadari serangan kejutan itu kala Wei Liwei menyampaikan lanjutan, "Namun, tidak akan pernah kubiarkan kau melakukannya dengan tubuh muridku."

Musuhnya terhuyung, tak peduli terhadap pita rambut yang terlepas pada akhirnya usai pertarungan berselang. Meski tak terlihat luka di sekujur tubuh maupun pelipis, ia terlihat berantakan dengan rambut panjang tergerai.

"Perlakuan dan perkataanmu sungguh tak selaras, ya." Sosok itu menelengkan kepala.

Konon ia tak acuh helai demi helai rambut yang menghalangi pandangan. Senyumnya bahkan masih menempel di wajah sampai ia kembali menyerang Wei Liwei, yang jelas disambut dengan tangkisan yang bertahan.

"Kau khawatir, tetapi kau baru saja memukulnya."

Pukulan sepasang senjata yang tercipta dari dua elemen berbeda ikut meramaikan senyapnya hutan. Kala itu Kuang Yue mulai memancing Shiina mendekati Ravn, membopong pria muda tersebut sebelum melanjutkan pertarungan. Langkah ini sudah pasti menjadi kelemahan baginya, tetapi ia yakin sekali keputusannya sudah tepat.

Sembari mewanti setiap pergerakan Wei Liwei, ia terus mengulur waktu bersama Shiina. Kini ia lebih banyak menghindar dan menciptakan tabir pelindung.

Sementara pertarungan jarak dekat masih berlangsung, setiap elemen dan angin saling menyambar. Ada masa si gadis terpojok, dia memilih menjauh dan menyemburkan ombak bayangan yang begitu tajam.

SeeressWhere stories live. Discover now