Bab 13: Orang Bilang Putus Cinta

97 16 7
                                    

"Lo! Paham gak cara jagain perempuan yang bener?!" 

"Lepas! Gausah sok nasehatin gue. Gue bisa jagain Putri pake cara gue sendiri, Bumi." 

•••

Ribuan detik dirinya menghabiskan waktu di ruangan petak itu, puluhan menit sudah ia habiskan demi bisa sedikit menjernihkan pikiran. Nihil! Benangnya sudah terlanjur kusut, sementara sudah tak ada waktu dan kesempatan lagi untuk bisa memperbaikinya seperti semula. Kini yang Aksagamma lakukan hanyalah meratapi kilas balik dari kejadian-kejadian lalu yang seketika membuatnya merasa jadi manusia paling bodoh se-muka bumi.

Bodoh, bodoh, bodoh! Gue ngapain sih?!

Kalau diingat-ingat, Bumi dapat inspirasi dan keberanian itu dari sang kakak. Mentang-mentang Langit pernah melakukan kesalahan dengan mencengkram kerah bajunya tempo hari, sekarang malah Bumi yang mengikuti jejak itu. 

Kalau dilihat-lihat memang ada kerennya juga sih. Siapapun yang menjadi saksi kejadian itu pastinya merasa tidak percaya kalau seorang Bumi bisa se-berani itu. Tapi dibalik itu ya... kalau melihat siapa yang dia lawan, Bumi itu antara tak kenal takut atau memang...bodoh. 

Lagian, yang diajak ributnya Arjuna! Omel Keita pada sohibnya dalam hati. Untungnya sahabat kecil Bumi satu-satunya ini betul-betul datang tepat waktu, meski Kei selalu berharap dirinya bisa datang lebih cepat tadi. Karena kalau Bumi sudah ditahan dari awal, keributan itu setidaknya tidak akan terjadi.

"Mi, lo gak papa?"

Itu kalimat pertama yang Keita ucapkan setelah mendengar helaan napas Bumi yang kesekian kalinya.

Coba kalian pikir, Bumi harus jawab apa?

"Pertanyaan macam apa itu? Lo pikir aja sendiri deh, Kei. Dari tadi gue udah capek mikir."

Tak pernah terbayangkan, akhirnya emosi Bumi pecah hanya karena seorang perempuan. Iya, hanya karena Putri. Tapi Bumi marah kalau gadis itu disebut 'hanya' baginya. Bagaimanapun dia si 'crush' pertama Bumi, yang betul-betul ingin Bumi kejar. Tak masalah bila gadis itu tak mudah didapatkan. Tak masalah, bila lawannya mesti Arjuna sekalipun.

Bumi tidak akan tinggal diam ketika gadis itu hampir saja celaka, apalagi penyebabnya karena Arjuna. Konyol, batinnya. Laki-laki itu sebetulnya niat tidak sih?

Sekali lagi, Bumi menghela napas panjang.

Masalahnya dengan Arjuna masih bisa dikesampingkan karena buatnya itu masih belum apa-apa. Yang kerap menjadi pikiran adalah... pernyataan gadis itu sendiri.

Apakah perjuangannya benar-benar harus berhenti disini?

Padahal... Rasanya baru kemarin ia merasakan yang namanya 'butterfly in stomach' kalau kata orang-orang. Rasanya baru kemarin dirinya menjalankan misi-misi pendekatan pada sang doi.

Ternyata... si gebetan betulan sudah dimiliki orang lain. Rahasia umum itu ternyata betulan adanya. Dari awal, dari sejak dirinya memandangi gadis itu yang sedang mengamati para pemain basket dari bawah pohon rindang, ternyata memang sudah ada artinya.

Semuanya menyoraki sang pemenang kala itu. Tapi yang Arjuna datangi hanya Putri. Seharusnya dari sana Bumi sadar. Keita benar sejak awal. Mungkin bukan berarti Bumi memandangi orang yang salah. Hanya saja... Siapkah dia untuk patah hati?

Karena meski Bumi punya berani, manusia bisa apa ketika takdir tidak merestui?

Seumur-umur, Keita baru tau seseorang dihadapannya ini bisa terlihat se-patah hati itu. Ia jadi bingung harus ikut bersedih atau terus tertawa. Semakin sering pandangan mereka bertemu, semakin Bumi menunjukkan keputus-asa annya.

Langit dan Bumiحيث تعيش القصص. اكتشف الآن