Bab 3 (Hari pertama menjadi bidadari)

17 2 2
                                    

Istana yang cukup megah dengan interior diluar nalar. Patung patung indah dari dewa dewi berukuran raksasa menjadi tiang pilar istana tersebut. Rajapatni memgikuti para bidadari lainnya agar tidak tertinggal.
"Kita harus memberi salam terlebih dahulu kepada raja dan ratu wiyata", ucap bidadari ungu.
Rajapatni mengikuti dengan tenang.
Mereka sampai di sebuah pintu dengan anak tangga yang cukup banyak. Mungkin akan memakan waktu yang lumayan lama untuk menaikinya satu persatu. Tapi karena mereka adalah bidadari yang bisa terbang, mereka tidak perlu merasakan kesulitan menaiki tangga.
"Tangga yang sia-sia", gumam Rajapatni.
"Kamu mengatakan itu lagi dewi rajapatni padahal kita semua tahu tujuan tangga itu diciptakan", kata Bidadari ungu.
"Untuk apa jika tidak ada yang menggunakan?", tanya Rajapatni penasaran.
"Kamu sungguh lucu bertanya akan hal itu. Kita harus memberi salam kepada raja dan ratu khayangan. Sebagai anak tertua kamu yang akan memimpin dahulu", kata bidadari ungu.
"Apa aku yang harus memulainya terlebih dahulu?", tanya Rajapatni.
"Tentu saja. Biasanya kamu akan murka jika ada yang menyerobot urutanmu karena dianggap sebagai tidak menghargai dirimu", kata bidadari ungu.

'Sepertinya karakter Rajapatni merupakan karakter kuat yang disegani. Aku yakin itu adalah berkat usaha nya. Persaingan nya pasti cukup sulit apalagi berhubungan dengan kekuatan pikiran. Aku saja bingung bagaimana cara mereka belajar dan berlatih. Sekarang apa yang sebaiknya aku katakan dihadapan raja dan ratu. Aku tidak punya pengalaman seperti ini sebelumnya. Apakah seperti memberikan salam saaj zaman kerajaan barat. Apakah jika aku salah bicara aku ajan dihukum atau dibunuh. Jika aku dibunuh maka akuvakan kembali.. ke dunia itu lagi.. aku tidak mau ', pikir Rajapatni.

Bidadari berwarna ungu memperhatikan jeda lama dari Rajaoatni yang biasanya langsung memberikan salam. Ia segera memberika kode kepada Rajapatni segera melakukannya.

"Saya, Dewi Rajapatni, memberikan salam hormat", kata Rajapatni spontan.
Di dalam hatinya berbagai kontradiksi menyelimuti dirinya.
Bidadari ungu yang berdiri di sampingnya segera melanjutkan salam mengikuti cara Rajapatni.
"Saya, Dewi Zanitha, memberi hormat keoada raja dan ratu penguasa langit", kata bidadari ungu tersebut. Rajapatni kini mengetahui nama setiap bidadari di hadapannya.

Bidadari yang berpakaian serba warna ungu itu bernama Dewi Zanitha. Zanitha sepertinya bidadari tertua kedua setelah Rajapatni. Zanitha tampak anggun dan dewasa. Dia jugalah yang sepertinya tidak langsung memberikan petunjuk kepada Rajapatni.
Selanjutnya yang ketiga adalah bidadari berwarna merah bernama Dewi Aruna. Aruna tampak bersemangat. Menurut penikaian Rajapatni, kesan pertama yang ia lihat dari Aruna adalah perempuan tomboy.

Bidadari yang ke 4 adalah yang berwarna hijau. Dewi Inka. Sosok pendiam dan pemalu.

Bidadari ke 5 adalah bidadari yang berwarna kuning. Sosok ceria dan kekanakan. Dia memperkenalkan diri sebagai Dewi Karnika.

Bidadari ke 6 adakah bidadari yang berwarna biru. Tampak dingin dan misterius. Dia seperti sosok yang lebih menggunajan otaknya dibanding otot. Bidadari berpakaian biru tersebut memoerkenalkan diri sebagai Dewi Kaia.

Bidadari yang termuda adalah bidadari berwarna putih. Dia adalah bidadari tercantik dan paling bersinar. Sepertinya dia adalah kesayangan dari para raja dan ratu khayangan. Nama bidadari putih tersebut adalah Dewi Nila.

Usai memberi salam kepada raja dan ratu khayangan, dengan kode dari Zanitha, Rajapatni memimpin untuk undur dari pertemuan tersebut agar para budadari beristirahat.

