Chapter 24

859 33 0
                                    

Melenggang cantik wanita itu di dalam sebuah lobi perusahaan besar. Naik ke lantai atas menggunakan lift khusus para petinggi perusahaan.

Mata memandang dari setiap orang yang ia lewati. Berbisik-bisik menggunjing heran akan kehadiran wanita tersebut.

Valerie membuka sebuah ruangan, melemparkan beberapa paperbag yang di dalamnya berisikan pakaian wanita dari sebuah brand terkenal. Jatuh paperbag tersebut ke atas lantai pun membuat isi di dalamnya berhambur berserakan.

"Aku tidak membutuhkan semua ini," katanya menekankan. "Berhenti mengirimiku sampah, Demiral Hugo."

Duduk gagah menyender pada kursi di belakang meja kerja, jemarinya bergerak lincah memainkan pena, melakukan pen spinning. Tatapan tajamnya kian memicing menatap datar pada sang wanita yang berdiri marah di ambang pintu.

Valerie geram. Demiral selalu mengiriminya banyak barang-barang mewah setiap hari. Entah apa maksud pria itu melakukannya. Padahal dia tahu dengan jelas bahwa Valerie bukanlah wania yang kekurangan barang-barang mewah.

Demiral berdiri, mendorong kursi kebesarannya ke belakang lalu ia berjalan gontai mendekati valerie.

Baju, tas serta sepatu pun aksesoris wanita lainya yang Demiral berikan kepada valerie sebagai hadiah terserak sudah di atas lantai marmer yang dingin.

Ini sudah yang ketiga kali hadiah yang dikirimnya kembali. Biasanya,Valerie akan mengirimkan orang untuk mengembalikan barang-barang tersebut. Tapi sepertinya hari ini khusus dia yang mengantarkannya langsung.

Dia mengambil sepasang high heels yang terserak di atas lantai. Membawanya ke hadapan wanita itu lalu ia bersimpuh di sana.

Demiral pegang sebelah kaki Valerie. Ibu jarinya mengelus lembut bekas luka di punggung kaki yang sengaja tak Valerie hilangkan. Ia membawa kaki jenjang itu, memakaikan high heels yang dibawanya.

Valerie terdiam tanpa suara. Menunduk ia menatap intens Demiral.

Lantas pria itu mendongak, menatap mata indah yang tengah memandangnya.

“Ini cocok untukmu,” ucapnya pada Valerie.

Valerie terkekeh samar. “Untuk apa kau memberiku semua ini? Ini semua sama sekali tak berguna bagiku.”

Pria itu masih tetap bersimpuh di hadapan wanitanya. Wajahnya datar tanpa ekspresi sedikitpun. Dingin menelusup tatapan matanya.

“Kembalilah padaku.”

“Kau gila, Demiral,” timpal Valerie cepat. “Kembali padamu untuk apa? Untuk kau hancurkan kembali? Sampai mati, sampai matahari meledak pun aku tak akan kembali padamu.”

Valerie berbalik melangkah pergi dari sana. Meninggalkan Demir yang masih bersimpuh di ambang pintu. Dilihat tingkahnya oleh beberapa karyawan perusahaanya.

“Keras kepala,” gumamnya kecil.

******

Valerie memgendarai mobilnya. Cekatan ia membelokam kemudi pada tikungan, masuk ke dalam halaman mansion kediamannya.

Dia mengurut pangkal hidungnya pening. Menundukan kepala pada atas kemudi, dan mendesah kesal.

“Pria keparat tidak tahu malu!” umpatnya marah.

Pintu kaca mobilnya diketuk dari luar. Valerie langsung melihatnya dan ia temui wajah pria di luar sana.

“Louis?”

Cepat-cepat ia buka pintu mobil, dan keluar dari sana. Merentangkan tangannya berhambur ke dalam pelukan pria itu yang langsung memeluknya hangat kembali.

LustWhere stories live. Discover now