Bab 10 (ketahuan)

7 2 2
                                    

Sebulan berlalu. Rajapatni cukup terbiasa dengan kehidupannya sebagai manusia santai. Walaupun ada hal yang disayangkan. Beberapa kali untuk mencoba untuk menikmati makanan dan minuman yang ada namun itu tidak memuaskannya sama sekali. Terasa aneh ketika itu memasuki kerongkongan mulutnya. Rasanya benar benar membuatnya muntah, padahal ia tahu itu adalah makanan lezat. Namun semua makanan dan minuman itu terasa seperti aneh dan asing.

"Selamat pagi, nona. Apakah anda akan berkeliling desa lagi", sapa penjaga penginapan.
Rajapatni tersenyum.
"Sepertinya aku sudah puas di desa ini dan akan segera melanjutkan perjalanan", jawab Rajapatni.
"Kalau begitu adakah yang bisa saya bantu? Anda adalah tamu royal kami selama 1 bulan ini. Anggap saja ini adalah layanan spesial dari kami", kata penjaga penginapan.
"Tidak apa apa. Terahkir kamu sudah membantuku untuk menyiapkan segalanya", jawab Rajapatni.

Sebelumnya, Rajapatni meminta bantuan untuk dikenalkan kepada penjual kereta kuda. Rajapatni memutuskan untuk berkelana menggunakan kereta kuda demi kenyamanan.
"Apakah anda yakin akan mengendarai kereta kuda sendirian, nona? Saya kuramg menyarankan hal tersebut" kata penjaga penginapan.
"Aku akan baik baik saja. Jika aku kembali ke desa Rahara, aku akan menginap disini", kata Rajapatni.
"Terimakasih".
Tidak lama seseorang datang dengan membawa kereta kuda sederhana berhenti di depan penginapan.
"Sepertinya kereta kuda pesananku sudah tiba. Aku harus segera memeriksanya sebelum berangkat", kata Rajapatni.
Orang yang duduk sebagai kusir segera turun menemui Rajapatni.
Dengan seksama Rajapatni mengeceknya dan memeriksa perlengkapan kereta. Itu adalah kereta kuda tertutup dengan perlengkapan tidur yang nyaman di dalamnya.
"Walaupun ini tidak seperti yanng kubayangkan tapi tidak masalah. Ini bayaranmu", kata Rajapatni.
Wajah kusir tampak cerah menerima sekantong uang dari Rajapatni.
"Apakah anda yakin berangkat sendiri. Sepertinya anda butuh kusir untuk mengendalikan kereta kuda", kata kusir tersebut.
Rajapatni datang menghampiri kuda kuda dan menyentuh mereka. Kemudiam ia menaik tempat duduk kusir yang terhubung masuk kedalam badan kereta.
"Tidak perlu", ucap Rajapatni menghentak tali pengikat kuda.
Kereta berjalan perlahan.

Salah satu keahlian apsari adalah berkomunikasi dengan mahluk hidup.
Rajapatni memerintahkan kuda untuk berjalan menuju ibukota kerajaan.
Rajapatni mendengar, putri tidur sudah terbangun.
'Kira kira siapa yang sudah membangunkannya? Apakah dugaanku benar', batin Rajapatni sambil membaca beberapa gulungan yang ia bawa dari desa. Itu adalah bentuk buku dari masa tersebut. Gulungan yang Rajapatni baca hanyalah cerita fiksi seperti novel yang tidak pernah srmpat ia baca sebelumnya.

Kereta kuda Rajapatni memasuki hutan. Hari mulai malam.
Suara siulan menyadarkan Rajapatni. Ia bisa membedakan suara burung dan manusia.
"Sialan, apakah itu bandit", gumam Rajapatni.
Rajapatni berfikir keras bagaimana cara menghadapinya. Kekuatannya mulai menurun beriringan dengan terbenamnya matahari. Ditambah, melukai manusia adalah salah satu dosa besar bagi apsari.
Anak panah mengagetkan kuda yang menarik kereta Rajapatni.
Segerombolan pria mengepung kereta kudanya.
Rajapatni menggemggam erat gulungannya.
Dalam pikirannya, ia harus kabur.
Dengan tenang Rajapatni memperhatikan keadaan dari dalam kereta.
Suara tawa mengejek para bandit mulai mendekat.
'Ada 5 tidak 6 orang. Jika aku melawannya dengan kekuatan sihirku, itu akan ada karma yang kuterima karena menyakiti manusia. Tapi jika dengan beladiri tangan kosong, aku ragu bisa mengalahkan mereka', pikir Rajapatni.
Jleb.. jleb.. jleb..
Suara sesuatu terpotong. Seperti suara tukang potong yang sedang memotong daging.
Bau anyir memasuki indra penciuman Rajapatni. Hawa dingin menyelinap ke dalam kereta. Kuda kuda meringkih ketakutan.

'Ini lebih buruk dari bandit',batin Rajapatni.
Dengan ragu, Rajapatni mencoba menyibak kain yang menutup jendela.
Sesosok pria berambut hitam gelap panjang sebahu dan acak acakan sedang berdiri di dekat kereta kudanya. Badannya tinggi tegap dan ototnya seperti hiasan ukiran. Wajahnya tak terlihat jelas karena tertutup darah para bandit memyisakan kedua mata merahnya menatap tajam ke arah Rajapatni.
Rajapatni terkejut dan spontan menjauh dari jendela.
'Gawat aku harus pergi. Dia sepertinya dari golongan Yaksa tingkat tinggi. Lihat para bandit yang terbunuh dengan kejam', pikir Rajapatni.
Rajapatni segera berlari ke arah pintu belakang kereta kuda untuk melakukan sihir kecepatan anginnya dengan sisa kekuatannya. Namun yaksa tersebut secepat kilat menghampiri arah Rajapatni.
Yaksa tersebut tersenyum dan memperlihatkan gigi taringnya yang tajam.
'Ini gawat. Benar benar gawat. Aku harus kabur', Rajapatni memucat.

Dengan cepat Rajapatni mengubah arah dan segera melompat.
Kaki kirinya tertangkap yaksa tersebut dan menariknya kembali masuk ke dalam kereta kuda. Rajapatni mendarat dengan empuk di tumpukan bantal yang tersusun di kereta.
"Kamu mau lari kemana", suara berat terdengar dari yaksa tersebut.
Rajapatni segera menenangkan diri untuk mencari cara rute pelarian berikutnya.
Yaksa itu mulai perlahan memasuki kereta kuda. Tangan yang tampak tangan manusia laki laki memegang sisi kain penutup pintu. Yaksa yang berwujud manusia segera memasuki kereta kuda. Mata merah yang menatap tajam dengan kedua taringnya, mengingatkan ajan sosok vampire. Hanya saja vampire biasanya berpakaian tuxedo lengkap, yaksa tersebut menggunakan seutas kain yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Otot perut, lengan, dan kakinya terekspos dengan jelas. Jika saja tidak ada mata merah, gigi taring, rambut gondrong, dan cipratan darah yang membasahi sebagian tubuhnya itu akan tampak sebagai mahakarya Tuhan yang indah.
Dengan sekuat tenaga Rajapatni mencoba keluar melompat lagi.
Yaksa tersebut ikut melompat untuk menangkap Rajapatni.
Rajapatni tersenyum penuh arti dan perlahan melebur menjadi kepingan bunga berwarna hitam.
Ekspresi kaget dan jengkel tampak terlihat di wajah yaksa tersebut yang penuh darah.
Itu adalah elemen kedua Rajapatni yang jarang dimiliki apsari lainnya, kehampaan.

***

Bruukk..
Rajapatni terlempar ke tempat random yang pernah ia kunjungi. Elemen kehampaan membuatnya untuk bisa teleport dan melebur bersama angin yang merupakan elemen pertamanya.
Rajapatni terbaring di pinggir danau tempat ia pertama kali datang.
Dalam batinnya ia mengutuk kehadiran Yaksa tersebut. Ia kembali ke titik awal perjalanan. Tubuhnya sangat lelah dan hampir hancur karena memaksakan menggunakan kekuatan di luar batas waktu. Sambil berbaring ia menatap langit malam yang terlihat. Tubuhnya benar benar sulit di gerakan. Ia menutup matanya untuk beristirahat sejenak.

Suara bising membangunkan Rajapatni. Ia membuka mata tampak hari sudah pagi.
"Kamu sudah bangun", suara nenek tua dengan samar terdengar. Sosok perempuan tua dengan rambut putih tersanggul membawakan segelas air.
Rajapatni tersrntak dan bangun untuk mengamati keadaan sekitarnya. Ia memperkirakan berada di dalam sebuah gubuk sederhana. Segera ia bangun untuk mengamati situasi.
"Dimana ini?", tanya Rajapatni.
"Cucuku menemukanmu di pinggir danau di tengah hutan terlarang dan membawamu pulang", ucap nenek tua tersebut.
"Terimakasih", kata Rajapatni singkat dan bangkit berdiri.
"Bagaimana keadaanmu? Sebaiknya istirahat sebentar lagi sebelum bangun", saran nenek itu.
"Baiklah terimalah. Ini adalah imbalan untukmu dan cucumu karena menolongku", kata Rajapatni menyerahkan segenggam keping emas kepada nenek tersebut.
Nenek tersebut tersenyum sedih dan tidak mengambil uang yang diberikan Rajapatni.
"Apakah ini kurang?", tanya Rajapatni.
Nenek menggeleng.
Nenek berdiri dan menuju ke pintu.
"Jika kamu sudah lebih sehat, mari kita makan bersama. Cucuku akan segera pulang", kata nenek dengan ramah.
Rajapatni mengikuti nenek menuju sebuah balai kayu yang berada di tengah ruangan.
Sambil menunggu kedatangan cucunya nenek menceritakan dirinya. Rajapatni mengikuti dan mendengarkan sebagai bentuk kesopanannya. Namanya nyi Rondo. Dia adalah janda yang tinggal bersama cucu perempuan sematawayangnya. Nyi Rondo sangat menyayangi cucunya tersebut terlepas dari anaknya yang meninggal karena melahirkan cucu perempuannya. Sedangkan ayah dari cucunya tidak diketahui identitasnya.
"Nek, kamu tidak perlu meratapi masa lalu yang tidak bisa diubah", suara tegas perempuan memasuki ruang tengah. Badannya mungil dengan rambut hitam lurus sepanjang pinggang rampingnya.
Sementar tangan kirinya membawa tumpukan kayu bakar, dan tangan kanannya membawa 2 ekor kelinci gemuk.
"Kamu terlihat kuat dibandingkan dengan fisik yang terlihat", kata Rajapatni.
"Itukah kata katamu kepada orang yang sudah menolongmu?", kata perempuan itu mengejek.
"Tanisha, segera bersihkan dirimu dan bergabunglah. Kelinci yang kamu dapat nanti saja untuk makan malam", ucap Nyi Rondo.
Tanisha dengan enggan menuruti neneknya dan segera bergabung.

Selendang BidadariWhere stories live. Discover now