"Dewi Rajapatni, bisa kita bicara sebentar", ucap Zanitha.
Rajapatni terhenti dan memandang Zanitha. Dalam hati Rajapatni ia cukup senang dihentikan Zanitha karena itu bisa menjadi alasannya untuk mengetahui jati dirinya di dunia ini.
"Ada apa?", tanya Rajapatni.
"Kita bicara di tempat lain", kata Zanitha.
Itu merupakan ide yang tidak buruk dibanding memicu rasa ingin tahu para bidadari lainnya.
Zanitha membawa Rajapatni ke sebuah taman yang terlihat mirip dengan taman di pintu masuk.
"Sebelumnya, panggil saja aku dengan namaku. Rajapatni. Menyertakan dewi sepertinya terlalu panjang", ucap Rajapatni.
Zanitha tampak terkejut tapi akhirnya ia memilih untuk setuju.
"Rajapatni, aku merasa ada sedikit hal aneh pada dirimu. Aku bukan bermaksud menghinamu. Namun aku hanya khawatir layaknya seorang saudari", ucap Zanitha.
"Hal aneh apa maksudmu?", tanya Rajapatni.
"Rajapatni yang biasanya itu sangat.. tangguh.. ", ucap Zanitha ragu.

Rajapatni menangkap maksud dari perkataan Zanitha. Rupanya sifat sejati Rajapatni adalah seorang penindas.

"Sejujurnya ada sedikit bagian dari ingatanku yang agak kacau secara tiba tiba. Aku tidak tahu alasannya aku tidak ingat sama sekali Zanitha", kata Rajapatni berusaha mencari alasan.

Lagi lagi Zanitha tampak terkejut. Namun sepertinya ia memiliki petunjuk yang bisa dijadikan alasan.
"Sudah kuduga. Jangan jangan itu adalah efek samping dari pertarunganmu kemarin. Setelah pertarungan itu kamu tampak selalu melamun sendiri. Makanya kami bermaksud untuk menghiburmu ke danau bunga manusia", ucap Zanitha.

'Kalian ingin menghibur si Rajapatni, namun yang terjadi bukankah kalian malah asik bersenang senang sendiri', kata Rajapatni dalam hatinya.

"Kamu benar benar tidak ingat? Tapi kulihat kamu masih bisa menggunakan kekuatanmu", tanya Zanitha.
Rajapatni mengangguk.
"Bisa kamu ceritakan padaku dengan singkat apa yang telah kulupakan?", tanya Rajapatni.
Zanitha menghela nafas panjang.
"Ini akan memakan waktu lama. Aku ajan membimbingmu sementara", jawab Zanitha.
"Tidak. Maksudku cukup kamu ceritakan saja tentangku sebelumnya", kata Rajapatni.
"Kurasa lebih baik kamu tidak menjadi dirimu seperti masa lalu. Anggaplah ini adalah kesempatanmu untuk berubah. Aku akan membantumu. Jangan khawatir", kata Zanitha dengan senyum cantiknya.
'Apakah dia bilang untuk aku tidak perlu tahu tentang karakter asliku. Ini sudah jelas, Rajapatni si kuat yang suka membuli', kata hati Rajapatni.
"Jangan bilang kamu juga tidak ingat dimana letak ruanganmu?", tanya Zanitha.
Rajapatni tersenyum polos.
"Baiklah akan kutunjukan. Sekalian aku akan menjelaskan informasi dasar yang mungkin kamu lupakan", kata Zanitha.
"Terimakasih", ucap Rajapatni.
Zanitha terkejut mendengar ucapan Rajapatni kemudian tersenyum.

Berdasarkan penjelasan singkat Zanitha, mereka adalah mahluk apsara yang tinggal di kerajaan khayangan. Tentu saja ada beberapa tingkatan kedudukan. Mereka bertujuh merupakan apsara dari keturunan langsung ratu khayangan, Ratu Wiyata, sebelum menjadi Ratu Wiyata dia memiliki nama yang dirahasiakan. Sedangkan Raja khayangan, Raja Wiyata, ialah sosok sakti mandraguna yang berasal dari alam manusia yang ilmunya hampur sempurna lewat pertapaan, dikenal dengan Raja Mirja.
Dengan kata lain ia dan ketujuh saudarinya bukanlah keturunan murni melainkan campuran. Rajapatni tidak bisa membayangkan sekuat apa Raja Mirja yang seorang manusia bisa menjadi raja khayangan.

'Mulai dari sekarang, Zanitha akan terus bersamaku untuk membimbingku menjadi seorang apsara. Ia berkata untuk merahasiakan ingatanku yang hilang agar tidak mengusik posisiku. Ternyata perebutan kekuasaan pun masih marak terjadi di antara oara bidadari. Padahal mereka tampak sangat harmonis dan damai', kata Rajapatni dalam pikirannya.

Rajapatni memandang kamar luas yang tidak lain adalah kamarnya setelah ditunjukan oleh Zanitha.
"Jika aku adalah apsara atau bidadari, kemudian raja yang berasal dari manusia, kira kira seperti apa dunia manusia yang saat ini sedang berjalan. Aku cukup penasaran", ucap Rajapatni di sebuah cermin yang memantulkan sosok cantik.
Ia tersenyum mengagumi kecantikannya.
"Ah pantas saja. Ekspresi yang dikeluarkan adalah ekspresi seorang antagonis. Tersenyum pun masih terkesan jahat. Aku duga pun wajah ini juga terlihat jahat. Meskipun cantik. Seperti mawar berduri", ucap Rajapatni.

Selendang BidadariTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon