Chapter 7

1.3K 46 0
                                    

Berdiri membelakangi meja yang tersusun kue-kue cantik dan indah di atasnya. Ia berdiri di sisi ruangan, sendiri seraya menimati sesapan redwine dari dalam gelas miliknya.

Sementara Louis pergi ke kamar mandi, Valerie sendiri, terdiam dan matanya hanya focus menelisik setiap orang yang berada di aula besar tersebut. Ia tidak suka keramaian, tidak suka orang-orang palsu, dan juga tidak suka omong kosong. Oleh karena itu dirinya menepi.

Sesapan pada cairan merah beralkohol miliknya telah tandas. Ia berbalik untuk mengambil gelas lainnya. Detik itu juga gerakan tangannya terhenti tatkala maniknya menangkap sesosok pria yang amat di kenalnya berjalan menuju lorong Villa.

Demiral melangkah gontai memasuki lorong hingga hilang sosok pria itu terhalang pilar besar. Valerie masih memiliki dendam serta hutang pernyataan dari pria tersebut, bergegas ia pergi untuk menyusul ke mana pria itu melangkah.

Pada sisi Villa, terdapat taman serta kolam renang berukuran cukup besar. Demiral pergi ke sana untuk berbicara kepada beberapa penjaga. Saat pria itu menyadari seseorang membuntuti, ia langsung memerintah penjaga tersebut untuk pergi dari sana.

Valerie berjalan cepat dengan higheels tingginya. Tidak ia pedulikan rasa ngilu akibat luka yang masih basah di bawah stoking yang dia kenakan. Ia terus melangkah untuk mencapai Demiral.

Lengannya dengan cepat terulur, menarik suit pria itu hingga membuatnya berbalik padanya dan satu bogem mentah Valerie layangkan tepat pada sisi bibir seksi pria tampan itu, membuat memar pecah yang langsung mengeluarkan bercak darah segar.

"Shit!" Demiral menggeram tertahan. Ia pegang ujung bibirnya yang telah pecah robek pun berdarah, mendorong pipinya dari dalam menggunakan lidah.

Beberapa penjaga yang melihatnya hendak mendekat namun Demiral dengan cepat mencegah. Tidak perlu campur tangan orang lain untuk mengurus amarah wanita. Jika ia ingin, wanita ini akan hancur di tangannya sendiri hari dan detik ini juga.

"Itu untukmu, balasan karena kau telah mencampakkan diriku!" tutur Valerie marah, tatapannya menyalang pada pria itu. "Berani sekali kau membuang diriku yang sangat berharga seperti ini begitu saja."

Lucas yang baru sampai berdiri tepat beberapa meter di belakang Valerie. Amat sangat terkejut melihat tuannya yang sudah babak belur. Ia tidak berani mendekat karena Demiral menahannya.

"Tidak ada yang mencampakkanmu, Ms. Yoxavos."

Valerie berdecih, memutar matanya malas. "Kau meletakanku begitu saja di depan gerbang kediamanku. Apa itu namanya jika bukan kau campakan?"

"Aku mengantarmu pulang," balas Demiral dengan tenang. Ekspresinya kembali seperti semula, dingin dengan tatapannya yang tajam.

"Oh ya? Ekstrem sekali jasa hantarmu, Mr. Hugo," tandas Valerie.

Menyugar rambutnya yang terurai ke belakang, ia tatap kolam renang di depan yang hanya berjarak beberapa meter saja dari tempatnya berdiri. Sedetik kemudian ia tatap kembali Demiral di hadapannya.

Tatapan licik wanita cantik itu, menarik lengan Demiral dengan kuat hendak membawa pria itu ke arah kolam renang. Namun apa daya wanita lebih lemah dari pria, belum sempat Valerie melangkah, Demiral lebih cepat bergerak melingkarkan lengannya pada pinggul sintal Valerie, membawa tubuh wanita itu ke dalam gendongan bahunya dan membuat posisi tubuh Valerie terbalik.

"Apa yang kau lakukan? Turunkan aku!" pekiknya lantang.

"Kidnap you."

Mata Valerie membulat, mengerjap kemudian. Tangannya semakin gencar memukul punggung Demiral minta diturunkan. Namun, pria itu tetap tegak melangkah dengan ekspresinya yang dingin pun datar, membawa tubuh Valerie enteng masuk ke dalam Villa melalui pintu belakang.

LustWhere stories live. Discover now