BAB 4 (Ratu Bidadari)

10 2 0
                                    

Setelah puas mengagumi sosok wajah cantik berbahaya yang ia miliki, Rajapatni melirik sebuah ranjang mewah yang berhias emas dan permata. Dari lantai sampai langit langit terlihat berkilau seoerti bintang bintang yang berkelip terlihat dari jendeka terselip dengan gumpalan awan. Kain kain yang terdaoat di kamar itu juga tampak berkilau seperti ada bubuk berlian yang ditenun bersama dengan benang pembuat kain. Semua adalah barang berharga bernilai tinggi jika itu datang ke dunianya, mungkin sama halnya jika itu juga jatuh ke dalam dunia manusia saat ini. Ia akan menjadi konglomerat dengan harta yang tidak akan habis. Ditamvah jika bunga permata yang tumbuh liar berserak di halaman bisa tumbuh subur di tanah manusia. Kekayaan tak terhingga benar benar bukan suatu hal yang mustahil.
"Lihatlah semua hiasan disini. Seakan emas dan permata hanyalah penghias yang sangat mudah ditemukan. Bahkan bunga dan rumput semua mengeluarkan permata. Aku curiga jika debu yang ada disini adalah debu permata berharga juga. Jangan jangan jika aku menangis, apakah air mataku juga akan menjadi permata", ucap Rajapatni dengan nada mengejek. Ia bersemangat untuk mencoba rasa keingintahuannya itu.
"Kusarankan untuk tidak mencoba hal tersebut, Rajapatni. Karena ketika seorang apsara menangis, air mata yang jatuh ke bumi akan berubah menjadi sebuah badai yang mengerikan. Maka dari itu, emosi adalah sesuatu yang sangat berharga dan dilarang di dunia apsara", ucap seorang wanita mengagetkan Rajapatni.
Seorang wanita yang tampak anggun dan awet muda.
"Bukankah anda adalah ratu dari para bidadari di istana ini. Seingatku, aku sudah memberikan salam kepadamu belum lama ini", kata Rajapatni sedikit waspada. Ia tidak tahu tujuansang ratu datang ke tempatnya. Ia khawatir apakah ratu menyadari perubahan sikapnya karena jujur ia tidak mengetahui Rajapatni di dunia ini ataupun pengetahuan apapun yang berasal dari dunia ini.
Ratu bidadari itu tersenyum sangat cantik. Wajahnya bersinar dan indah seperti sinar bulan yang lembut. Rajapatni yakin usia sang ratu pasti sudah cukup tua dibanding dengan penampilan muda yang seperti usia 30an awal. Bahkan seorang ibu yang memiliki 7 anak gadis usia dewasa tidak akan terlihat semuda ini di dunia manusia. Benar benar sebuah keajaiban segala sesuatu yang ada disini.

"Apakah tidak boleh jika seorang ibu mengunjungi putri nya?", kata Ratu bidadari.

'Ah benar. Bagaimanapun disini selain statusnya srbagai ratu di istana ini, ia juga adalah ibu kandung dari Rajapatni dan 6 bidadari lainnya di istana ini. Aku harus bersikap wajar agar tidak ketahuan kalau aku bukanlah Rajapatni putri tersayangnya itu', kata Rajapatni dalam pikirannya.

Rajapatni mengubah raut wajahnya. Dari ekspresi datar berubah menhadi seolah senang akan kedatangan ratu. Ia mencoba tersenyum hangat dan lembut kepada ratu layaknya seorang anak yang bertemu orangtua kandungnya.
Ini mengingatkan akan nostalgia dengan mendiang keluarganya dahulu. Suatu rasa kerinduan yang menyakitkan.

Sang ratu terkejut melihat senyum hangat Rajapatni. Seolah ini adalah sesuatu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

'Apa aku melakukan kesalahan. Mengapa reaksi ratu seperti itu', pikir Rajapatni dengan keras. Rajapatni menjadi sedikit panik dengan ekspresi yang di buat oleh ratu.

"Nak, apakah terjadi sesuatu ketika kalian mandi ke danau itu? Apakah ada sesuatu yang tidak benar? ", tanya ratu khawatir.
"Tidak ada yang spesial dan tidak terjadi apapun. Ada apa ibunda ratu bertanya seperti itu?", tanya Rajapatni berusaha sopan.
"Tidak biasanya kamu bersikap baik seperti ini. Kamu selalu membuat jarak dan terkesan dingin kepadaku. Sudah sangat lama kamu tidak tersenyum lembut kepadaku, mungkin terahkir ketika kamu masih kanak kanak. Bahkan memanggilku ibunda. Kamu biasanya memanggilku ratu dan ratu. Itu membuaku merasa nyata adanya jarak diantara kita. Dan saudari mu yang lainnya mengikutimu seolah kamu adalah panutan mereka", ucap ratu.

'Sudah kuduga wajah antagonis ini memang mencerimkan sifat dan perilaku yang sebenarnya. Apakah aku harus bersikap demikian? Tidak sulit menjadi seorang antagonis yang kejam. Aku sudah melalui sebelumnya', kata Rajapatni dalam hati nya.

"Aku minta maaf. Aku akan menanggil anda ratu. Atau sebaiknya yang mulia ratu", ucap Rajapatni.
"Tidak. Tolong hangan lakukan itu. Panggil saja ibunda jika kamu tidak keberatan", kata ratu.
"Baik ibunda", jaeab Rajapatni.
Wajah ratu tampak berseri mendengar jawaban Rajapatni.
"Ada keperluan apa ibunda datang kesini?", tanya Rajapatni.
"Bagaimana kondisimu saat ini? Setelah pertarunganmu dengannya beberapa hari lalu, kudengar dari Zanitha kondisimu semakin parah. Maka dari itu aku memberikan ijin untuk bermain ke danau itu agar kamu sedikit lebih rilex bersama saudarimu. Tidak ada sesuatu yang terjadi disana kan?", tanya ratu khawatir.
"Tidak ada", jawab Rajapatni.
"Hanya saja..", kata Rajapatni terhenti. Sebelumnya, Zanitha meminta Rajapatni untuk merahasiakan kalau dirinya telah hilang ingatan namun Rajapatni memiliki pemikiran lain saat ini. Hal ini bisa ia jadikan sebagai alasan untuk menutupi kekurangannya dan dirinya yang bukan berasal dari dunia ini. Tapi bukan berarti ia ingin kembali ke dunianya, justru ia ingin menetap karena jika kembali sudah tidak ada yang tersisa untuknya.
"Ada apa anaku. Ceritakanlah", ucap ratu.
"Sepertinya ingatan yyang aku miliki banyak yang terhapus. Namun kekuatan ku tidak hilang. Aku hanya perlu petunjuk untuk menggunakannya", kata Rajapatni.
"Sejak kapan itu terjadi?", tanya Ratu.
"Itu.. sepertinya ketika berada di danau hari ini", jawab Rajapatni.
Ekspresi ratu tidak dapat terlukiskan. Antara sedih, takut, dan merasa bersalah.
"Seharusnya aku tidak mengijinkan kalian pergi ke danau itu", ucap ratu lirih.
"Ada apa ibunda? Adakah sesuatu dengan danau itu?", tanya Rajapatni.
"Ini akan menjadi suatu cerita oanjang yang penuh penyesalan", kata ratu.
"Jika ibunda tidak ingin bercerita, aku tidak akan memaksanya", kata Rajapatni.

'Sesungguhnya aku tidak perduli tentang kisah danau itu di masa lalu. Toh cerita hilang ingatan adalah cerita bohongan yang aku buat. Anda tidak perlu memasang ekspresi seperti itu. Seakan aku adalah orang jahat. Atau mungkin aku diminta menjadi orang jahat disini. Sebuah cerita hidup tidak akan seru tanpa ada sosok antagonis di dalamnya bukan?', kata Rajapatni dalam hatinya.

Ratu menghela napas panjang seakan ia akan melepaskan sesuatu yang berat dan sulit.
"Anaku, apakah kamu tahu mengapa istana langit ketujuh ini bernama istana wiyata. Dulunya hanya ada 6 istana", kata Ratu.
Rajapatni hanya fiam tidak menjawab. Itu adalah pilihannya untuk mendengar daripada salah bicara.
"Sebelum istana wiyata ini berdiri dam aku menjadi ratu wiyata, aku adalah apsara seoerti kalian. Mungkin sudah bisa kamu prediksi. Tapi ada sebuah kisah lama yang aku pendam bersama suamiku raja wiyata dan 6 penguasa istana lainnya. Aku akan menceritakan perlahan, sebaiknya kita mencari tempat untuk duduk", kata Ratu yang kini Rajapatni tahu julukannya Ratu wiyata.

900 tahun yang lalu..

Selendang BidadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang