Mimpi Buruk Di Siang Bolong

161 6 0
                                    

Setelah sarapan, Cahya meminum obat pereda nyeri dan menghabiskan waktu dengan hanya tiduran saja di kamarnya. Sebab kondisinya benar-benar lemah.

Cahya merasa kehabisan energi seolah telah bekerja keras selama berhari-hari dan kekurangan istirahat.

Dia juga bermimpi buruk didatangi oleh almarhumah Siska yang tengah berada di suatu tempat mengerikan di dunia lain sana. 

Tempat itu sangatlah gelap dan juga luas tak terbatas. Dengan kengerian mencekam karena Cahya tak bisa melihat apa pun di sekitarnya yang berjarak lebih dari dua meter dari posisinya. 

Ya. Jangkauan penglihatannya sungguh terbatas. Sementara Cahya tak bisa meraba apa pun dan menebak di mana letak jalan yang benar. 

Siska yang menangis ketakutan, tahu-tahu merupa tepat di depan Cahya dengan pakaian yang compang-camping dan tampilan menyedihkan dipenuhi luka dan darah. 

"Cahya, tolong keluarkan Mbak dari sini! Tolong Mbak, Cahya, Mbak takut sekali. Anak-anak berwajah mengerikan itu terus menerus mengejar Mbak dan meminta dis*sui! Tolong, Mbak, Cahya, tolong!"

Siska mengatakan sederet permohonan di antara derai tangisnya yang memilukan. 

Tangannya menggamit tangan Cahya dan terasa dingin serta bergemetar. Membuat darahnya berpindah dan menodai tangan Cahya sendiri yang tak kalah gemetaran. 

"Tolong, Mbak, Cahya. Dengerin Mbak. Kamu sebaiknya pergi dari rumah itu. Kamu akan bernasib sepertiku kalau tetap bertahan di sana. Kalian semua akan m4ti sepertiku cepat atau lambat! Tolong, Mbak, Cahya. Tolong keluarkan Mbak dari sini! Mbak sangat takut! Carilah bantuan untuk menyelamatkan Mbak dan semua istri Enggal Waluyo yang biad*b itu!"

Belum sempat Cahya menjawab, dia melihat beberapa anak berwajah mengerikan serupa yang pernah dilihatnya di lantai tiga rumah Enggal, datang dari arah kegelapan dan menerjang Siska yang menjerit-jerit ketakutan lalu menyeretnya kembali hingga akhirnya menghilang dalam kegelapan. 

Menyisakan seorang anak yang sempat menyeringai dan mendesis kepada Cahya memperlihatkan gigi geliginya yang tajam serta runcing juga lidah panjang tak manusiawi yang menyentuh dada. "Nanti akan tiba giliranmu juga, manusia! Kamu akan jadi makanan kami!" 

Cahya refleks menjerit sejadi-jadinya.

Bahkan sampai terbangun dari tidurnya karena hal tersebut. 

"Ada apa, Neng? Kenapa ngagetin saya?" Bu Darmi menyambut jeritan itu karena kebetulan dia sedang berada di sana untuk membangunkan Cahya pada lewat tengah hari itu. 

Tak ada jawaban, Cahya langsung memeluk Bu Darmi erat. 

"Kenapa lho, Neng? Maaf, kalau saya ganggu istirahatnya. Tapi, sudah lewat jam makan siang dan Neng belum bangun juga. Jadi tadi saya niat mau bangunin." Bu Dari kembali bertutur kebingungan saat itu.

"Saya takut, Bu. Saya melihat Mbak Siska di dalam mimpi dan dia merengek-rengek meminta tolong sama saya. Saya sungguh takut. Ada banyak sekali anak kecil berwajah mengerikan di sana! Mereka semua seolah ingin menjadikan Mbak Siska sebagai makanannya." Tak sadar, Cahya menangis sesenggukan saat mengadukan mimpinya pada Bu Darmi yang merespon dengan mengusap-usap punggungnya peduli. 

"Mbak Siska seperti orang yang tersiksa luar biasa. Kedua dadanya berdarah-darah. Wajahnya diliputi kengerian. Saya harus bagaimana, Bu Darmi? Dia minta saya menolongnya dan mencari bantuan, serta meminta saya keluar dari sini. Saya harus bagaimana?"

"Ya Allah, kok ngeri sekali saya mendengarnya." Bu Darmi mengurai pelukan dan mengusap pipi Cahya yang banjir dengan tangisan. Lalu tersadar kalau Cahya yang pagi tadi pucat pasi sekarang juga demam. "Eh, badan Neng demam?"

Istri-Istri yang DikorbankanWhere stories live. Discover now