Bab 14: Feat

103 12 4
                                    

Mending update seminggu sekali, atau dua minggu sekali tapi double?
.
.
.
.

"Hi Langit!"

Oops! Agaknya gadis itu salah penyebutan hingga membuat segelintir manusia-manusia kutu buku disana merasa tergugahkan. Bibirnya yang memanggil Langit tanpa embel-embel terasa sangat nyaring di telinga penghuni perpustakaan Besok Bersama kala itu. Siapa yang tidak mengenal Langit si siswa berprestasi yang tengah berada di penghujung tingkatan pelajar. Sementara Shagitta hanya siswi biasa yang bahkan baru saja diterima sebagai siswa baru kelas 10.

Mana ada yang tau kalau mereka berdua kenal dekat? Tapi daripada mengundang berita yang tidak-tidak, Shagitta memilih mengulang ucapannya.

"Maaf, Kak Langit," ucapnya lebih pelan.

Sontak Langit tertawa pelan. Embel-embel itu tentu sangat menggelitik mereka berdua yang tentunya terlanjur terbiasa memanggil nama langsung.

Langit yang kebetulan iseng menghampiri perpustakaan sebelum liburan semester tiba tak sengaja bertemu tetangga kecilnya yang terlihat baru selesai mengembalikan buku. Ini menjadi kesempatan Shagitta untuk kembali mengucap terima kasih atas jasa tetangganya.

Kemarin dirinya hampir menangis setelah mengetahui sang ayah tidak bisa datang menjemput selepas pulang sekolah. Padahal kegiatan ekstrakulikuler membuatnya pulang menjelang malam. Dan dirinya baru mendapat kabar itu pas setelah temannya yang terakhir menunggu jemputan telah pergi . Hanya tersisa dirinya sendiri di halte bus, tanpa ada angkutan umum yang lewat satupun. Tentu saja, karena hari sudah mulai malam. Nasib buruk, baterai hanphonenya yang tersisa 10 persen tiba-tiba drop. Lalu harus kemana dia meminta bantuan di jalanan yang sepi begitu? Satu-satunya hal nekat yang bisa dilakukan adalah... jalan sampai rumah. Meski jaraknya jauh sekalipun? Ya, bagaimana lagi. Makanya Shagitta sempat ingin menangis. Sudah capek di ekskul, sekarang tambah capek lagi. Mau sampai terhuyung apa dirinya nanti?

Dan sebuah mobil tiba-tiba datang menghampiri bak pahlawan kesiangan. Gita tidak mengenalinya, sebab begitu kacanya dibuka pun ternyata cukup ada beberapa orang di dalam sana. Tapi, salah satunya ada Langit yang mendiami kursi belakang. Ternyata itu para kakak kelasnya yang juga baru selesai ekskul futsal.

Menerka situasi yang terjadi, Langit dan temannya- khususnya Leo yang memegang kemudi mempersilahkan Shagitta untuk ikut bergabung pulang bersama. Untunglah masih ada orang-orang baik dan takdir masih memihaknya.

Perasaan malu dan tidak enak itu pasti ada. Tapi masih ada Langit yang menjaganya disana. Karenanya, kemarin Shagitta bisa sampai di rumah.

"Yaudah, sore ini kita pulang bareng lagi aja."

"Hah? Gausah-gausah," tolak Shagitta. Ayahnya memang masih belum bisa menjemput untuk hari ini, tapi bukan berarti Langit harus menolongnya lagi.

~

"Yuk," ajaknya yang menduduki kursi kemudi. Satu persatu dari Bumi, Keita, hingga Shagitta menduduki kursi belakang. Stephanie juga sudah duduk rapih di sebelah Langit. Lengkap sudah, waktunya pergi piknik!

Bercanda. Seperti yang Langit katakan, mereka semua pulang bersama hari ini. Dilihat-lihat, seru juga. Vibes nya seperti circle kemarin sore. Ya~ namanya juga pertama kalinya mereka berlima berkumpul di satu tempat, pasti adalah sebuah canggung bagi Shagitta. Langit bisa meramalnya lewat pantulan spion dalam mobil. Sementara sang pacar, sang adik, juga Keita masih fokus pada gawainya masing-masing, seperti biasa. Seandainya saja ada hal seru yang bisa dijadikan topik pembicaran agar keheningan mereka terpecahkan.

"Kayaknya film ini lagi naik ya," kata Langit asal. Sudah beberapa hari ini dirinya selalu menemukan baliho film horror disepanjang jalan antara rumah dan sekolah. Tak disangka, kalimatnya ikut menarik perhatian Keita.

Langit dan BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang